Kamis, 01 Juni 2017

Komunikasi Keluarga

      Saya sangat menyadari jikalau pola komunikasi saya pribadi sangatlah perlu diperbaiki. Sering sekali melihat respon dari lawan bicara yang tidak diharapkan pada saat berkomunikasi. Kadang berpikir apa intonasi saya kurang tepat atau mungkin terkesan menggurui atau mungkin terdengar seperti menyombongkan diri? Padahal sebenarnya maksud saya jauh sekali dari hal-hal tersebut.
     Menyedihkan ketika berbicara dengan pasangan tapi yang didapat akhirnya hanya salah paham. Sering saya lihat beliau seperti terkesan digurui padahal maksud saya jauh dari hal itu. Menyadari kelemahan dalam berkomunikasi ini saya sangat bergembira hati ketika mendapat materi pertama kelas bunda sayang tentang komunikasi produktif. Ternyata yang pertama kali harus saya lakukan adalah memperbaiki pola komunikasi pada diri yang cenderung telah mengakar.
     Ketika membaca materi yang ada saya simpulkan semuanya berkaitan dan harus dipelajari. Tapi karena harus memilih salah satu poin saja, akhirnya jatuh pilihan pada kaidah 7-38-55. Seperti yang disampaikan Albert Mehrabian bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap, aspek verbal itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi. Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).
    Menjawab tantangan 10 hari dari kelas bunsay:

    Hampir menyerah karena hampir selalu nol persen timbal baliknya ketika aku mencoba untuk mengungkapkan perasaan ini pada suami. Rasanya sulit menarik romantisme dari dirinya yang memang tidak romantis. Sekedar kecupan di kening yang tanpa sadar seperti telah beratus tahun hilang dari kebiasaan. Sepertinya muntahan alphabeth dari kelopak bibir ini tak membuatnya bergeming. Putus asa? yah hampir saja... padahal mempertahankan keromantisan itu sangatlah berarti dalam berumah tangga.
   Tergelitik tantangan kelas bunsay, berusaha intropeksi diri, berusaha menahan emosi, dan berusaha memanjangkan nalar, dan... action!

apa senyum-senyum? tanyanya sembari menyelempangkan tas, pertanda dia akan segera beranjak mencari nafkah. Menggeleng geli aku dekati dia dengan sedikit malu-malu. Duuh, ternyata aku sudah terlalu lama tidak bersikap manis padanya, berujar batinku.
hmm.. papah.., kuhampiri beliau dengan tingkah manja. Senyum mesra mengembang di wajahku. Kupandang matanya lekat-lekat, dan kupeluk dia eraaat sekali. Satu menit saja.
Kupandang lagi matanya, nah papah..  ini materi pertama kelas bunda sayang, ucapku dengan malu-malu. Kupeluk lagi dia dengan eraaat sekali. Satu menit saja.
Dan...
Gunung es itu mencair begitu saja. Tiba-tiba dia meraihku, dan tiga kecupan untukku itu kembali. Ajaib.. tidak hanya tiga, dia mengulangi untuk yang kedua kalinya lagi. Wah.. tanpa berbawel ria minta diperhatikan, tanpa merajuk, tanpa cemberut, dan tring sim salabim keajaiban itu muncul. Sedikit terpana, tapi ternyata nyata.

Yah kaidah 7-38-55 telah menunjukkan keajaibannya yang pertama. Ketika aku menyetop kata-kata yang tidak perlu, dan melatih berintonasi, dan mempraktekkan bahasa tubuh. Dan inilah kemajuan pertamaku dalam berkomunikasi dengan pasangan😊.

#level1
#day1
#tantangan 10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
 

4 komentar: