Rabu, 07 Juni 2017

To The Point? Oh No!

     Yah, harus seperti apalagi kalau ternyata aku ini termasuk tipe wanita yang harus serba tepat dan langsung action. Istilah kerennyamah poktorolong, hehe.. Bagi yang pola pikir dan pola kesehariannya yang berbeda pastinya sangat mengesalkan sifatku yang satu ini. Tapi apa mau dikata karena memang sudah sifat mendasar. Hanya saja setelah mencoba memahami komunikasi produktif, jadi tersentil untuk memperbaiki pola penyampaian maksud kepada yang dituju.
    Selalu saja kata-kata yang terlalu tepat sasaran menjadi faktor utama salah paham dengan pasangan. Dan terjadi lagi hari ini,

Di saat sahur, sambil menanti azan subuh

Tiba-tiba saja sedikit kesal merasuk ke hati ketika membayangkan akan mendapatkan sms nanti siang yang isinya.. mih, papah ke purwakarta yah.. hari ini jadi ketemuan dengan owner proyeknya.. argh! rasanya sudah terbayang saja bakal menanti kepulangan suami sepanjang malam. Dan aku tak suka itu, apalagi terbayang hape suami mati karena kehabisan batere. Owh tidak! pasti stres karena khawatir aku ini. Dan langsunglah si bibir bawel ini beraksi karena aku tak bisa memanjangkan nalar.

"percuma aja pah, proyek ga akan pada cair kalau bulan puasa gini pastinya nunggu habis lebaran, ucapku tiba-tiba pada suami.
"nah.. nah, mulai bawel.. belum juga berangkat udah ribut, jawabnya.
Tambah kesal karena membayangkan suami akan pergi jauh dan aku pasti khawatir menunggunya.
"yah papahkan cuma senang pergi sama kumpul-kumpulnya ajakan? ga mikirin kalo yang di rumah nunggu sambil khawatir, ucapku tandas. Bla bla bla, mulailah segala kicauan di penghujung subuh membuncah.
Dan... karena nalar yang pendek dan pikiran negatif yang mengganggu praktek kuliah bunsayku inilah... daar! suami mulai kesal lagi karena aku bawel dan bicara yang tidak-tidak padahal belum kejadian.
eh.. eh.. kenapa papah jadi marah? tanyaku merasa wajar dengan segala kebawelan ini.
"mamih itu kalau bicara suka ga mengenakkan hati.. jawabnya kesal.
Ga mengenakkan hati jugakan benar seperti itu adanya, ucapku membela diri dalam hati.

Dan kesal itu berlanjut terus sampai terbawa awal pagi. Bertambah-tambah kesalnya karena harus mengantar aku mengambil barang pesanan. Sang suami terus saja kesal, sampai ada barangnya yang tertinggal, sampai salah paham dengan bank yang akan dituju. Salah belok jalan juga kesal, menungguku mengirim barang via paket juga kesal, mau pesan meja kayu kemahalan juga kesal, tambah kesal karena terlalu siang ke tempat usahanya. Semua jadi kesaaaal... tapi ajaibnya aku yang jadi diam.

   Berpikir.. padahal hanya mencoba mengungkapkan kekhawatiran dihati tapi jadi salah yah. Perasaan intonasinya sudah diperlembut hehe.. Yah aku pikir ada faktor lain yang menambah kekesalan suami. Mencoba untuk tidak merasa yang paling benar, mencoba memahami kondisi suami yang kurang tidur. Mencoba memahami segala kesulitan-kesulitan suami, dengan kata lain mencoba memposisikan diri sebagai dirinya. Aku terdiam, yah aku yang salah.. faktor komunikasi yang telah berakar mulai membuat masalah lagi. Tidak semua orang suka diberitahu kebenaran secara blak blakan. Seharusnya aku lebih belajar lagi bicara yang tidak to the point. Huuftt.. sulit.. tapi harus bisa

     Setiba di rumah berkutat dengan pikiran, bisakah kaidah 7-38-55 diaplikasikan sekarang padahal suami di tempat kerjanya? ah, bismillah saja ah... bergegas aku mengambil hape dan mulai mengetik pesan.

aku: alhamdulillah berkah pesanan hari ini bisa beli kebutuhan sama camilan buat anak-anak, makasih yah pah udah nganter tadi...

suami: ceblek...

Apa itu ceblek? haha hanya aku dan suami yang paham. Yang pastinya itu sebutan kesayangan dia untukku selain gajah haha..
alhamdulillah bisa mendapatkan lagi hatinya, dan kedepannya lagi harus bisa menghalau segala pikiran negatif yang mengganggu.


#gamelevel1
#day5
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar