Senin, 05 Juni 2017

Melatih sabar

     Kesal melihat sang suami belum beranjak dari mimpinya. Sehabis subuh mungkin karena kelelahan dia langsung berbaring lagi. Maklum pedagang.. pastinya butuh tenaga ekstra untuk menjajakan dagangannya, terlebih di bulan puasa ini. Tapiii.. rasanya kesal sekali bila telah lewat jam sewajarnya untuk bangun dan beliau ini masih tampak terlena di dunianya.
    Kesal, bolak-balik masih saja tidur. Apa sih salahnya bangun lebih awal biar ada waktu lebih untuk bercanda dengan istri? Hmm.. hawa merajuk mulai berkoar di dada. Godaan menyemprotkan ribuan celoteh nyinyir rasanya tak tertahankan. Yaaah.. ingin sekali bibir ini berceloteh panjang lebar. Ups!  ingat.. ingat.. kamu sedang berlatih kaidah 7-38-55 , ujar sang otak.
   Waah rasanya sulit untuk mengerem celoteh yang mendesak keluar dari bibir ini.
Bismillah.. tarik nafas.. panjangkan nalar...

" ning nong.. yang lagi mimpi udah jam 9 nih, bisikku tepat di telinga beliau. Gerakan lambat menandakan dia terusik sejenak. Haduuh sebenarnya sudah tak tahan ingin berbawel ria, tapiii.. sabar.. sabar...
" paah.. ning nong jam 9 nih, bisikku lagi. Jemariku iseng menggelitik punggungnya. Tersenyum sang suami membalikkan badannya. Tumbeeen ga baweell.. ujarnya mesem mesem. Berusaha menahan semburan kosakata nyinyir dari bibir, aku membuat gerakan mengunci bibir dengan jari.
Tertawa geli dia bangkit dari tempat tidur, " siaap komandan! waktunya banguun...

    Dan kembali perbaikan pola komunikasi yang sudah mengakar itu berusaha aku kikis perlahan.



#gamelevel1
#day3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar