Senin, 05 Juni 2017

Melatih Sabar #day4

     Kembali mata melirik jam di dinding, sudah kesepersekian kalinya menghitung menit dan detik. Bukan hal yang patut dipertanyakan lagi, bila keterlambatan pulang menjadi hal pemicu kesalahpahaman. Dan otak ini mulai memikirkan macam-macam. Mulai dari mencoba mengira-ngira jam pulang, sampai mengkalkulasikan maksimal keterlambatan bila jalan macet.
    Aku kesaaal.. mulai bermacam pikiran negatif hinggap. Sampai akhirnya terhimpun untaian konotasi yang menggambarkan pikiran negatif. Sudah siap diujung lidah siap untuk dimuntahkan. Kenapa yah hanya diminta pulang cepat aja ko susaaah kelihatannya. Apa memang tidak berusaha? Apa memang tidak menghargai? istri itu hanya minta dihargai sudah menunggu seharian di rumah. Pulang cepat kek, apa sms dulu kalo mo terlambat.. bla bla bla...
    Plaaakk... Nalar panjangku menampar nalar pendekku. Hayoo.. pikiran negatif hanya akan merusak segala keseimbangan di tubuh, tegur otakku. Blaas mencoba menjernihkan segala pikiran negatif yang ada. Tarik napas panjang, nalar pendek hanya menghasilkan pikiran negatif, hatiku berujar. Ingat kuliah bunsay.. ingat... jujur kalau tidak ingat pasti sudah meluncur sms sms tidak mengenakkan hati. Telpon dengan celoteh nada curigapun sudah dipastikan berbunyi terus. Sabar.. sabar..
     Bunyi pintu pagar depan mengusik gelisahku. Dan itulah dia pulang dengan senyum tersungging di wajahnya. Mungkin senang karena tidak diteror oleh sms dan telpon yang tidak mengenakkan hati.
" Tumben ga baweel.. ucapnya sambil senyum-senyum.
"menghemat energi, ucapku sambil lalu. Padahal di hati ini masih tersisa jengkel.
"maaf yah telat sedikit.. nih aku belikan kolak, ucapnya sembari menyodorkan bungkusan.
Sedikit terperangah, eh perasaan aku ga minta.. tumben berinisiatif sendiri. Aku senang? oh tentu saja senang, ternyata tanpa harus bawel beliau ini bisa juga sadar sendiri yah. Hmm...


#gamelevel1
#day4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar