Minggu, 29 Juli 2018

Ustad dan Tiga Pemuda


Pak Andi tinggal di sebuah desa kecil yang kaya akan hasil bumi dan peternakan. Seperti layaknya penduduk Desa Ciherang lainnya, ia pun memiliki sawah garapan dan hewan ternak. Sayangnya, usia yang renta tak bersahabat dengan semangat hidupnya. Sakit karena tua mulai menghambat kesibukannya. Sadar takdir tak dapat diramal, ia pun berencana membagi warisan pada tiga anaknya.

Dwi, Dhio dan Alvi adalah tiga putra kebanggaannya. Dan bapak tua itu ingin membagi tujuh dombanya dengan rata kepada mereka. Tujuh domba dengan milyaran kebijaksanaan yang ia selipkan di dalamnya. Suatu hari, diujung napasnya bapak tua itu memanggil ketiga anaknya.

"Ujang kadarieu sakedap," panggil Pak Andi. Suaranya putus-putus hampir tenggelam disuara serangga malam.

Sontak ketiga pemuda itu beranjak dari tikar anyaman. Mendekati Pak Andi yang sedang bergumul dengan sakaratul maut.

"Aya naon bapa?" sahut Dwi pelan. Didekatkannya bibirnya ke telinga ayahnya itu.

Dhio dan Alvi duduk bersimpuh mengelilingi pembaringan ayah mereka. Dengan khidmat bersiap mendengarkan amanat Pak Andi.

Pak Andi berusaha mengumpulkan napasnya. "Bapa tidak punya apa-apa. Sawah kalian garap sama-sama, hasilnya harus dibagi rata."

Dwi sebagai anak tertua mencatat amanat ayahnya itu diingatannya.

"Domba oge ngan aya tujuh," lanjut Pak Andi, "Bagi adilnya Dwi ... setengah untukmu, seperempat untuk Dhio dan seperdelapan untuk Alvi."

Kening ketiga pemuda itu berkerut ketika  mendengar kata 'bagi adilnya Dwi'. Sedangkan domba-domba itu berjumlah ganjil. Sayangnya mereka tak sempat bertanya. Ayah mereka menghembuskan napas terakhir bertepatan dengan adzan awal.

Sepeninggal Pak Andi, ketiga pemuda itu jadi sering bersitegang. Mereka kukuh dengan pendapat masing-masing.

"Kita jual saja ketujuh domba itu. Hasilnya baru kita bagi sesuai amanat bapa!" tandas Dhio.

"Aku tak setuju!" tukas Alvi, "Amanat bapa membagi domba bukan membagi uang!"

Dwi sebagai anak tertua berusaha memberikan saran terbaik. "Kita biarkan saja domba-domba itu beranak hingga berjumlah genap," ujarnya kemudian.

"Itu terlalu lama!!" seru Dhio dan Alvi bersamaan. Mereka tak setuju dengan saran Dwi.

Percekcokan itu jadi hiburan baru bagi penduduk Desa Ciherang. Mereka pun sama bingungnya dengan ketiga pemuda itu.

Hingga suatu hari lewatlah seorang ustad dan muridnya ke desa itu. Mereka berdua pengembara yang bermaksud beristirahat sejenak di desa yang sejuk itu. Ustad Dirsya terkenal dengan kebijaksanaannya. Sedangkan muridnya Saivul, seorang pemuda lugu yang sangat taat beribadah.

Penduduk desa menyambut kedua pengembara itu dengan ramah. Bahkan tetua desa meminta sang ustad untuk menasehati ketiga pemuda yang bersiteru terus itu. Tetua desa yakin dengan kebijaksanaan yang dimiliki Ustad Dirsya, masalah tujuh domba ini bisa diselesaikan. Dan Desa Ciherang akan kembali tenang tanpa suara-suara cekcok.

Ustad Dirsya menyanggupi permintaan tetua desa. Setelah cukup beristirahat, ia dan muridnya pergi mendatangi kediaman almarhum Pak Andi. Di tempat itu ia mendapati ketiga putra Pak Andi sedang bersitegang di dekat kandang domba.

"Assalammu'alaikum!" ustad Dirsya mengucapkan salam.

Dwi, Dhio dan Alvi dengan gugup menjawab salam Ustad Dirsya. Rupanya kemunculan tiba-tiba guru dan murid itu membuat mereka terkejut.

"Punteun, bapak siapa yah?" Dwi spontan bertanya mewakili kedua saudaranya.

"Panggil saja pa ustad!" jawab Ustad Dirsya. Suaranya yang dalam membuat ketiga pemuda itu tak berani bertanya lagi.

"Saya diminta tetua desa datang kemari. Katanya kalian kesulitan membagi warisan karena berjumlah ganjil." ucap Ustad Dirsya melanjutkan.

Ketiga pemuda itu kemudian berebutan menceritakan amanat ayah mereka. Ketujuh domba itu benar-benar membuat mereka pusing.

Ustad Dirsya tersenyum-senyum mendengar cerita mereka. Sedangkan Saivul muridnya terlihat sama bingungnya dengan ketiga pemuda itu. Keluguannya tak mampu mencerna pesan sesungguhnya dari Pak Andi.

"Sok sekarang ikat ketujuh domba itu di pagar bambu!" Ustad Dirsya memerintah sambil menunjuk pagar yang membatasi rumah Pak Andi dengan tetangganya.

Ketiga pemuda itu pun menuruti perintahnya tanpa banyak tanya.

"Sok ikat juga si Saivul!" perintah pak ustad itu lagi.

"Abdi??" Saivul menunjuk dirinya sendiri dengan heran.

Ustad Dirsya mengangguk tegas. Lagi-lagi ketiga pemuda itu menuruti perintahnya. Sekarang yang terikat di pagar bambu itu tujuh ekor domba ditambah satu orang Saivul. Bila dijumlahkan jadi genap delapan.

"Sok Dwi ambil setengah bagianmu!" perintah pak ustad.

Dwi bergegas mengambil empat ekor domba.

"Ayeuna kamu Dhio. Ambil seperempat bagianmu!"

Dengan sigap Dhio mengambil dua ekor domba.

"Tah Alvi ambil seperdelapan bagianmu!"

Setengah berlari Alvi menuju pagar bambu. Kemudian dia membawa seekor domba.

"Nah, sekarang kalian masing-masing sudah mendapat bagian kan?" Ustad Dirsya bertanya dengan nada menggoda.

Ketiga pemuda itu mengangguk sambil berusaha mencerna apa yang terjadi.

"Pa ustaaad ... abdi kumaha ieu teh?" Saivul memanggil-manggil dengan putus asa.

"Kadieu atuh! Sayang kamu bukan domba jadi tak ada yang memilihmu hahaha," Ustad Dirsya terbahak menyaksikan Saivul yang berusaha membuka ikatannya.

Ustad Dirsya mendapatkan penghormatan yang setinggi-tingginya dari tetua dan penduduk Desa Ciherang. Mereka kemudian mengantar kepergian ustad dan murid pengembara itu keesokan harinya. Desa Ciherang pun kembali tenang seperti sediakala.

Sementara itu Saivul yang lugu masih tak paham dengan apa yang terjadi. Sepanjang perjalanan tak hentinya jari-jarinya menghitung jumlah pembagian domba.

"Ustad, kenapa atuh saya diikat kalau ternyata jumlah yang dibagi itu tetap tujuh?" protesnya kemudian.

"Hahaha mungkin sudah takdirmu merasakan terikat seperti domba!" Ustad Dirsya tertawa.

"Seringkali karena nafsu kita tak bisa menilai sesuatu dengan pikiran jernih." ucapnya kemudian.

Saivul berusaha keras memecahkan kebijaksanaan terselubung itu. Keluguannya tak mampu merangkai makna sebenarnya dari kejadian kemarin. Yang ia pahami, sebenarnya tidak ada masalah yang patut dipermasalahkan dari pembagian domba itu.

Dan di sebuah teras tampak tiga orang pemuda yang sedang termenung. Kopi-kopi hitam mendingin di udara sore desa. Mereka terdiam, memaknai percekcokan mereka yang sia-sia. Karena sebenarnya mereka telah memikirkan yang tak perlu dipikirkan. Dan meributkan hal yang tak perlu diributkan. Semuanya tampak sederhana sekarang, karena ketiga pemuda itu telah merubah sudut pandang mereka, jadi lebih sederhana.

   ***********************

Ujang kadarieu sakedap! = anak-anakku kemarilah!

Aya naon bapa? = ada apa bapa?

Domba oge ngan aya tujuh = domba juga cuma ada tujuh

Abdi kumaha ieu teh? = saya gimana nih?

Kadieu atuh! = kesini!


Minggu, 22 Juli 2018

ASAL MULA SELAT BALI


             Diceritakan tinggallah seorang resi di perbatasan Banyuwangi dan Bali. Resi Begawan dikenal oleh penduduk di sana karena kesaktiannya. Sayangnya ia memiliki seorang putra yang bertabiat buruk. Padahal sang resi dan istrinya telah berusaha mendidik putra mereka sebaik mungkin. Manik Angkeran sangat gemar berjudi. Hampir setiap hari ia mengadu ayam  dengan taruhan uang. Dan bukan hal yang aneh jika terdengar keributan dari tempat tinggal Resi Begawan. Manik Angkeran selalu meminta ayahnya membayar hutang ketika dirinya kalah berjudi.
“Tak bosannya Kau merepotkan orang tua!”  Resi Begawan berkacak pinggang. Wajahnya terlihat sangat marah.
Manik Angkeran berlutut, “Sekali ini lagi saja Ayah. Aku berjanji takkan berjudi lagi!”
Resi Begawan dan istrinya sangat kesal dengan kelakuannya. Walaupun telah dinasehati, Manik Angkeran selalu mengulangi kesalahan yang sama.
Sang Resi menatap putranya dengan kecewa, “Aku sangat malu dengan kelakuanmu! Baiklah sekali ini lagi saja aku akan  menolongmu.”
Manik Angkeran sangat gembira. Ia tahu jika ayahnya akan selalu bisa diandalkan.  Selama ini hutang-hutangnya selalu ditutupi oleh ayahnya itu. Ia yakin orang tuanya memiliki simpanan yang banyak karena selalu melunasi hutang judinya.
            Sementara itu sang resi selalu  menghilang setiap menyanggupi akan melunasi hutang anaknya. Seringkali Manik Angkeran penasaran kemana ayahnya pergi.  Sedangkan ibunya tak pernah memberikan jawaban yang memuaskan setiap ditanya tentang ayahnya itu.
“Jangan sampai anak kita tahu kemana aku pergi!” selalu hal itu yang dikatakan Resi Begawan pada istrinya.
Istri sang resi mematuhi perintah suaminya. Ia selalu menutupi kepergian suaminya setiap Manik Angkeran bertanya. Mereka khawatir kelakuan buruk Manik Angkeran semakin menjadi jika mengetahui rahasia  besar  sang resi. Rahasia ini kemudian tersimpan rapi selama bertahun-tahun. Hingga suatu hari Manik Angkeran melakukan kesalahan besar. Rupanya dia tak pernah berhenti berjudi. Dan hari itu ia mengalami kekalahan. Manik Angkeran harus membayar hutang dengan jumlah yang sangat banyak.
Resi Begawan marah besar ketika Manik Angkeran datang dan meminta dirinya untuk kembali membayar semua hutangya. “Bukankah Kau telah berjanj takkan berjudi  lagi?” teriaknya marah.
Manik Angkeran menggigil ketakutan. Tapi ia lebih takut akibat yang akan diterimanya jika tak segera membayar hutang. “Kali ini benar-benar yang terakhir ayah!” jawabnya pelan.
“Benar-benar anak tak tahu diuntung!” Resi Begawan sangat murka.
Istrinya kemudian ikut berlutut dihadapannya, “Engkau resi yang bijaksana. Tolonglah anakmu, kasihani dia.  Nyawanya terancam jika hutangnya tak segera dilunasi,” isak istrinya.
Tapi hati Resi Begawan tak bisa dibujuk. Ia tetap tak mau membayar hutang Manik Angkeran. Istrinya sangat kecewa dan sedih dengan keputusannya itu. Melihat kesedihan istrinya, hati sang resi lambat laun luluh. Ia kemudian memanggil Manik Angkeran.
“Kali ini aku masih mau berbaik hati padamu. Tapi setelah ini jangan harap aku mau menolongmu lagi.” Resi Begawan berkata  tajam pada anaknya.
Manik Angkeran sangat gembira karena ayahnya berubah pikiran. Di samping itu rasa penasarannya semakin besar. Hutang yang harus dibayar kali ini jumahnya dua kali lipat dari  hutang-hutang yang lalu. Ia semakin yakin bila orang tuanya menyimpan harta kekayaan yang banyak di suatu tempat. Akhirnya Manik Angkeran memutuskan mengikuti ayahnya diam-diam. Hatinya semakin heran karena ternyata ayahnya berjalan hingga melewati perbatasan. Ia mengikuti terus sang resi hingga ke sebuah gunung di Bali.
            Resi Begawan sangat sedih  dengan kelakuan Manik Angkeran. Ia bertekad ini yang terakhir kalinya ia menolong anaknya itu. Dia berjalan terus hingga sampai ke Gunung Agung tempat sahabatnya Naga Besukih tinggal. Ia kemudian mengeluarkan sebuah genta kecil ketika memasuki gua kediaman sang naga. Suara genta bergema dalam gua yang tak terlalu terang itu. Awalnya tak terdengar apa-apa ketika genta berbunyi satu kali. Resi  Begawan kemudian menggoyang gentanya lagi. Tak lama kemudian terdengar suara. Bayangan hitam tampak di dinding gua. Tiba-tiba hawa panas terasa di kulit sang resi.  Manik Angkeran gemetar ketakutan dari balik bebatuan ketika sang naga memperlihatkan wujudnya.
“Ada apa lagi kau memangggilku?” suara berat dan menakutkan bergema di gua,
“Aku  ingin kau menolongku lagi wahai naga yang perkasa!” seru Resi Begawan.
Naga Besukih mendengus, “Aku bosan menolong anakmu yang tak berbakti itu!” suaranya terdengar kesal.
Resi Begawan tahu Naga Besukih tak suka pada anaknya yang suka berjudi  itu. Tapi ia berusaha keras membujuknya.
Sang naga akhirnya luluh, “Baiklah, aku akan menolongmu,” ucap sang naga mengalah.
Naga Besukih kemudian berputar dan menggoyangkan badannya. Cahaya remang memperlihatkan sisik di lehernya yang penuh oleh uang logam. Sedangkan ekornya dipenuhi intan dan emas batangan. Manik Angkeran sangat terpesona ketika menyaksikan harta yang berjatuhan dari tubuh sang naga. Resi Begawan kemudian kembali ke Banyuwangi setelah mendapatkan uang untuk membayar hutang judi anaknya.
            Sifat serakah Manik Angkeran membuatnya ingin memiliki harta yang menempel di tubuh Naga Besukih. Ia ingin mengambil batangan emas dan intan yang terdapat di ekor naga. Kemudian dia pun mengambil genta ayahnya diam-diam. Dan tanpa sepengetahuan orang tuanya dia pergi ke Gunung Agung.
Manik Angkeran dengan semangat menggoyangkan gentanya ketika memasuki gua tempat tinggal naga. Tubuhnya mendadak tegang ketika bayangan hitam itu terlihat lagi di dinding gua.
“Siapa Kau?” suara Naga Besukih menggelegar. Mata merahnya menusuk tajam.
Manik Angkeran gemetar, “Aku anak dari Resi Begawan. Aku diutus oleh ayahku untuk meminta pertolongan padamu.”
Naga menggeram. Napasnya terasa panas dikulit Manik Angkeran. Naga Besukih merasa ada sesuatu yang mencurigakan. Tapi pemuda didepannnya itu  memegang genta sang resi. Pasti memang Resi Begawanlah yang mengutusnya datang.
“Katakan apa maumu!” seru Naga Besukih kemudian.
“Aku membutuhkan uang logam yang banyak!” jawab Mani Angkeran bersemangat.
Naga dengan enggan memutar tubuhnya. Dan mulai menggoyangkan badannya agar sisik di lehernya berjatuhan. Tanpa disadarinya, Manik Angkeran mengendap perlahan di belakangnya. Kemudian pemuda serakah itu memotong ekor sang naga dengan sebuah pedang. Naga Besukih meraung kesakitan. Ia menyemburkan api ke segala arah.  Manik Angkeran sangat ketakutan. Ia tak menyangka naga itu memiliki semburan api. Ia berusaha menghindar sekuat tenaga.  Tapi  malang nasibnya, ia kemudian berubah menjadi  abu setelah terkena api sang naga.
            Resi Begawan sangat khawatir ketika mendengar raungan Naga Besukih. Ia bergegas pulang untuk mengambil gentanya. Betapa  terkejut dirinya ketika mendapati genta itu telah hilang. Sang resi langsung menduga bila Manik Angkeran yang telah mengambilnya. Kemudian dengan segera ia menyusul anaknya ke Gunung Agung. Betapa sedih hatinya ketika mendapati anaknya itu telah menjadi abu.
“Kumohon hidupkan kembali anakku dengan kesaktianmmu, wahai naga yang agung!” serunya memohon dengan sangat.
Naga Besukih yang kesakitan menjawab dengan marah. “Anakmu bodoh! Ia menginginkan harta di ekorku untuk berjudi!” raungnya.
“Aku akan menyambung ekormu kembali dengan syarat Kau hidupkan kembali dia!” seru sang resi. Ia tahu kesaktian Naga Besukih bisa meghidupkan kembali yang terkena semburan apinya.
Naga Besukih meraung marah, “Aku akan hidupkan dia lagi asal kau menjaganya untuk  tidak berjudi!”
Resi Begawan menyanggupinya. Ia kemudian menyambung kembali ekor Naga Besukih. Dan sang naga pun menepati janjinya dengan menghidupkan kembali Manik Angkeran. Pemuda itu sangat senang bisa hidup lagi. Dia kemudian berjanji pada ayahnya untuk benar-benar bertobat. Resi Begawan senang anaknya telah sadar. Ia lalu mengajak pemuda itu untuk pulang. Ketika tiba di perbatasan Banyuwangi dan Bali tiba-tiba resi itu menancapkan  tongkatnya.
“Apa yang Ayah lakukan?” seru Manik Angkeran keheranan.
Resi Begawan tak menjawab. Tak lama kemudian ia mencabut tongkat saktinya. Dari lubang tancapan tongkatnya itu keluar semburan air. Air yang memancar deras dari lubang itu semakin lama semakin lebar hingga memisahkan ayah dan anak itu.
“Tinggallah Kau di Bali anakku! Aku takut bila kau ikut denganku akan kembali lagi berjudi!” seru Resi Begawan.
Manik Angkeran tak bisa berbuat apa-apa ketika melihat sang resi pergi meninggalkan dirnya. Sementara itu air yang menggenang semakin lebar. Dan lama kelamaan membentuk sebuah selat. Selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Bali itu kemudian dinamai Selat Bali.
***

Sabtu, 14 Juli 2018

Eat Clean Sebagai Gaya Hidup

Problema manusia metropolitan saat ini adalah waktu. Mobilitas yang tinggi menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk melakukan aktivitas tertentu. Perputaran kegiatan yang cepat mengharuskan kita melakukan kegiatan dengan efektif dan efisien. Celakanya hal itu merembet ke pola hidup. Waktu untuk mengelola tubuh agar tetap sehat jadi terabaikan. Olahraga jadi sesuatu hal yang mahal. Makanan instan dan _junkfood_ pun jadi solusi setiap hari. Tanpa disadari kita berubah jadi manusia 'kemasan'. Makanan dan minuman dengan label gizi yang dipertanyakan jadi penghias sudut rumah kita.

Saya sempat terkecoh dengan dengan istilah eat clean. Selintas dalam pikiran muncul pemahaman jikalau istilah itu adalah sejenis diet. Saya baru paham arti istilah itu setelah melalui berbagai proses interaksi dengan internet dan para pelaku eat clean. Ternyata eat clean bukanlah diet. Tapi merupakan metode makan sebagai gaya hidup, seperti yang dilansir pada Fitday.com. Kemudian apa hubungannya metode tersebut dengan perilaku manusia metropolitan? Bisa digarisbawahi, ternyata gaya hidup tidak sehat kita solusinya adalah eat clean.

Gaya hidup dan pola makan tidak sehat jadi 'teman' bagi kita para pemburu waktu. Tanpa disadari,  kita telah menabung penyakit dengan perilaku tersebut. Obesitas dan istilah-istilah penyakit yang asing di telinga mulai jadi list panjang di memo. Kemudian solusi diet pun jadi pilihan untuk menyeimbangkan fungsi dan metabolisme tubuh. Sayangnya setelah tujuan tercapai, diet pun ditinggalkan.

Adapun eat clean bukanlah diet. Diet akan selesai bila berat badan telah turun. Tapi eat clean dilakukan seterusnya. Karena dia merupakan metode makan, yang mengharuskan seseorang mengonsumsi makanan alami tanpa proses memasak yang lama. Bila dipelajari lebih lanjut, ternyata metode ini merupakan gabungan dari berbagai jenis diet.  Adapun jenis diet yang sudah populer di kalangan masyarakat seperti:

- Diet nasi putih

Diet ini bertujuan mengganti konsumsi nasi putih dengan nasi merah, kentang, jagung, ubi, singkong dan pangan lainnya yang mengandung karbohidrat.

- Diet Mayo

Diet ini bertujuan mengonsumsi makanan tanpa garam dan gula. Makanannya pun diolah sebisa mungkin dengan cara direbus dan dikukus.

- Diet GM

Diet ini dicetuskan oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan kesehatan pekerjanya. General Motor mencanangkan pola makan tujuh hari dengan menu makanan yang berbeda setiap harinya. Yang isinya cenderung ke nasi merah, susu, buah dan sayuran. Diet ini baik dilakukan sebagai detoksasi tubuh. Dan bisa diulangi bila dirasa perlu.

- Food Combining

Diet ini cenderung memaksimalkan konsumsi buah-buahan dan makanan yang berserat tinggi.

- Diet Rendah Lemak

Diet ini sangat menghindari makanan yang berlemak tinggi. Seperti daging merah, kacang-kacangan, dan susu. Susu bisa diganti dengan yang rendah lemak.

- Diet Tinggi Lemak

Diet ini cocok bagi yang menginginkan tubuh lebih berisi. Tentunya harus disertai konsultasi menu makanan yang tepat dengan pakarnya.

- Diet Protein

Diet protein ini bertujuan mengonsumsi makanan berprotein dalam jumlah tertentu untuk menunda rasa lapar. Protein membuat rasa lapar kita lambat datangnya.

Clean eat sendiri berprinsip mengonsumsi makanan yang segar dan melalui proses pemasakan yang baik. Prinsip utamanya adalah tidak mengonsumsi makanan kemasan dan makanan segar merupakan hal yang paling utama. Yang dimaksud makanan segar adalah makanan yang kandungan vitamin dan nutrisinya masih utuh. Dan semua nutrisi itu penting untuk menginduksi kekebalan dan meningkatkan kesehatan tubuh. Bisa Saya tekankan bila membeli makanan di pasar tradisional lebih dianjurkan dalam metode ini daripada pasar modern. Dan disiplin dalam gaya hidup adalah mutlak dalam eat clean.

Adapun hal-hal di bawah ini adalah yang harus diperhatikan dalam metode ini.

1. Konsumsi makanan segar.

2. Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran.

3. Konsumsi karbohidrat kompleks sebagai sumber makanan pokok (roti, gandum, nasi merah). Dan juga makanan tinggi protein agar dapat menahan rasa lapar lebih lama.

4. Selalu perhatikan nilai gizi pada label makanan. Bila lebih dari satu zat aditif, sebaiknya dihindari. Pembatasan kadar natrium dan gula sangat penting dalam metode ini (2300 mg).

5. Perhatikan porsi dan jam makan

Pemilihan jenis, porsi dan waktu makan yang teratur sangat diperhatikan dalam clean eat. Yang dianjurkan adalah makan dengan porsi-porsi kecil. Hal ini bisa membantu menahan lapar.

6. Minum air mineral

Dianjurkan minum dua atau tiga liter air mineral dalam sehari. Selain dapat terhindar dari dehidrasi. Air merupakan perantara dalam proses pencernaan.

Manfaat clean eat sangat besar bagi yang menerapkannya. Pengurangan berat badan diperoleh secara signifikan dengan metode ini. Proses metabolisme yang lancar karena konsumsi air mineral dan bahan alami,  memudahkan penambahan energi. Bahan-bahan yang dicerna ini akan membuat tubuh lebih sehat. Dan berpengaruh besar pula terhadap kesehatan kulit dan rambut (kecantikan). Sangat jelas bila metode ini bisa dijadikan solusi dari kerusakan gaya hidup manusia milenia.

Sayangnya eat clean tidak cocok untuk anak-anak. Karena dalam metode ini ada pengurangan pada asupan karbohidrat. Sedangkan karbohidrat merupakan bahan bakar utama bagi otot dan otak bayi, balita dan anak-anak. Pembatasan  karbohidrat dan asupan kalsium dapat memperlambat pertumbuhan anak serta kekuatan tulang mereka. Metode ini akan cocok diterapkan pada anak yang memiliki penyakit celiac. Dimana tubuh penderitanya rentan gluten. Adapun gluten adalah protein yang terdapat dalam biji-bijian seperti gandum, gandum hitam dan jelai (barley).

Dari paparan di atas saya dapat menarik garis bahwa eat clean memang sebuah solusi untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Metodenya yang merupakan gabungan dari berbagai jenis diet, menjadikannya sebuah metode makan yang patut dipraktekkan. Bisa dikatakan pula gaya hidup sehat ini sudah tak asing bagi kita. Prinsip metode ini hampir sama dengan prinsip gizi seimbang yang dianjurkan pemerintah. Satu hal lagi, dalam eat clean konsumsi suplemen tambahan gizi sangat dihindari. Karena sebenarnya zat gizi itu akan kita peroleh dari makanan segar yang kita konsumsi. Pada dasarnya dengan prinsip back to nature, metode ini patut menjadi acuan gaya hidup sehat kita.


Sumber:
-Vemale.com
-Kompas.com
-artikel-artikel terkait
-narasumber terpercaya

#tugas_esai_

Sabtu, 07 Juli 2018

Kampung Cai - Backpacker


Hai sahabat traveler, bagaimana dengan liburan kali ini? Sudah menemukan tempat wisata asyik, ataukah masih dalam tahap mencari? Kalau masih bingung, kalian bisa coba jelajahi daerah Bandung selatan. Di sana banyak sekali pilihan tempat berlibur. Atau ingin mencoba sesuatu yang berbeda, seperti berkemah? Yuk, kita kunjungi salah satu tempat berkemah terasyik di Ciwidey.


Ciwidey memiliki destinasi wisata yang beragam. Untuk tempat berkemah saja ada berbagai pilihan.  Salah satunya adalah Kampung Cai. Tempat perkemahan ini sangat lengkap. Kalian bisa mendapatkan kolam renang air hangat, penangkaran rusa dan tempat outbond menarik di sana. Bagi yang tak mau repot membawa perlengkapan kemping pun, bisa langsung menyewa di tempat.

Kampung Cai terletak di dekat kawasan wisata Kawah Putih dan pemandian air panas Cimanggu. Sebenarnya wisata kemping ini dapat ditempuh dengan waktu yang relatif tidak lama. Tapi apabila memasuki high season seperti sekarang ini, disarankan melakukan perjalanan di pagi hari. Karena jalur Ciwidey-Bandung termasuk padat bila memasuki musim liburan.

Tempat wisata ini pun terbilang mudah dicapai bila menggunakan kendaraan umum. Kalian bisa naik elf jurusan Bandung-Ciwidey dari terminal Leuwi Panjang. Jika tak ingin berlama-lama, bisa langsung naik elf ini dari Jalan Kopo. Biasanya kendaraan ini ada di sepanjang Jalan Kopo sesudah belokan Jalan Caringin. Tarifnya sekitar dua belas ribu rupiah hingga terminal Ciwidey. Dari terminal  bisa dilanjutkan dengan angkot kuning jurusan Rancabali dengan tarif sepuluh ribu rupiah. Atau bisa juga dengan ojek motor. Tarifnya dipatok dua puluh ribu rupiah.

Jalan masuk ke Kampung Cai selain dari jalan utama bisa juga dari jalan Taman Wisata Cimanggu. Jalan alternatif ini tak jauh dari jalan utama, dengan ciri gapura warna hijau. Lewat jalan TWA Cimanggu ini bisa lebih hemat waktu dan jarak. Di sekitar Kampung Cai ada juga tempat perkemahan yang lain. Kalian bisa juga masuk ke tempat-tempat itu untuk sekedar berfoto.

Untuk masuk ke Kampung Cai, kalian cukup membayar lima belas ribu rupiah perorang.  Berkemah satu malam dikenai biaya sepuluh ribu. Untuk mobil dan kendaraan lain dikenakan tarif yang berbeda. Oh, yah, bagi yang tak mau repot membawa perlengkapan kemping, di tempat itu telah disediakan lengkap.






Tapi lebih asyik lagi jika membawa perlengkapan sendiri. Tempat penyewaan peralatan kemping yang disarankan ada di Jalan Bojongkoneng nomor 24 Cikutra. Bugenville menyediakan perlengkapan berkemah sangat lengkap dengan harga yang ringan di kantong. Tenda untuk empat orang dihargai 40 ribu perhari. Matras dan sleeping bag lima ribu. Dan perlengkapan lainnya pun dihargai dengan nominal yang ramah.

Perkemahan Kampung Cai memiliki tempat yang luas. Kalian bisa memilih tempat sesuka hati. Kebanyakan yang berkemah di sana memilih tempat yang dekat dengan pusat keramaian. Mereka mengambil tempat sekitar mesjid. Ada bukit dekat pintu masuk bagi yang ingin sensasi berkemah di hutan. Jangan kaget jika tempat berkemah ini tak seperti yang dibayangkan. Karena di tempat ini lengkap fasilitasnya. Kalian tak perlu khawatir akan kekurangan.

Kayu bakar seharga lima belas ribu bisa di didapat di warung-warung terdekat. Ada jagung juga buat kalian yang ingin bakar-bakaran di malam hari. Bila kehabisan air minum bisa mengambil di keran-keran air bersih. Sebenarnya tempat ini bisa dikatakan sangat lengkap. Mesjid ada di dekat lapangan perkemahan. Bahkan toilet pun tersedia. Ada toilet gratis di tengah lapang. Untuk yang berbayar bisa dipaketkan lima ribu sehari. Kalian pun bisa mengisi baterai ponsel di warung terdekat. Biasanya kita harus membayar dari tiga hingga lima ribu.

Di dalam tempat wisata ini ada penangkaran rusa. Kalian bisa masuk untuk memberi makan rusa-rusa dengan wortel yang telah disediakan. Selain itu ada kolam renang air hangat. Adapula wahana outbond. Berkuda dan panahan pun tak ketinggalan. Semua wahana buka dari pukul delapan pagi hingga lima sore. Jadi bagi kalian yang tak bertujuan berkemah pun bisa menikmati segala fasilitas wisata yang disediakan.

Kegiatan berkemah bisa djadikan tahap mendidik anak-anak. Mereka bisa belajar dekat dengan alam. Mendidik mereka untuk mandiri. Mulai dari mendirikan tenda hingga cara menyalakan api unggun. Kerjasama dan tolong menolong pun sangat diutamakan di sini.




Bagaimana tertarik untuk berkemah di Kampung Cai? Kalian juga bisa sekalian mengunjungi tempat wisata yang tak jauh letaknya dari tempat itu. Seperti Kawah Putih, Cimanggu dan Situ Patenggang. Oh, yah, kalau sudah selesai kemping jangan lupa yah untuk membuang sampahnya. Cintailah alam, maka alam pun akan mencintai kita.




Rabu, 04 Juli 2018

I Love You - Ay Laf Yu

Sepatu-sepatu di rak tampak jarang. Bau sunyi menyergap ketika kubuka pintu toshokan. Lega rasanya karena pojok favorit dekat jendela timur hari ini tak berpenghuni. Apalagi sunggingan selamat pagiku berhasil membuat si penjaga tersenyum. Senyum yang mungkin hanya muncul satu abad sekali darinya.

"Tugas kanji?" wajah muramnya sedikit berekspresi, membalas senyumku.

"Yups!" kamus kanji yang kuangkat ke udara membuatnya puas.

Bergegas kupenuhi pojokan 'romantis' itu dengan tumpukan buku. Tugas kali ini berhasil membuat sel-sel di otak berproduksi lebih. Dua rekan kelompokku, seperti biasa hanya berfungsi sebagai 'cheerleader' saja.

"soriii gue telat!" wajah secantik Julia Robert tiba-tiba muncul.

Kuberikan cengiran kuda terlebar pada sang artis gadungan. "Satu point telat lagi, Elu dapet tambahan nerjemahin!"

"Weks! Si Ilham aja kaga pernah diprotes. Pilih kasih ah!" Krista memberengut.

Seolah mendengar perkataan Krista, cowok berkacamata itu muncul. Aura toshokan mendadak bersemu 'pink'. Para jomblowati sontak merubah pose duduknya, mulai menebar kode 'sapa aku'.

Aku tak pernah paham, apa yang dilihat mereka pada diri Ilham. Seperti hari ini, dengan kemeja hitamnya ia tampak biasa saja. Kerah atasnya yang tak terkancing sama sekali tak tampak seksi. Memang kuakui postur tubuhnya sempurna. Tinggi dan berisi. Tapi itu tak aneh, karena Ilham memang pemain basket. Mungkin hanya isi kepalanya saja yang membuatnya spesial di mataku.

Dan cowok yang diberi nilai "A" itupun duduk dihadapanku. Tangannya gugup mengeluarkan semua isi tas. Buku tabungan dan buku arisan pun tak dilupakannya.

"Huaa udah mau bayar arisan lagi gitu?" seru Krista. Langsung menutup mulutnya begitu terkena kilatan 'petir Thor' si penjaga.

"Eh, engga ko! Gue nyari sesuatu," elak Ilham gugup.

"Lu mencret lagi?" mataku mendelik.

Krista terkikik pelan, "Psstt ... nih ada sisa norit kemaren."

Wajah cowok nilai plus-plus itu tambah gugup. Dan aku makin yakin kalau para jomblowati itu salah. Wajahnya memang cenderung tampan. Tapi tetap saja tak mampu menggeser gunung es di hati.

"Mi, tadi malem ngaji gak?" tanyanya diawali dehem gugup.

Aku mengangkat kepala dari layar laptop. Berusaha mencerna pertanyaan yang terkesan basa-basi itu.

"Kayanya sih iya, gue lupa. Surat pendek aja kalo ga salah."

Ilham terlihat gelisah. Dan setengah jam kemudian gelisahnya mulai berlebih. Aku jadi merasa sedikit bersalah. Mungkin kanji yang harus diterjemahkannya terlalu sulit.

"Mmm Mia. Bantu jawab gue yah!" ucapnya tiba-tiba. Suaranya sedikit bergetar.

"Apaan sih bro? Langsung ajalah, gue lagi pusing nerjemahin nih," tukasku. Jujur aku mulai curiga dengan keanehan sikapnya.

Ilham terbatuk pelan, "Mi, kalo alif fathah bertemu ya' sukun dibaca apa?"

Sontak aku memelototinya. Bukan karena pertanyaannya. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk belajar ngaji.

"Elu mau ngajarin ngaji sekarang? Duuuh tar malem aja kenapa sih?" Aku benar-benar tak habis pikir dengan kegigihannya mengajari Al Quran.

"Psstt baweel, jawab aja!" tukasnya jengkel.

Kupelototi wajahnya yang memerah, "Ay!" jawabku sambil menutup laptop.

"Kalau lam fathah bertemu fa' sukun dibaca apa?" tanyanya lagi.

Keningku berkerut, "Mmm laf?" tak yakin menjawab pertanyaannya.

Ilham mengacungkan jempol, "Kalau ya' dhomah dibaca apa?"

"Yu, kayanya," jawabku sambil terus menulis hasil terjemahan.

"Pinteeerr ... kalau disatuin jadi gimana bacaannya?" Ilham mendesakku.

"Eh, hffftt ay-- laf-- yu," jawabku sambil memelototinya.

Wajah Ilham makin merona, "Me too," ucapnya perlahan.

"Uhuk, hahahaa ... ada yang bawa air ga?" Krista langsung pura-pura sibuk membongkar tasnya.

Kulipat tangan di dada. Berusaha menekan gemuruh yang entah apa namanya. Memandang wajah Ilham yang tengah memandangku. Keringat mulai bermunculan di wajahnya.

"Heh, Elu lagi latihan nyatain? Sama cewe gedung B itu bukan?" nada judesku terdengar sangar di suasana merah jambu itu.

Dan wajah cowok di hadapanku itu seperti tertimpa berton-ton besi. Berusaha tampak tenang Ilham memasukkan semua buku ke dalam tasnya.

"Gue ke kelas duluan. Nitip ini!" diletakkannya bungkusan berpita itu dihadapanku.

"Apaan lagi itu?" erangku.

Ilham menyampirkan tasnya, "Buat cewe yang aku suka."

"Ngapain dititip ke gue? Hei Bro!" seruan tertahanku tak membuat Ilham membalikkan badannya.

Dengan kesal kuraih bungkusan apik itu. Di bagian bawahnya ada tulisan dengan tinta timbul warna perak.

"Mia" jelas tertulis di kertasnya. Krista makin bertingkah konyol. Ia mengerucutkan mulutnya dan menggerakkannya tanpa suara.

"Ay laf yu, ay laf yu, ay laf yu" tulisnya di kertas kosong. Mengiringi gerakan bibirnya.

"Ih Eluuu!" dengan gemas kucubit pipi Julia Robert palsu itu.

Krista berusaha keras menahan tawanya. "Jawab sanaaa!" godanya.

Aku merasa malu. Atau gugup. Atau sesuatu yang mulai merayap di hati. Ah, entah apa ini. Tapi Krista benar, aku harus menjawab pernyataan 'aneh' Ilham. Mungkin nanti, di waktu belajar mengaji.

*************************

Toshokan : perpustakaan