Minggu, 25 Juni 2017

Aliran Rasa Kelas Bunsay

       Alhamdulillah hati yang pada awalnya ragu untuk mengikuti kelas ini, akhirnya terpatahkana dengan materi-materi yang begitu menggugah hati. Materi komunikasi produktif yang begitu sangat menyentil pola komunikasi dalam keluarga saya sangat memberikan inspirasi.
     Saling tukar pikiran antar sesama anggota kelas bunsay, saling menyapa yang inspiaratif benar-benar menambah wawasan ilmu. Pertemuan di seminar dan acara-acara yang informatif terasa sangat menambah kekeluargaan. Saya seperti mendapt keluarga kedua di kelas ini, walaupun kebanyakan hanya sebagai silent reader hehe.
     Tantangan 10 hari kemarin benar-benar membawa efek menakjubkan di keluarga kami. Terutama pada pola komunikasi saya dan anak-anak, yang notabene telah remaja.
Sekarang betapa bahagianya karena setiap ada permasalahan,  bahkan sampai yang bersifat pribadi sekalipun mereka langsung menghampiri emaknya ini. Alhamdulillah terasa sekali perubahan komunikasi diantara kami sekeluarga, terutama si sulung yang semakin sering curhat dengan maminya ini.
     Alhamdulillah enggak nyesel lanjut ke kelas bunda sayang ini, dan semoga ilmu yang didapat semakin bermanfaat bagi pembenahan keluarga kami 😘.



#aliranrasa
#kuliahbunsayiip

Sabtu, 17 Juni 2017

Menyiasati Penggunaan Gadget Pada Anak

      Dalam rangka memenuhi undangan seminar yang disebar di komunitas, saya dan teman-teman mendatangi Trans Hotel Bandung. Seminar dengan pembicara seorang psikolog, Mischa Indah Mariska. M. Psi. Seminar ini dimaksudkan untuk menyamaratakan persepsi tentang pengaruh gadget pada anak.
     Sering kita orang tua merasa resah dengan dampak perkembangan teknologi yang pesat. Terutama dampak gadget seperti smartphone pada anak-anak. Tapi sebelum menyalahkan gadget, ada baiknya memahami kebiasaan kita sendiri sebagai orang tua. Sudahkah kita lepas dari gadget? Karena sebenarnya anak itu adalah peniru ulung, dia melihat lingkungannya, mengadaptasi, dan kemudian menirunya. 
      Anak melihat lingkungannya yang menggunakan gadget dan kemudian dia menirunya. Penggunaan yang tidak diawasi tentunya akan banyak memberikan pengaruh negatif daripada pengaruh positifnya. Pengaruh positif gadget banyak kegunaannya, seperti anak menjadi lebih akrab teknologi. Anak mempunyai cara baru dalam belajar, dalam hal ini penggunaan internet memudahkan dalam belajar. Dengan teknologi pula anak akan memiliki metode belajar baru, struktur otaknya akan berkembang karena bisa melihat bentuk dua dan tiga dimensi. 
     Gadget tidak hanya berbentuk smartphone, tv dan psp pun termasuk kedalamnya. Penggunaan gadget yang baik untuk anak ada baiknya mengikuti tahapan-tahapan yang dianjurkan, seperti di bawah ini:

Tahapan penggunaan gadget

0-2 Tahun : pada rentang usia ini anak disarankan untuk tidak memegang gadget. Karena pada saat ini anak sedang belajar melalui panca indera dan pergerakan tubuh. Pada masa ini anak seharusnya dekat dengan pengasuhnya bukan dengan gadget. Anak bisa menjadi pasif bila lebih dekat dengan gadget.
    Pada usia ini otak masih dalam tahap perkembangan yang belum sempurna. Dengan gadget memang anak terlihat tenang dan orang tua tidak terlalu repot mengasuh, tetapi sebenarnya kerja otaknya menjadi berat pada saat menggunakannya. Kemampuan kosentrasinyapun akan terpengaruh, karena pada gadget biasanya perpindahan dari satu tema ke tema lain sangat cepat. Hal ini akan terlihat pada saat memasuki usia sekolah.
     Ada beberapa solusi yang bisa kita lakukan dalam penggunaan gadget, seperti:

0-1 : pada usia ini struktur otak sedang dalam tahap perkembangan yang belum sempurna. Perkenalkanlah anak pada permainan yang dapat menstimulasi otak.

1-2 : - hindari menggunakan gadget saat dengan anak. Karena anak akan meniru apa yang mereka lihat.
- buat mereka sibuk sehingga teralih perhatiannya dari gadget.
- pada usia 18 bulan anak boleh memegang gadget asal diawasi dan jangan lebih dari 15 menit.

2-5 : pada usia ini anak boleh menggunakan gadget dengan syarat diberikan program edukatif dan interaktif. Sebaiknya tidak lebih dari satu jam dan diselingi kegiatan lain.

Efek penggunaan gadget yang berlebihan:

- gangguan emosi dan perilaku
   Karena gadget benda mati, jadinya si anak tidak dapat mengekspresikan emosinya.Jadinya segala yang dirasakannya terpendam karena tiadanya interaksi. Perilakunyapun akan terpengaruh dari apa yang dia lihat. Karena anak bisa mengadaptasi dari konten yang dibuka seperti game.

- menghambat kemampuan kognitif, motorik, sosial, dan bahasa
    Anak jadi sangat pasif, kemampuan motorik halus dan kasarnya jadi terhambat karenanya. Karena gadget anak akan jarang berkomunikasi sehingga berpengaruh pada perkembangan kosakata bahasanya dan juga kemampuan bersosialisasinya.

- mengganggu kesehatan fisik
   Karena terus menerus terpapar layar biru seringkali merusak mata. Pola makan dan pola tidurnyapun terganggu karena asik bermain gadget.

Ciri-ciri kecanduan gadget

- menggunakan gadget lebih dari 2 jam
- tantrum ketika gadget diminta
- tidak bermain dengan teman
- pola makan, minum dan tidur tak teratur

Penyebab kecanduan:

- kurangnya kuantitas dan kualitas orang tua dengan anak
- dari gadget si anak mendapat banyak reward, sehingga akhirnya gadget menjadi sumber kesenangan utama.
- paparan gadget berlebihan punya efek yang sama dengan narkoba. Disebut juga dengan narkoba lewat mata ( narkolema ). Anak akan merasa ketagihan karena ada efek kecanduannya.

Bagaimana cara mengatasinya?

- Kembalilah pada prinsip anak harus bergerak. Ikutsertakan anak pada kegiatan-kegiatan di luar rumah. Berikan waktu yang banyak baginya di lapangan.
- jadilah role model yang baik untuk anak
- jadilah orang tua yang menyenangkan bagi anak sehingga mengalahkan serunya bermain gadget.

Apa yang harus dilakukan?

- bayar waktu anak yang terpakai untuk menggunakan gadget dengan perhatian full kita, dan usahakan tanpa gadget sama sekali.
- ajak anak keluar rumah untuk melihat pemandangan, mengobservasi lingkungannya, dan berinteraksi dengan orang lain.

Apa yang jangan dilakukan?

- saat anak rewel diberikan gadget
- memberi tontonan asing saat kemampuan bahasa ibunya belum berkembang baik. Hal ini bisa menyebabkan kosakatanya terhambat ( speech delay).
- membiarkan anak memiliki akun sosmed sebelum usia 13 tahun
- memfasilitasi anak dengan gadget khusus
- memberi gadget pada saat makan

     Sebagai orang tua kita harus bisa memikirkan hal positif ketika anak tidak memainkan gadget. Sudah seharusnya merasa kasihan pada anak karena kehilangan banyak hal untuk belajar pada saat menggunakan gadget. Sudah seharusnya pula kita menguatkan bonding dengan anak. Dan berikanlah kesempatan pada anak untuk menguasai berbagai keterampilan.



Jumat, 16 Juni 2017

Ketika Semua berbicara

     Rupa-rupanya tantangan komunikasi produktif yang saya coba praktekkan setiap harinya membawa pengaruh besar pada anak-anak. Mereka jadi lebih leluasa mengeluarkan pendapatnya, terutama si sulung yang tampaknya mulai menempatkan emaknya ini sebagai partner curahan hati.
     Hari itu ketika waktunya perban di tangan kaka dibuka...
Aku yang dengan hati-hati membuka perban ditangan kaka, terheran-heran mendengar dia beristighfar terus. Herannya karena kaka sambil tersenyum-senyum.
" mi, ada yang khawatir sama kaka, "ucapnya malu-malu. Aku tersenyum-senyum.
" emang kenapa gitu khawatirnya, "tanyaku geli.
" ada yang bilang, can aku sedih ngeliat tangan kamu, " ucap kaka lagi malu-malu.
Huaduuh kepingin ngakak saja rasanya😂.
" wah wah kaka punya penggemar rupanya. Siapa namanya, teman sekelas yah? "tanyaku menahan geli.
" Aah mami mah suka pengen tauu.., "jawab kaka ngeles.

Si bungsu yang dari tadi ketawa ketiwi langsung nimbrung.
" Iyaaa si mami mah waktu adek sama si itu juga sampe dicari-cari orangnya, " ucapnya.

" yeee.. ade mah masih keciiil, mami wajib tau dong, "jawabku membela diri.
" kepo si mami mah yah a.. " seloroh adek lagi. Kaka cuma senyam senyum saja.

Waduuuh geli rasanya mengobrol hal yang menyangkut hati. Tapi senang karena anak-anak terbuka dan mau berbagi rasa dengan emaknya😊. Alhamdulillah kaidah 7-38-55 membawa perubahan besar pada pola berkomunikasi kami sekeluarga.


#gamelevel1
#day10
#komunikasiproduktif
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip

Spinner#day9

     Memang anak harusnya diawasi penuh pada saat memegang gadget. Apalagi anak yang sudah memasuki usia sekolah. Anak jaman sekarang lebih cepat beradaptasi dengan teknologi, bahkan lebih pintar dari emaknya😂.

     Siang itu aku sedang asik menulis ringan, adek dan sepupunya sedang bercanda di ruang tamu. Sebuah sepeda motor tampak berhenti di depan rumah.
" Paket buu.., serunya. Kupikir itu paket adikku. Tapi ko kecil sekali yah...
Abang paket menghampiri, " ini bu dari lazada atas nama M. Alwan, ucapnya lagi.
Waduh.. itu mah si adek atuh. Spontan a kupanggil dia, nada suaraku sudah mulai tinggi. Adek tampak bingung dia tak merasa memesan barang. Tapi aku ingat ada beberapa email masuk dengan nomor pesanan berbeda, dan setelah dicocokkan memang benar. Waah, kesal sekali rasanya harus membayar paket dua spinner. Bibir ini sudah tergoda saja memuntahkan segala macam omelan. Adek tampak bingung.
     Usut punya usut ternyata dia pernah mencoba memesan spinner lagi. Karena jaringan internet buruk dia mencoba mengulangi lagi pesanannya. Terus begitu sampai beberapa kali. Rupanya walau jaringan buruk, ada pesanan yang terekam juga. Waduuuh dongkol sekali deh, susahnya menahan ucapan kalau jengkel seperti ini.
Tarik napas dulu sebelum bicara😂

" Adek ingin atau butuh spinner? tanyaku.
Tersipu dia menjawab, "ingin mi.. tapi adek ga sengaja beneran mi", jawabnya gelisah.
Kuambil dua paket yang baru datang dan menumpuknya beserta paket yang cacat kemarin. " wah adek bisa sekalian jadi pengusaha spinner nih, " sindirku sambil nyengir lebar.
Adek tampak malu dengan kecerobohannya. " maaf mi, adek kapok ga akan lagi, " sambil menyerahkan hapenya padaku 😉.



#gamelevel1
#day9
#komunikasiproduktif
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip

Day#8- Spinner

      Awalnya kurang paham dengan mainan yang tampaknya tengah jadi favorit itu. Selintas malah bikin pusing yang melihatnya hehe. Usut punya usut ternyata spinner namanya, dan mainan itu tengah sangat-sangat membooming di antara anak-anak. Kata mereka sih itu mainan khusus buat yang tangannya ga bisa diam😂, yah seperti itulah. Tapi yang terlihat sih mereka malah senang melihat putarannya saja hehe, apalagi sekarang ada model yang memakai lampu. Jadinya pas berputar tampak meriah.
      Rupanya demam spinner berdampak juga pada si adek. Dia berinisiatif memesan sendiri ke lazada. Hebat, emaknya aja belum pernah pesan barang ke lazada haha. Dan ketika spinner yang dipesan datang, dia begitu sangat sangat bahagia. Saking bahagianya sampai berinisiatif memesan lagi. Maksud hati ingin melarang tapi tak kesampaian, karena ternyata tangannya lebih cepat mengetik pesanan kembali😂.
    Cerita punya cerita spinner keduapun tiba, antusias adekpun langsung membuka paketnya. Ternyata ada sesuatu yang membuatnya kecewa, paket kedua ini tiba dengan kualitas barang yang buruk. Ternyata adek memesan dari toko online yang berbeda. Spinnernya cacat, tampak ada yang belah dan sedikit karatan. Wah dia kecewa sekali..
 " Mi, yang ini ko jelek yah? Tapi putarannya lebih cepat sih, ujarnya.

Haduh mulut ini sungguh tergoda mengeluarkan kata-kata yang ditahan dari hari kemarin.

" hmm.. bagus yang kemarin yah de, ucapku menyetujui. Ku sentil hidungnya, " memang benar yah berlebihan tidak perlu, ucapku sambil tersenyum lebar.
Adek menatapku, tersipu.
" Iya mi, yang kemarin juga belum habis yah.. ucapnya kemudian. Diambilnya paket yang kedua, lalu menyimpannya begitu saja di tempat mainan.


#gamelevel1
#day8
#komunikasiproduktif
#tangangan10hari
#kuliahbunsayiip

Senin, 12 Juni 2017

Aku dan Anakku#2

      Senang karena game pertama sukses besar, saya jadi semakin termotivasi untuk memperbaiki pola komunikasi dengan anak. Kali ini si kaka yang jadi model gamenya😂. Komunikasi dengan kaka lebih sulit karena dia sudah merasa dirinya dewasa dan layak diperhitungkan pendapatnya. Biasanya saya mengajak mengobrol layaknya teman biasa. Memang susah menembus dunia remaja, pastinya sang ibu ini dianggap mami yang kepo olehnya.
     Kaka dengan predikat youtubernya memang sulit sekali dipisahkan dengan komputer. Lupa mandi, lupa makan, bahkan solat kadang diakhirkan. Sering kesal karena harus bolak balik mengingatkan untuk segera solat. Akhirnya berniat mempraktekkan kaidah 7-38-55 sama kaka, kira-kira keberhasilannya berapa persen yah?
      Kesal sekali melihat kaka semakin tenggelam dengan gamenya. Berulang kali diingatkan untuk solat tapi tetap saja asik didunianya sendiri. Akhirnya memutuskan mencoba dengan gaya menyindir sedikit,

"ehem ehem.. pura-pura berdehem menarik perhatiannya. Kaka menengok sebentar.. nyengir.. terus tenggelam lagi deh di dunianya.
"ehem ehem... pura-pura berdehem lagi dengan volume suara agak tinggi.
"apa miiii.... tanyanya menahan geli. Solat?? Iyaa bentar lagi deh.. jawab kaka sambil main game lagi.
Hmm menahan dongkol segunung itu tak mudah sama sekali hehe.
"ka masih napas gaaa? dengan nada iseng mencoba mengganggu kosentrasinya.
"Iih mamii.. iya atuh napas, kenapa emang mi? tanyanya.
Nah mulai mendapat respon nih
"Dan oksigen punya siapa yaaa.. kembali dengan nada menggoda.
Mata kaka menatap ibunya ini dengan malu.
"iya miii.. solat solaaat, "jawabnya sembari melangkah keluar kamar, mencoba menghindari mimik wajah ibunya yang menggodanya.

Yeaah berhasil juga menyadarkan kaka untuk solat tanpa perlu mengeluarkan omelan yang tak semestinya😂



#gamelevel1
#day7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Aku Dan Anakku

      Satu hal yang paling membuat mati gaya dirumah adalah komunikasi dengan anak hehe. Masalahnya dua anak di rumah sama-sama memasuki tahap remaja. Sulitnya membuka komunikasi dengan mereka yang tengah sibuk dengan dunianya masing-masing. Sebelum kalimat habispun langsung disanggah, "ah mami bawel! wah wah benar-benar butuh ekstra kesabaran menghadapi mereka.
     Dan tidak dipungkiri seringkali keluar muntahan kata-kata yang tidak pada tempatnya. Memang anak sekarang lebih cerdas dalam segala hal, jadinya tantangan bagi saya untuk lebih cerdas dari mereka. Bila sebelumnya kaidah 7-38-55 saya coba terapkan pada suami, sekarang saya ingin mencoba menerapkannya pada anak.
     Ini nyata dan tidak direka-reka, memiliki anak usia 12 tahun dan masih susah untuk diminta membersihkan badan memang sangat menggoda emosi. Masalahnya bukannya dia tidak sadar akan kebersihan, dan bukan juga karena tidak dibiasakan untuk mandi. Tapi sang anak ini rupanya menganggap mandi bukan suatu hal yang harus terlalu dipersoalkan dan dibawa menjadi sesuatu hal yang rumit. Di pikirannya, santei weh lah! Dan si ibu yang sudah berusaha sabar inilah yang harus mengotak-atik otak bagaimana caranya agar anak mau menurut.

      Hari ini,  entah untuk yang ke berapa kalinya harus rela menyabarkan hati melihat si bungsu belum jua mau beranjak mandi. Dari pagi hingga beranjak tengah hari masih saja asyik dengan laptopnya. Bila tak ingat sedang menjalani tantangan sudah keluar daritadi tuh semprotan dari mulut ini. Otak langsung berputar mencari cara untuk memintanya mandi tanpa banyak bicara.
      Dengan sengaja ibu tak berdaya ini bolak-balik di depan sang anak. Awalnya dia cuek, tapi lama kelamaan rupanya risih juga dengan tingkah laku maminya.
"ih mami ngapain sih? mondar mandir mulu.. tanyanya kesal.
Tidak menjawab saya hanya meneruskan  langkah sambil menutup hidung. Si bungsu mulai paham dia tertawa-tawa. "apaa.. mandi bukan? tanyanya lagi.
Sambil bolak-balik saya tutup hidung ini, trus pura-pura mengendus sana-sini. Si bungsu tertawa lagi. "bentar miiii... serunya geli.
"Wah wah bau apa ini yaah.. ada yang kuning-kuning lagi. Gigi kuning baju kuning.. "ucapku menggoda.
Sontak si bungsu dan sepupu-sepupunya tertawa. Saya berniat mengulangi kata-kata sindiran tadi, "wah wah....
Tapiii belum juga selesai kalimat ini, si bungsu langsung berdiri dan berlari ke kamar mandi haha.
Legaaaa akhirnya dia mandi juga tanpa harus mengeluarkan teriakan marah😂


#gamelevel1
#day6
#komunikasiproduktif
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip

Rabu, 07 Juni 2017

To The Point? Oh No!

     Yah, harus seperti apalagi kalau ternyata aku ini termasuk tipe wanita yang harus serba tepat dan langsung action. Istilah kerennyamah poktorolong, hehe.. Bagi yang pola pikir dan pola kesehariannya yang berbeda pastinya sangat mengesalkan sifatku yang satu ini. Tapi apa mau dikata karena memang sudah sifat mendasar. Hanya saja setelah mencoba memahami komunikasi produktif, jadi tersentil untuk memperbaiki pola penyampaian maksud kepada yang dituju.
    Selalu saja kata-kata yang terlalu tepat sasaran menjadi faktor utama salah paham dengan pasangan. Dan terjadi lagi hari ini,

Di saat sahur, sambil menanti azan subuh

Tiba-tiba saja sedikit kesal merasuk ke hati ketika membayangkan akan mendapatkan sms nanti siang yang isinya.. mih, papah ke purwakarta yah.. hari ini jadi ketemuan dengan owner proyeknya.. argh! rasanya sudah terbayang saja bakal menanti kepulangan suami sepanjang malam. Dan aku tak suka itu, apalagi terbayang hape suami mati karena kehabisan batere. Owh tidak! pasti stres karena khawatir aku ini. Dan langsunglah si bibir bawel ini beraksi karena aku tak bisa memanjangkan nalar.

"percuma aja pah, proyek ga akan pada cair kalau bulan puasa gini pastinya nunggu habis lebaran, ucapku tiba-tiba pada suami.
"nah.. nah, mulai bawel.. belum juga berangkat udah ribut, jawabnya.
Tambah kesal karena membayangkan suami akan pergi jauh dan aku pasti khawatir menunggunya.
"yah papahkan cuma senang pergi sama kumpul-kumpulnya ajakan? ga mikirin kalo yang di rumah nunggu sambil khawatir, ucapku tandas. Bla bla bla, mulailah segala kicauan di penghujung subuh membuncah.
Dan... karena nalar yang pendek dan pikiran negatif yang mengganggu praktek kuliah bunsayku inilah... daar! suami mulai kesal lagi karena aku bawel dan bicara yang tidak-tidak padahal belum kejadian.
eh.. eh.. kenapa papah jadi marah? tanyaku merasa wajar dengan segala kebawelan ini.
"mamih itu kalau bicara suka ga mengenakkan hati.. jawabnya kesal.
Ga mengenakkan hati jugakan benar seperti itu adanya, ucapku membela diri dalam hati.

Dan kesal itu berlanjut terus sampai terbawa awal pagi. Bertambah-tambah kesalnya karena harus mengantar aku mengambil barang pesanan. Sang suami terus saja kesal, sampai ada barangnya yang tertinggal, sampai salah paham dengan bank yang akan dituju. Salah belok jalan juga kesal, menungguku mengirim barang via paket juga kesal, mau pesan meja kayu kemahalan juga kesal, tambah kesal karena terlalu siang ke tempat usahanya. Semua jadi kesaaaal... tapi ajaibnya aku yang jadi diam.

   Berpikir.. padahal hanya mencoba mengungkapkan kekhawatiran dihati tapi jadi salah yah. Perasaan intonasinya sudah diperlembut hehe.. Yah aku pikir ada faktor lain yang menambah kekesalan suami. Mencoba untuk tidak merasa yang paling benar, mencoba memahami kondisi suami yang kurang tidur. Mencoba memahami segala kesulitan-kesulitan suami, dengan kata lain mencoba memposisikan diri sebagai dirinya. Aku terdiam, yah aku yang salah.. faktor komunikasi yang telah berakar mulai membuat masalah lagi. Tidak semua orang suka diberitahu kebenaran secara blak blakan. Seharusnya aku lebih belajar lagi bicara yang tidak to the point. Huuftt.. sulit.. tapi harus bisa

     Setiba di rumah berkutat dengan pikiran, bisakah kaidah 7-38-55 diaplikasikan sekarang padahal suami di tempat kerjanya? ah, bismillah saja ah... bergegas aku mengambil hape dan mulai mengetik pesan.

aku: alhamdulillah berkah pesanan hari ini bisa beli kebutuhan sama camilan buat anak-anak, makasih yah pah udah nganter tadi...

suami: ceblek...

Apa itu ceblek? haha hanya aku dan suami yang paham. Yang pastinya itu sebutan kesayangan dia untukku selain gajah haha..
alhamdulillah bisa mendapatkan lagi hatinya, dan kedepannya lagi harus bisa menghalau segala pikiran negatif yang mengganggu.


#gamelevel1
#day5
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Senin, 05 Juni 2017

Melatih Sabar #day4

     Kembali mata melirik jam di dinding, sudah kesepersekian kalinya menghitung menit dan detik. Bukan hal yang patut dipertanyakan lagi, bila keterlambatan pulang menjadi hal pemicu kesalahpahaman. Dan otak ini mulai memikirkan macam-macam. Mulai dari mencoba mengira-ngira jam pulang, sampai mengkalkulasikan maksimal keterlambatan bila jalan macet.
    Aku kesaaal.. mulai bermacam pikiran negatif hinggap. Sampai akhirnya terhimpun untaian konotasi yang menggambarkan pikiran negatif. Sudah siap diujung lidah siap untuk dimuntahkan. Kenapa yah hanya diminta pulang cepat aja ko susaaah kelihatannya. Apa memang tidak berusaha? Apa memang tidak menghargai? istri itu hanya minta dihargai sudah menunggu seharian di rumah. Pulang cepat kek, apa sms dulu kalo mo terlambat.. bla bla bla...
    Plaaakk... Nalar panjangku menampar nalar pendekku. Hayoo.. pikiran negatif hanya akan merusak segala keseimbangan di tubuh, tegur otakku. Blaas mencoba menjernihkan segala pikiran negatif yang ada. Tarik napas panjang, nalar pendek hanya menghasilkan pikiran negatif, hatiku berujar. Ingat kuliah bunsay.. ingat... jujur kalau tidak ingat pasti sudah meluncur sms sms tidak mengenakkan hati. Telpon dengan celoteh nada curigapun sudah dipastikan berbunyi terus. Sabar.. sabar..
     Bunyi pintu pagar depan mengusik gelisahku. Dan itulah dia pulang dengan senyum tersungging di wajahnya. Mungkin senang karena tidak diteror oleh sms dan telpon yang tidak mengenakkan hati.
" Tumben ga baweel.. ucapnya sambil senyum-senyum.
"menghemat energi, ucapku sambil lalu. Padahal di hati ini masih tersisa jengkel.
"maaf yah telat sedikit.. nih aku belikan kolak, ucapnya sembari menyodorkan bungkusan.
Sedikit terperangah, eh perasaan aku ga minta.. tumben berinisiatif sendiri. Aku senang? oh tentu saja senang, ternyata tanpa harus bawel beliau ini bisa juga sadar sendiri yah. Hmm...


#gamelevel1
#day4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Melatih sabar

     Kesal melihat sang suami belum beranjak dari mimpinya. Sehabis subuh mungkin karena kelelahan dia langsung berbaring lagi. Maklum pedagang.. pastinya butuh tenaga ekstra untuk menjajakan dagangannya, terlebih di bulan puasa ini. Tapiii.. rasanya kesal sekali bila telah lewat jam sewajarnya untuk bangun dan beliau ini masih tampak terlena di dunianya.
    Kesal, bolak-balik masih saja tidur. Apa sih salahnya bangun lebih awal biar ada waktu lebih untuk bercanda dengan istri? Hmm.. hawa merajuk mulai berkoar di dada. Godaan menyemprotkan ribuan celoteh nyinyir rasanya tak tertahankan. Yaaah.. ingin sekali bibir ini berceloteh panjang lebar. Ups!  ingat.. ingat.. kamu sedang berlatih kaidah 7-38-55 , ujar sang otak.
   Waah rasanya sulit untuk mengerem celoteh yang mendesak keluar dari bibir ini.
Bismillah.. tarik nafas.. panjangkan nalar...

" ning nong.. yang lagi mimpi udah jam 9 nih, bisikku tepat di telinga beliau. Gerakan lambat menandakan dia terusik sejenak. Haduuh sebenarnya sudah tak tahan ingin berbawel ria, tapiii.. sabar.. sabar...
" paah.. ning nong jam 9 nih, bisikku lagi. Jemariku iseng menggelitik punggungnya. Tersenyum sang suami membalikkan badannya. Tumbeeen ga baweell.. ujarnya mesem mesem. Berusaha menahan semburan kosakata nyinyir dari bibir, aku membuat gerakan mengunci bibir dengan jari.
Tertawa geli dia bangkit dari tempat tidur, " siaap komandan! waktunya banguun...

    Dan kembali perbaikan pola komunikasi yang sudah mengakar itu berusaha aku kikis perlahan.



#gamelevel1
#day3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Sabtu, 03 Juni 2017

Game level 1-day 2

      Sejatinya dalam komunikasi ada pengertian dari dua arah. Tidak hanya satu pihak yang berinteraksi sedangkan pihak yang satu acuh tak bereaksi. Komunikasi satu arah biasanya terjadi bila satu pihak merasa paling benar, dan tanpa disengaja seolah menyudutkan partner bicaranya. Si partner mau tak mau akhirnya merespon dengan seolah tidak mendengarkan pembicaraan. Karena dia merasa disudutkan dan tidak dimintai pendapat.
      Akhirnya komunikasi satu arah ini menjadi pintu awal dari perselisihan. Akan selalu menjadi seperti ini bila tidak ada niat dari semua pihak untuk memperbaiki pola komunikasinya. Saya menyadari benar pola komunikasi diri sendiri harus segera diperbaiki. Mulai dari intonasi yang diperhalus dan mimik wajah yang diperlembut. Sewajarnya bila sayapun menginginkan pasangan untuk belajar bersama memperbaiki pola komunikasinya. Tetapi sadar segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri dahulu, maka saya berinisiatif sayalah yang harus berubah terlebih dahulu.

day 2:

Sekarang hari sabtu. Hati mulai terasa mendongkol bila mengingat hari sabtu biasanya hari berkumpul keluarga. Seharusnya... Tapi tidak bagi keluargaku. Dongkol karena suami selalu harus pergi berniaga di hari-hari yang seharusnya menjadi hari spesial keluarga. Aku yang biasanya pasti akan langsung mengeluarkan kata-kata tajam hanya untuk sekedar menarik perhatiannya.
Tapi kali ini lain...

Menarik napas mencoba menghilangkan rasa dongkol.
"pah.. hari ini hari sabtu kan? tanyaku dengan intonasi lembut. Mamih ada acara nih di taman balaikota. Tanpa ada intonasi mengajak ataupun menyalahkan suami karena kesibukannya. Berusaha mempertahankan mimik wajah agar tidak terlihat jutek. Memperlihatkan senyum terbaik (menurutku).
wah wah ada apa niih? tanyanya sambil senyum-senyum. Tumben ga bawel mih hehe...
Melihat peluang bagus akhirnya langsung mengungkapkan maksud hati deh
"mau dong kumpul-kumpul main bareng sekeluarga pah! ajakku tak kentara
Rupanya beliau ini sudah menangkap maksudku dari tadi.
Masih dengan senyum-senyum simpul.
Oke deeeh.. mumpung masih awal puasa nih kita sekalian aja bukber diluar yah mih.. ucapnya riang.
woow.. sang workholic mau diajak refreshing?
Tanpa mengeluarkan banyak kata hanya satu pelukan saja untuk suami tercinta.

Ternyata tanpa banyak kata yang percuma. Tanpa harus memasang mimik jutek hanya untuk menarik perhatian. Maksud yang diinginkan akhirnya bisa tersampaikan dengan baik. Hanya dengan intonasi yang benar, dengan gerak tubuh yang wajar dan sedikit kata-katapun ternyata maksud kita bisa tersampaikan dengan baik.

#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Kamis, 01 Juni 2017

Komunikasi Keluarga

      Saya sangat menyadari jikalau pola komunikasi saya pribadi sangatlah perlu diperbaiki. Sering sekali melihat respon dari lawan bicara yang tidak diharapkan pada saat berkomunikasi. Kadang berpikir apa intonasi saya kurang tepat atau mungkin terkesan menggurui atau mungkin terdengar seperti menyombongkan diri? Padahal sebenarnya maksud saya jauh sekali dari hal-hal tersebut.
     Menyedihkan ketika berbicara dengan pasangan tapi yang didapat akhirnya hanya salah paham. Sering saya lihat beliau seperti terkesan digurui padahal maksud saya jauh dari hal itu. Menyadari kelemahan dalam berkomunikasi ini saya sangat bergembira hati ketika mendapat materi pertama kelas bunda sayang tentang komunikasi produktif. Ternyata yang pertama kali harus saya lakukan adalah memperbaiki pola komunikasi pada diri yang cenderung telah mengakar.
     Ketika membaca materi yang ada saya simpulkan semuanya berkaitan dan harus dipelajari. Tapi karena harus memilih salah satu poin saja, akhirnya jatuh pilihan pada kaidah 7-38-55. Seperti yang disampaikan Albert Mehrabian bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap, aspek verbal itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi. Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).
    Menjawab tantangan 10 hari dari kelas bunsay:

    Hampir menyerah karena hampir selalu nol persen timbal baliknya ketika aku mencoba untuk mengungkapkan perasaan ini pada suami. Rasanya sulit menarik romantisme dari dirinya yang memang tidak romantis. Sekedar kecupan di kening yang tanpa sadar seperti telah beratus tahun hilang dari kebiasaan. Sepertinya muntahan alphabeth dari kelopak bibir ini tak membuatnya bergeming. Putus asa? yah hampir saja... padahal mempertahankan keromantisan itu sangatlah berarti dalam berumah tangga.
   Tergelitik tantangan kelas bunsay, berusaha intropeksi diri, berusaha menahan emosi, dan berusaha memanjangkan nalar, dan... action!

apa senyum-senyum? tanyanya sembari menyelempangkan tas, pertanda dia akan segera beranjak mencari nafkah. Menggeleng geli aku dekati dia dengan sedikit malu-malu. Duuh, ternyata aku sudah terlalu lama tidak bersikap manis padanya, berujar batinku.
hmm.. papah.., kuhampiri beliau dengan tingkah manja. Senyum mesra mengembang di wajahku. Kupandang matanya lekat-lekat, dan kupeluk dia eraaat sekali. Satu menit saja.
Kupandang lagi matanya, nah papah..  ini materi pertama kelas bunda sayang, ucapku dengan malu-malu. Kupeluk lagi dia dengan eraaat sekali. Satu menit saja.
Dan...
Gunung es itu mencair begitu saja. Tiba-tiba dia meraihku, dan tiga kecupan untukku itu kembali. Ajaib.. tidak hanya tiga, dia mengulangi untuk yang kedua kalinya lagi. Wah.. tanpa berbawel ria minta diperhatikan, tanpa merajuk, tanpa cemberut, dan tring sim salabim keajaiban itu muncul. Sedikit terpana, tapi ternyata nyata.

Yah kaidah 7-38-55 telah menunjukkan keajaibannya yang pertama. Ketika aku menyetop kata-kata yang tidak perlu, dan melatih berintonasi, dan mempraktekkan bahasa tubuh. Dan inilah kemajuan pertamaku dalam berkomunikasi dengan pasangan😊.

#level1
#day1
#tantangan 10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip