Selasa, 23 Agustus 2016

Nikita Diary1

       Jenuh...terasa begitu berat pundak dan otak ini. Beban tak kasat mata melingkupi seluruh persendian mengkakukan gerak langkah..terasa begitu hampa dan dangkal. Ya allah kulupakan lagi dhuhaku hari ini. Berjalan tergesa mencari sejumput dunia yang tak kunjung teraih kedamaiannya. Karena ini bukan tujuanku. Segala persoalan menumpuk, menusuk dari berbagai sudut membuat terperangkap dalam dimensi kehampaan. Berjalan seperti tak berjalan, berpikir seperti tak berpikir. Dimana aku ?
         Dan hari ini betapa tergesanya berlari mengejar waktu sesaat untuk meraih kejayaan dunia. Tercenung melihat betapa hilir mudiknya manusia-manusia, berseliweran, berpapasan tapi tak menyapa, berpapasan tapi tak ada kontak mata, berpapasan tapi hanya tertuju pada dirinya sendiri. Dan aku termasuk didalamnya. Dikatakan bekerja adalah ibadah, tapi sekiranya bekerja menyurutkan waktu beribadah siapakah yang patut disalahkan? Dan aku tercenung karenanya.
         Berjalan perlahan di pasar tradisional, tertunduk, berhimpitan dengan penuhnya manusia yang sibuk berbelanja. Bahkan doa masuk pasarpun terlupakan olehku. Berat segala tekanan persoalan serasa memagnetkan telapak kaki ini ke tanah bumi. Berat untuk melangkah. Terlihat mereka yang begitu sibuk berdagang, sibuk berbelanja. Dan aku aura tak terlihat di tengah kerumunan. Ya allah betapa meletihkannya semua ini.
      Tapi mereka begitu ceria, begitu hangat dalam percakapan, hanya aku saja yang terbentur dalam tindakan. Mulai tergerak dalam pertanyaan, aku yang membuat masalah ataukah masalah yang bermasalah? Terusik langkah pelan seorang disabilitas, tertatih menjinjing bantal datar. Mataku melihat setiap langkahnya, mengikuti geraknya yang seolah mencari sudut kenyamanan. Tertegun ketika dihamparkannya bantal itu di lantai pasar. Duduk ia diatasnya dan mulai mengasongkan telapak tangannya. Tapi ia tak mengeluh. Dan aku yang berkaki utuh masih saja mengeluh.
          Hiruk pikuknya pasar kembali terpecah suara sholawat badar. tak tersadar kuikuti setiap lantunannya dengan khidmat. Sejuk sungguh ada sedikit celah kekosongan yang terhangati. Teringat betapa sholawat itu yang selalu menemaniku di setiap sepi datang...dahulu. Kembali hati ini tercekat melihat sumber suara, seorang bapak tuna netra dan pasangannya yang juga tuna netra, berjalan perlahan di tengah penuhnya pasar. Sholawat badar begitu jelas terlantn dari bibirnya. Aku terpukul. Sehatnya mataku tak sebanding lurus dengan segala persoalan biaya hidup. Teringat betapa selalu tergesanya membaca al quran, yang aku patok selembar sehari itupun dengan terburu-buru. Ya allah ada apakah dengan dunia ini sehingga menyita begitu banyak waktuku denganmu.
       Aku yang sedang mencoba menjumputi keakuanku yang berserakan di kesibukan yang menghampakan. Setengah perjalanan pulang tersimpulkan permasalahan terpaparkan begitu lebar karena syukur yang terpinggirkan. Apa yang kurang dariku, apa yang terasa begitu memberatkan bila ternyata selalu ada sajadah tempat meletakkan segala berat beban. Bila ternyata selalu ada yang melihat dan mendengarkan. Bila ternyata selalu ada memenuhi dan mencukupi. Bila ternyata selalu ada yang menjaga dan melindungi. Kau cukup beribadah dan AKU yang akan mencukupi segalanya. Bila ikhlas telah mengabur segala hal akan terasa berat. Astaghfirullah....Aku dan rasa syukur yang mengabur...Astaghfirullah...

Minggu, 21 Agustus 2016

Ribet Pindah Rumah?

       Belum seminggu dirumah baru, masih terasa gamang dengan suasana dan lingkungan yang belum familiar. Belum lagi dengan pegal-pegal dan kesal karena tegang mengerjakan ini itu, rasanya pekerjaan membereskan rumah seperti tiada akhirnya. namun yang pastinya mengeluarkan barang-barang tidak setegang memasukkan ke dalam dus hehe, hanya saja perasaan telah mendata dan  menata barang seapik mungkin, tapi ternyata tetap saja ada yang tertinggal. Untungnya barang di rumah tidak begitu banyak jadi tegangnya masih dalam kadar normal.
           Pindahan pastinya selalu membuat tegang hati dan pikiran, terutama bagi orang yang bekerja kantoran seperti saya. Pikiran harus meninggalkan pekerjaan rasanya hanya menambah intensitas ketegangan saja, belum lagi harus mencari waktu yang pas agar jangan sampai harus meninggalkan kantor berlarut-larut, jujur saya malah pergi ngantor dulu di sebagian waktu dan meminta ijin di sebagian waktu yang tersisa ( riweuh kata suami saya mah hehe ). Pokoknya sebisa mungkin saya tidak meninggalkan pekerjaan di kantor. Walaupun dibilang riweuh, saya mencoba untuk membuat segalanya praktis dan mudah untuk ditemukan akhirnya. Awalnya yang paling membuat tegang itu karena anak sekolah kemudian saya dan suamipun bekerja, jadi bagaimana caranya agar kami-kami ini tidak terlalu lama meninggalkan kewajiban? Akhirnya diputuskan anak hanya ijin satu hari suami juga ijin sehari, Saya? ijin setengah hari hehe (workholic hik ).

  • Hal pertama yang saya lakukan adalah memisahkan pakaian penting untuk tiga hari kedepan, apa saja pakaian penting itu?                                                                                                                           pakaian ganti sehari-hari, pakaian tidur, seragam kerja dan sekolah. dengan asumsi saya pasti membereskan pakaian-pakaian paling akhir.                                                                                        kemudian saya memisahkan semua isi laci lemari dan mengepaknya.
  • surat-surat penting seperti ijazah, akte, KK, sertifikat dll. dipisahkan dalam satu tas agar nanti bisa dijinjing saja. Rasanya terlalu riskan bila ikut mengepaknya dalam dus.
  • barang-barang kecil seperti hiasan dinding dan aksesoris dipak dalam satu wadah pula. Plus kosmetik dipisahkan dalam wadah yang lain.Saya mengepak barang-barang kecil dalam dus kecil.
  • buku-buku pelajaran saya biarkan ditempatnya ( dalam filling cabinet ) tentunya agar nanti tidak kesulitan membereskannya.
  • barang-barang yang sekiranya tidak perlu dikeluarkan dari tempatnya untuk praktisnya tidak perlu dikeluarkan, seperti saya membiarkan saja kerudung dan barang-barang yang ringan di dalam filling cabinet ( biar ga ribet beres-beresnya hehe ).
  • setelah barang yang ringan dan keci-kecil beres dipak semua baru berpindah ke barang yang besar.
  • barang elektronik ada baiknya dipak dalam satu wadah.itupun tergantung dari sedikit banyaknya elektronik yang ada.
  • pakaian saya pak dipisahkan menurut pemakainya, pakaian anak, suami dan saya berada dalam dus masing-masing yang berbeda.
  • setelah lemari pakaian kosong jangan lupa masukkan pakaian urgent untuk tiga hari kedepan kedalamnya agar tidak kesulitan bila memerlukannya.
  • barang-barang didapurpun di pak bersusun dari yang kecil terlebih dahulu, alat masak yang bergantungan, baru kemudian mengosongkan isi lemari dapur.

      Yang terpenting dari mengepak barang adalah menuliskan jenis barang apa saja yang ada didalamnya diatas tutup dus. jadi kita tidak akan kelimpungan mencari yang diperlukan, dan bisa dengan mudah menentukan dus mana dulu nanti yang akan dibongkar. Jangan lupa menomori dus, itu sangat memudahkan dalam pengecekan jumlah dus yang ada. Kemudian tas yang berisi surat-surat penting agar selalu diwaspadai keberadaannya hehe...
        Alhamdulillah bila semua telah tersusun dan dipak dengan rapi, kecil sekali kemungkinan ada barang yang tertinggal. Barakallah, semoga mendapat banyak berkah ditempat tinggal yang baru aamiin.

Rabu, 10 Agustus 2016

Kulwap bareng Monica Angen

       Baru saja bergabung di grup WA ODOP sudah langsung menerima berita baik, jumat 5 Agustus akan ada kulwap bersama mbak Monica Angen yang katanya seorang penulis. Jujur semangat langsung terpompa tapi dibarengi tanda tanya who is she? pertanyaan ini semakin meyakinkan jikalau saya ini termasuk kedalam orang Indonesia yang hanya membaca satu buku setahun ( aduh ). Penasaran saya membaca salah satu referensi tentang beliau yang disodorkan admin grup, ternyata saya jatuh hati dengan tulisannya tentang administrasi rapi bagi penulis dan bermaksud menelaah lebih lanjut tentang ini. 

Resume Kulwap jumat 5 Agustus bareng Mbak Monica

#pertanyaan 1 Yola-Bandung

Mbak Monica saya sangat tertarik dengan tulisan pentingnya administrasi rapi bagi penulis. Sangat terasa oleh saya kesulitan mencari hasil-hasil tulisan saya karena seringnya menulis di selembaran kertas di sela-sela waktu sekolah ataupun kerja mbak..terutama hasil translate seringkali acak-acakan sehingga ketika hendak membacanya kembali saya kesulitan mencarinya. Menurut hemat mbak apakah saya harus meninggalkan kebiasaan menulis di selembaran kertas dan mulai menuliskannya secara rapi dan serius di file komputer ataupun note hape? Sedangkan saya sangat sempit waktu melakukannya.Adakah trik tertentu menyiasatinya?

#2

Dalam penyusunan file saya lihat mbak melakukannya perpenerbit. Apakah perlu bila menyusunnya pertema pula mba? Terutama hasil translate ada yang untuk anak ada juga yang untuk dewasa...mohon pencerahannya mbak, terima kasih.


Jawaban:
1. Jangan ditinggalkan. Menulis dengan tangan sebenarnya jauh lebih baik daripada menulis langsung di laptop. Untuk menyiasatinya, gunakan kertas looses life. Nanti kertas-kertas yang sudah terisi bisa disimpen di binder berdasarkan kategori-kategori yang sudah yola tentukan.

2. Boleh per penerbit dan boleh sekaligus pertema jika tidak terlalu merepotkan. Intinya sih senyamannya kita.

#pertanyaan 2 Marina Yudhitia Permata-Bandung

Mbak Monica Angen kan sudah punya banyak karya baik fiksi maupun nonfiksi. Menurut Mbak apakah seorang penulis yang baik harus menguasai keduanya? Bagaimana khususnya untuk penulis pemula yang baru belajar, apa sebaiknya memfokuskan salah satu jenis dulu atau boleh coba-coba semuanya sekaligus?

Jawaban:
Mbak Marina, tidak ada penulis yang bagus atau jelek.Namanya manusia pasti ada kelebihan dan kekurangan. Nah, artinya ya tidak ada keharusan kita menguasai fiksi dan nonfiksi. Senyamnannya kita dan mana yang membuat kita enjoy saat menuliskannya. Untuk pemula, coba keduanya dulu. Rasakan mana yang paling terasa menyenangkan saat dikerjakan. Nanti setelah menguasai salah satunya, boleh lanjut untuk mempelajari berikutnya.

#pertanyaan 3 Lendy Kurnia-Bandung

Saya sering lihat Mbak monik menceritakan kegiatan Mba Monic selain menulis sebagai mee time.Misalnya menonton drama korea.
1.Apakah itu hanya mengisi leisure time atau memang dijadikan sarana untuk mencari ide?
2.Adakah tulisan mba monic yang terinspirasi dari drama korea yang mba monic tonton?heehhe..mengingat saya juga Kdrama addict
3.Ada rekomendasi drama korea yang "mba monic" banget ga?

Jawaban:
1.Nonton drama korea jadi salah satu sarana mencari ide Mbak Lendy.
2.Ada. 2 novel saja yang bergenre korea ada yang ambil ide awalnya dari k-drama,tapi alur, plot, dan sebagainya saya kembangkan sendiri.
3.Yang aku banget enggak ada. Tapi yang aku suka banyak hahaha...sekarang aku lagi nonton W.Doctors and unstopable ponds.

#pertanyaan Nita-Bandung

1.Saya lihat bukunya banyak terisnpirasi dari sherlock holmes?  Apa penggemar sherlock holmes seperti sayakah? Dan kok kepikiran membuatnya
2. Dan rata-rata judul novelnya angka 9?  pertanyaan yang membuat saya penasaran
3. Selama menulis pernahkah mengalami mood yang males banget buat menulis padahal sudah banyak ide dan cara mengatasinya mba monic bagaimana?

Jawaban:
1. Penggemar sherlock tapi bukan penggemar fanatik. Ide untuk sherlock ini terpikir saat lagi brainstorming sama editorku
2. Bukan novel ya,  tapi buku nonfiksi yang menggunakan angka 99. Ini penerbit yang menentukan
3. Pernah dan cukup sering. Aku ini tipe orang dengan mood swing yang lumayan parah. Cara mengatasinya: denger lagu, pikirkan buku yang bakal selesai dan dipajang di toko buku, kerja diluar. Intinya:malasnya harus dikalahkan

#Pertanyaan Monika Puri Oktora-Belanda

Mbak Monic kan menyarankan kalau mau membuat buku kita harus membuat outlinenya dulu sebagai pegangan.  saat menuliskan bab-bab berdasarkan outline bisakah ditengah jalan berubah jalan ceritanya?  karena tiba-tiba terpikir ide yang lebih menarik

Jawaban:
Iya. Sebaiknya membuat outline agar proses penulisan tidak melebar kemana-mana. kalo ditengah jalan muncul ide baru. tulis dikertas, memo, atau folder lain dulu. Nanti setelah kita selesai dengan naskah pertama, baru ide-ide baru tersebut diolah. oh ya, coba buat bank ide kalo memang sering muncul ide ditengah jalan. mengenai bank ide sudah saya ulas dibuku outline

#7 Pertanyaan Wini Nirmala-Bandung

1. Adakah tips menulis dalam bahasa inggris dengan percaya diri? sementara sehari-harinya jarang sekali menggunakan bahasa inggris.
2. Pernahkah merasa terjebak dalam brainstorming/mind map sendiri. Maksudnya baper gitu

Jawaban:
1. Jika tidak yakin menulis dalam bahasa inggris, sebaiknya hindari.
2. Pernah. Atasi dengan ajak teman yang dipercaya untuk diskusi.

#Pertanyaan Mesa-Bandung

Beberapa karya nonfiksi mba adalah cara, langkah dan tips praktis untuk mencapai suatu tujuan, sehingga pembaca merasa isinya aplikatif namun tetap sarat makna. Bagaimana proses mba menuliskannya? Bagaimana mengubah teori/konsep yang ada kebanyakan ke bahasa praktis?  Apakah kesemuanya merupakan pengalaman yang sudah mba lalui,  sehingga dapat secara luwes memadukan teori dengan praktik menjadi poin-poin yang mudah dicerna?

Jawaban:
Aku mencoba menuliskan proses yang sudah aku lalui dengan tujuan berbagi. Nah dalam proses penulisannya, aku coba memadukan sedikit teori dengan pengalaman yang sudah aku lalui ditambah data/referensi pendukung. Cara menuliskannya, buat seakan kita sedang berbicara dengan seseorang.

#8 Pertanyaan Shanty-Bandung

Maaf kalau pertanyaannya borongan.
Buku-buku Monica itu kalau kata saya bikin ketagihan. karena isinya padat dan mudah dicerna dengan info grafis yang menarik.
-ide buat buku banyak grafis itu dari penerbit atau dari pengarangnya?
-bagaimana prakteknya kerjasama penulis buku dengan ilustrator? Apa sudah ada gambaran kasarnya dulu dan tinggal digambar dengan software oleh si designer. atau cukup ngasih materi tertulis dan ide grafis murni dari designer. Saya pengen tau khususnya untuk buku-buku seperti Enggak Usak Kebanyakan Teori deh, atau buku 9 langkah cepat.
-kalau manulis buku apa Monic menulis satu buku selesai dulu sampai tuntas, baru pindah ke buku yang lain? atau sesuai kondisi hati dan deadline penerbit misalnya?
-biasanya satu buku selesai ditulis dari persiapan menulis sampai publish itu berapa lama? pengen tahu khususnya untuk buku-buku bestseller.

Jawaban:

1.Ide buku dengan infografis,saya yang usul,editor nanggapi,lalu kita diskusi bagaimana baiknya.
2.Saya tidak langsung berhubungan dengan ilustrator karena ada editor yang jadi penghubung.Saya hanya menuliskan desain atau tampilan apa yang saya inginkan dengan kalimat atau kata-kata.Sisanya,ilustrator mengembangkan imajinasinya sendiri.Menurut saya,alangkah baiknya masing-masing orang boleh berkreasi sesuka hati demi hasil yang lebih baik.
3.Satu persatu.Kalo pikirannya bercabang ke banyak naskah,hasil tidak akan maksimal.
4.Tidak sama untuk setiap buku.Ada yang dalam waktu 1 bulan setelah saya mengirimkan naskah ke penerbit.Ada yang sampai 6 bulan.Malah novel trilogi saya di BIP ini sudah hampir satu tahun prosesnya belum rampung karena harus revisi editing berkali-kali.

#9 Pertanyaan Afina-Bandung

Halo Mba Monic yang keren.
Karena pertanyaan teman-teman udah tentang menulis semua,saya mau nanya satu satu aja.Saya suka penasaran sama orang-orang hebat,jadwal kesehariannya gimana,karena pasti ada sesuatu yang lebih yang kita gak tahu.Boleh dibocorin sedikit buat kita-kita.Intinya,gimana sih jadwal keseharian Mba Monic dari bangun sampai tidur lagi?

Jawaban:

Saya tidak punya jadwal harian.Karena seperti yang saya bilang,mood swing saya lumayan parah.Saya hanya punya agenda untuk mencatat tanggal deadline proyek atau naskah yang harus selesai. Saya normalnya menulis 6 jam dan dibagi menjadi 3 bagian.Tapi karena saya sudah fulltime di bidang ini,kadang saya bisa menulis sampai 12 jam (terutama kalo udah mepet deadline..hehe).
Pekerjaan rumah tangga, saya bagi tugas sama suami.Intinya pekerjaan lain selain nulis yang bisa didelegasikan,akan saya delegasikan.Contoh: cuci baju kalo bisa laundry seminggu sekali akan menghemat waktu banyak dan ini bisa digunakan untuk nulis.
Acara ngerumpi dengan teman pakai jadwal janjian....hehehe.Diluar itu sebaiknya waktu dimanfaatkan buat baca,nonton,jalan-jalan, atau nulis. Yah,semacam itulah tidak ada jadwal khusus.


      Alhamdulillah kulwap dengan Mba Monic memberikan banyak pencerahan menulis. Bagaimana seorang penulis harus memiliki tekad yang kuat untuk menulis dan harus bisa mengalahkan rasa malas yang pastinya menghantui. Menulispun tidak asal-asalan, sekiranya ada workshop ataupun kelas menulis jangan segan-segan untuk mengikutinya karena teoripun dibutuhkan untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas. Yang terpenting sediakan selalu waktu khusus untuk menulis, jangan jadikan kesibukan kita sebagai alasan untuk tidak menulis. Berlatih dan berlatih terus setiap hari pastinya akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Jadi pembelajaran buat saya Mbak Monic, tidak ada alasan untuk saya menyalahkan waktu yang sempit untuk menulis. Setidaknya saya tidak akan meninggalkan kebiasaan menulis dilembar-lembar kertas kosong disela waktu bekerja saya.


Selasa, 09 Agustus 2016

Full Day School???

       Dua hari yang lalu saya membaca post di media internet secara terburu-buru. Walau sekilas saya langsung menangkap maksud dari isinya dan merasa gelisah, bapak menteri pendidikan mengajukan sebuah wacana untuk Full Day School. Oh my god ! selama sisa jam kerja post itu terus mengganggu pikiran, terlebih ternyata kemudian menjadi pembicangan yang hangat di sejumlah media. Resah karena tidak nyaman dengan sistem pendidikan yang terus saja dipenuhi wacana-wacana baru tanpa ada kejelasan yang pasti, seolah-olah menyepelekan arti dari pendidikan itu sendiri. Akan dikemanakan anak-anak kita ?
         Definisi Full Day School itu sendiri mengundang pertanyaan, menambah jam belajar untuk berapa lama? sedangkan jam pulang sekolahpun masih beragam, masih ada yang pulang jam 12 sehingga bila ditambah dua jam akan pulang sekitar jam 14 atau 14.30, sekitaran jam segini masih wajar menurut saya. Tapi bila sekolah yang pulang jam jam 14? menambah dua jam dia akan pulang jam 16 atau 16.30, woow..iya jikalau jarak tempuh ke rumah pendek, bagaimana dengan anak yang tempat tinggalnya jauh? terbayang setiap hari mereka tak berbeda dengan para pekerja yang berlomba dijalanan untuk segera tiba dirumah. Dan pada akhirnya hanya rasa lelah yang tersisa ketika pulang. Membayangkannya saja saya sedemikian ngerinya, akan seperti apakah anakku nanti? sedangkan sekarangpun mereka sudah terlihat begitu lelah dengan segala kegiatan yang ada.
         Tidak semua orang tua bekerja keduanya, yang bekerjapun beragam tidak semuanya pekerja kantoran yang notabene pasti terikat waktu. Banyak yang berwirausaha yang tentunya waktunya lebih longgar. Yang bekerja kantoranpun tidak dengan semena-mena begitu saja mendelegasikan anak kepada orang yang tidak dikenal, yang saya lihat malah banyak diantara mereka yang mengorbankan waktu meminta ijin menjemput anak sekolah. Sayapun bekerja, dan yang menjadi prioritas utama saya adalah kenyamanan anak, bagaimana dia bisa berangkat sekolah dengan nyaman, pulang sekolah dengan nyaman, dan berada dirumah dengan nyaman sepulang sekolah. Masalah waktu pulang jam sekolahnya yang berbeda dengan waktu pulang kantor, sedikit banyaknya menjadi PR buat saya untuk bisa menyeimbangkannya, tidak segan saya mengantarkannya pulang terlebih dahulu atau menitipkannya kepada saudara. Bagi saya sekolah hanya tempat sementara menitipkan anak, pendidikan yang sebenarnya itu berada dilingkungan keluarga, dirumah.
        Pendidikan karakter yang terpenting itu didapat dari rumah, dari orangtua, terutama dari ibu sebagai madrasah pertama anak. Terbayang jikalau anak menghabiskan semua waktunya di sekolah, apa yang akan ia dapat di rumah? komunikasi antara anggota keluarganya pastinya akan berkurang, bagaimana dia bisa mengimplementasikan pendidikan karakter bila kehangatan keluargapun kurang didapat. Bagaimana pula dengan kehidupan sosial anak dilingkungannya? sedangkan sejatinya anak itu adalah Homo Ludens (makhluk yang suka bermain). Saya termasuk yang meyakini kecerdasan anak didapat dari bermain yang positif. Membayangkan anak-anakku menjadi murung karena kelelahan rasanya tak sanggup hati ini.
         Bila semua pendidikan anak didelegasikan ke sekolah formal, bagaimana dengan nasib madrasah-madrasah? dengan mesjid yang biasanya ramai oleh anak yang mengaji, bagaimana dengan peran guru mengaji. Apakah sekolah bisa memberikan jaminan anak-anak akan mendapatkan pendidikan agama yang baik? karena dengan jam lebih banyak disekolah tentunya jam untuk menimba ilmu agama menjadi berkurang, sejatinya pihak sekolah harus menyediakan fasilitas belajar agama yang lebih dengan guru yang berkompeten. Saya pikir Full Day School bisa diterapkan oleh sekolah yang fasilitasnya sudah memadai yang bisa memberikan kenyamanan sepanjang hari kepada anak, dan yang terpenting yang tenaga pengajarnya telah dibekali pendidikan yang lebih untuk dapat menerapkan sistem ini. FDS merupakan pilihan menurut saya, karena tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang sama dan tidak semua orangtua ingin menitipkan anaknya seharian di sekolah. Terlebih lagi setiap penghasilan perkeluarga berbeda, masalah biaya pendidikan tentunya menjadi pertimbangan tersendiri, FDS tentunya membutuhkan biaya yang lebih karena anak lebih lama berada disekolah.
         Menurut hemat saya, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Bapak Menteri dan pemerintah, ada baiknya yang diperbaiki itu sistem kurikulum terlebih dahulu. Jangan sampai pergantian di pemerintahan menyebabkan sistem kurikulum berubah lagi. Saya sebagai orangtua saja bingung menghadapi kurikulum yang sempat berubah-ubah, dan takutnya berubah lagi, apalagi dengan anak-anak yang menjalaninya. Jangan jadikan anak-anak sebagai percobaan, mereka adalah aset bangsa yang sudah seharusnya dijaga. saya sebagai orangtua sangat mengharapkan kebijakan pendidikan yang proporsional, tidak menimbulkan kegelisahan, dan yang terpenting kebijakan yang mengutamakan hak anak-anak. Semoga wacana Full Day School ini diperbaiki dan dipertimbangkan lagi baik dan buruknya.




Minggu, 07 Agustus 2016

Brownies serba enam sendok

      Resep brownies pastinya banyak dan variatif, di internetpun mudah didapat. Tapi hari ini Saya mendapat resep yang cukup mudah untuk dicoba, teman menyebutnya brownies serba enam sendok. Resepnya mudah didapat seperti pada umumnya, tentunya kita bisa menambahkan berbagai variasi sendiri sebagai tambahan untuk mendapatkan hasil yang lebih mantap. Ayo kita kupas resepnya buibu !

Bahan :

  • Terigu kualitas baik 6 sendok
  • Gula pasir 6 sendok
  • Mentega 6 sendok
  • coklat bubuk 6 sendok {saya menggunakan coklat cocoa van houten}
  • Susu coklat 6 sendok
  • Telur 2 butir
  • Pengembang kue secukupnya
  • coklat batang 50 gram { saya menggunakan coklat manis kualitas baik}

Cara membuat :
    
      Resep diatas untuk satu resep small brownies. Saya biasa membuat sampai empat resep sehingga kue yang dihasilkanpun dalam ukuran sedang. Untuk empat resep, coklat batang yang dibutuhkan cukup 150 gram saja atau sesuai dengan selera.

  • Langkah pertama cairkan mentega dan juga coklat dalam wadah yang berbeda.
  • Satukan terigu dan coklat bubuk dalam satu wadah
  • Kocok telur,mentega,gula pasir dan susu coklat hingga mengembang. Tambahkan pengembang kue.
  • Masukkan terigu yang telah dicampur coklat bubuk, aduk perlahan.
  • Masukkan coklat cair, aduk terus adonan hingga mengembang dan mengental sempurna.
  • Sambil mengocok kue kukusan dipanaskan terlebih dahulu.
  • Siapkan loyang yang telah dilapisi kertas roti, olesi mentega terlebih dahulu agar adonan tidak lengket.
  • Masukkan setengah adonan terlebih dahulu ke dalam loyang, kukus 10 menit kemudian masukkan lagi setengah adonan yang tersisa ke dalam loyang, kukus hingga mengembang. Kurang lebih 20 menit lagi.
  • Kue brownies siap dihidangkan.

Selamat mencoba buibuuu..!

     

Kamis, 04 Agustus 2016

No Idea

       Dilema di pagi hari. Hasrat menulis begitu menggebu tapi antara kondisi badan dan otak tidak tercapai kondusifitas yang sesuai, sulit kosentrasi bila hal ini terjadi. Problemnya emak bekerja selalu saja sulit mengatur waktu antara keharusan mengurus keluarga, tugas bekerja dan keinginan memuaskan hobi. Setidaknya harus sadar diri yang namanya super mom sedikit sekali di bumi ini, dan pastinya saya tidak termasuk ke dalamnya. Karena saya belajar setiap waktu untuk menjadi smart mom daripada menjadi super mom.
       Masih juga kesulitan mempelajarinya, rasanya predikat multitasking mom sudah demikian melekatnya, agak sulit merubah kebiasaan sambil masak sambil nyapu dan mencuci hhhh..terlebih didesak waktu yang sempit. Bila sudah seperti ini keinginan untuk resign pasti mencuat ke ubun-ubun. Menjadi ibu harus rela seluruh waktunya terbagi untuk yang lain, harus rela seluruh kesenangannya terbagi dengan yang lain, harus rela bila hobinya tak lagi bisa tersalurkan seutuhnya, harus rela mendahulukan kepentingan keluarga daripada dirinya pribadi. Tapi menjadi smart mom harus bisa menyadari bahwa tak semua hal bisa di handle sendiri, memang tidak menyenangkan harus mengorbankan salah satu hal untuk didelegasikan kepada yang lain, but we are not super woman u know, seperti saya harus mengorbankan kehidupan sosial bertetangga karena waktu yang padat dalam bekerja. Entah kapan terakhir ikut arisan RT dan pengajian RT. Tapi tidak masalah karena para tetangga paham dengan kesibukan saya.
       Dan begitu banyaknya hal yang harus dilakukan hari ini sampai-sampai semua tema menulis menguap begitu saja, yang terlihat hanya bahan masakan dan tumpukan cucian di sudut dapur. Rupa-rupanya kembali harus ada yang didelegasikan kepada suami nih daripada tidak ada satupun yang terselesaikan. Setidaknya masih bisa untuk mencuri-curi waktu membuka lepie, walau masih dengan ide yang kosong. Ternyata keinginan untuk menulis harus saja terbentur dengan hak-hak keluarga, dan disini terasa sekali tantangannya bagaimana cara saya agar dapat menyediakan waktu untuk menulis di sela-sela waktu mengurus keluarga dan bekerja. Sambil harus terus mengingatkan diri untuk menjadi smart mom dan bukan super mom. Ternyata kuncinya hanya satu WAKTU. Yah, harus bisa memanage waktu di hari-hari sibuk, dan ditambahkan pula tekad yang kuat untuk meluangkan sejenak dari waktu saya yang padat. Anggap saja menulis merupakan sejenak hening saya.
       Setengah jam didepan lepie masih dengan ide yang kosong, dan sesekali melirik jam dinding mengintip detik-detik yang semakin menyempit. Apa yang harus dituliskan dengan waktu yang seminim ini, dengan badan yang tak sejalan dengan pikiran? Sejumput ide berdasar pengalaman pribadi menguap begitu saja terbawa embun pagi, mungkin bila hujan turun akan sampai lagi ke kepala ini idenya. Terpikir untuk menyudahi saja keinginan mencoretkan sejumlah kata hari ini, yah..ide tak kunjung datang jua padahal waktu telah menjeritkan pukul delapan, mungkin esok hari akan ada pembahasan untuk dituliskan.
        Masih tanpa ide, sekian saja untuk hari ini.

Rabu, 03 Agustus 2016

Rajinlah sembahyang Nak!

Foto:   Subuh yang dingin, adzanpun mulai terdengar berkumandang. Rasanya selalu ada yang mengganjal setiap waktu solat tiba, teringat oji yang hingga sekarang masih sulit saja bila disuruh sembahyang.  Wah, kata disuruh saja sudah hal yang salah diterapkan disini, karena pada intinya anak tidak mau disuruh. Tapi rasanya suliit sekali untuk tidak menyertakan kata-kata, cepetan! jangan! hehe..apalagi emak rempong seperti aku ini yang selalu dikejar deadline waktu.
     Sering pusing kenapa anak-anak terutama oji sulit sekali diatur sepertinya setiap maksud dan keinginan emak ini tak tersampaikan dengan baik, dan pada akhirnya selalu diakhiri dengan kata-kata suruhan dan seringkali larangan. Maksud hati biar cepat dimengerti anak, tapi ternyata malah menanamkan sikap membantah dan tak peduli pada dirinya. Ketika 'disuruh' sembahyangpun dia pura-pura tak peduli, bosan kayaknya disuruh berulang-ulang padahal dia sudah paham.
    Ternyata emak ini yang salah, ketika pola kata dirubah menjadi negosiasi bahkan dipancing dengan bercerita dulu dia mulai menunjukkan responnya. Merubah kata suruhan menjadi ajakan juga terasa lebih maknyus hehe..jadinya bisa mengurangi frekuensi omelan dalam sehari. Masalahnya disaat badan lelah ataupun banyak pekerjaan rumah, kata-kata yang keluar pastilah yang menyebalkan. Disinilah seninya, aku harus banyak menghela napas beristighfar dan belajar menghalau semua galau, coz kata-kata positif diawali pikiran yang positif. Harus bisa memilih kata yang tepat karena kata-kata mencerminkan diri kita yang sesungguhnya. Duh, jadi semakin paham mengapa oji sering membantah, karena emaknya yang menyebalkan. Dengan rutinitas yang padat tiap hari pastinya sering keluar kata-kata yang kurang komunikatif. 
      Ketika mendapat ilmu baru dihari kemarin, emak ini semakin yakin dengan kesalahannya. Terlebih ternyata dalam berkomunikasi dengan baik ada komponen yang harus diperhatikan yakni 7% verbal, 38% intonasi dan 55 % body language. Pantas saja setiap kalimatku tidak diperhatikan, karena yang sampai adalah wajah mengkerutku ketika menyuruhnya melakukan sesuatu haha...bertekad memulai komunikasi dengan wajah ceria, kalimat ceria, dan nada yang lembut ( ops! tantangan berat nih ).
        Ada satu lagi yang penting dalam berkomunikasi, tentunya bisa dipraktekkan dengan lebih luas. Ternyata ada formula komunikasi juga yang meliputi high energy, intensity of eye contact, transfer of feelings dan strategy. Kayak kue biar bisa dimakan dan disukai  tentunya harus dibarengi dengan resep yang tepat, seperti itulah komunikasi yang baik harus memperhatikan kaidah-kaidahnya agar bisa tersampaikan dengan baik pula.
      Wow sudah jam lima subuh waktunya membangunkan anak-anak.... Bismillah, " Dek ayo bangun..waktunya untuk solat ayo kita wudhu.....



#Odopfor99days #    

Selasa, 02 Agustus 2016

Insomnia

        Pernah merasakan insomnia?
      Rasanya kesulitan tidur umum pernah dialami oleh kita. Tetapi apakah kesulitan tidur itu hanya akibat dari kelelahan yang berlebihan ataukah suasana tidur yang tidak kondusif? tentunya faktor penyebabnya berbeda dari tiap orang. Kesulitan tidur yang sering bisa dikatakan sebagai gejala insomnia, gejala insomnia berbeda kejadiannya di setiap orang, pada saya pribadi sering harus pura-pura tidur dulu dalam waktu lama sehingga benar-benar tidur. Seringkali pula terjaga beberapa kali di malam hari dan kesulitan untuk tidur di beberapa waktu kemudian.
        Kesulitan tidur ini penyebabnya bermacam-macam, pada umumnya termasuk yang saya alami secara pribadi terjadi karena kecemasan yang berlebih. Faktor penyebab kecemasannya beraneka ragam ada yang karena faktor tertekan di pekerjaan, faktor keluarga, faktor keuangan. Faktor kecemasan yang bisa dikategorikan faktor psikilogi bisa menjadi penyebab tunggal, karena segala tekanan yang ada baik dari pekerjaan, keluarga, finansial maupun lingkungan bisa menjadi boomerang bagi keadaan jiwa seseorang hingga bahkan bisa menjadi depresi. Saya sangat menyarankan bila stress telah menjadi sumber utama kesulitan tidur, dan mempengaruhi dalam kondisi fisik dalam menjalani kegiatan sehari-hari, ada baiknya mengunjungi dokter untuk mendapat pertolongan.
        Kelelahan yang berkepanjangan pula seringkali menjadi penyebab insomnia. Pola hidup yang tidak teratur seperti terjaga terlalu malam, seperti pada kasus saya terjadi pada suami, beliau ini semakin lama menonton televisi malah semakin terjaga dan jadi sulit tidur. Seringkali suami baru tidur jam dua bahkan jam tiga malam karena menonton terlalu lama. Minunam yang mengandung kafein berlebihpun kurang baik dikonsumsi bila hendak tidur.
           Bila berdasarkan pengalaman saya biasa menyiasati insomnia ini dengan mengatur pola pikir dan pola hidup. Pola pikir berusaha dengan menyederhanakan setiap masalah yang ada, memberikan ruang tenang pada pikiran dan hati. Pola hidup saya kombinasikan dengan olahraga selama 25 menit setiap harinya, tidak lupa dengan mengkonsumsi makanan sehat.
          Insomnia yang berkepanjangan bisa menyebabkan kelelahan secara fisik dan psikologis, dan pastinya akan sangat berpengaruh terhadap hubungan sosial kita dan juga dengan pekerjaan. Rasa lelah bisa menyebabkan gangguan emosional, rasa marah dan cepat tersinggung pastinya akan mengganggu hubungan kita dengan yang lain. Bila seperti ini jadinya insomnia terjadi karena stres, strespun terjadi karena insomnia.Bila sudah terasa demikian ada baiknya segera untuk mengobatinya. Jangan sampai waktu tidur kita menjadi waktu bangun, dan waktu bangun malah menjadi waktu tidur kita.

Senin, 01 Agustus 2016

2 Agusus

   2 Agustus dan masih bingung dengan serbuan kata-kata dalam pikiran. Ingin segera kutuangkan dalam bentuk kalimat, tapiiii dimana...ku tak bisa menemukan tread day1 hehe, inilah derita emak-emak yang gaptek. Masih sangat sepi padahal aku telah siaga untuk menimba dan berbagi ilmu, im ready guys for writing with you ! Menanti aura odop yang mulai mengental, aku tak sabar untuk segera menuangkan segalanya.
     Menulis...dengan odop tak ada kata untuk menghindar lagi, tak ada lagi alasan tak ada waktu, tak ada lagi kata ga seru nulis sendirian. Coz dengan odop aku punya banyak teman untuk saling berbagi dalam tulisan.

I Hope
    Benar-benar hari yang menggelisahkan. Berasa telah ribuan kali aku mengintip grup ODOP dan masih saja sepi tak berpenghuni. Sekarang tanggal 1 Agustus dan aku telah bersiaga penuh untuk mencurahkan segenap isi pikiran, but..so quiet hiks, where is everyone? hingga malampun tiba aku masih saja mengutak ngatik grup mengharap ada sinyal kehidupan.
      Penasaranku terjawab inbox mastah shanty. kata beliau thats free for everyone, tetap saja aku masih ragu harus memulai darimana. Apakah dari wall? oh no no, masih belum cukup kepercayaan diriku sepertinya. Jadi masih tetap menunggu sinyal-sinyal dari sang empunya grup dan penghuni emasnya. Karena ini sejarah, dimulainya kembali pemikiran yang sempat tertutup. Oh yes i am ready for that..
       Jadi aku harus memulai darimana ??