Jumat, 12 Mei 2017

Internet Sahabat Anak

       Kesibukan bekerja sering membuat interaksi saya dan anak-anak terkendala. Intensitas pertemuan yang jarang semakin menambah jarak dalam berkomunikasi. Sering maksud hati ingin mengajak anak-anak bercengkerama, tetapi ketika tiba di rumah mereka tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing, jadinya rencana selalu saja buyar.
     Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Tiba-tiba saja anak-anak telah menjadi remaja dan semakin jauh dari saya. Yang mengerikan kini mereka memiliki orang tua baru, internet ya internet, setiap waktu yang mereka sapa pertama di awal adalah gadget dan internet. Semua itu membuat saya ketakutan, betapa keberadaan saya semakin tersingkirkan jadinya.
     Kekalutan semakin mencuat ketika anak sulung saya memasuki masa puber. Dia menjalani puberitas dengan penuh penolakan dan kemarahan kepada kami keluarganya. Ditambah ia tengah memasuki lingkungan baru di sekolah menengah pertama. Rupa-rupanya lingkungan sekolah baru dengan pola pikir teman-temannya yang lebih dewasa membawa permasalahan sendiri bagi dirinya. Permasalahan di sekolah terbawa ke rumah, seringkali dia marah bila dinasehati dan selalu menghindari keluarga. Kegemaran barunya menyendiri di kamar, dan tentunya langsung tenggelam di hadapan komputer.


     Gelisah karena tahu seharusnya anak dekat dengan orang tuanya pada masa puber. Jangan sampai dia merasa aman dengan lingkungannya yang tidak kita kenal, jangan sampai anak merasa aman dan nyaman dengan orang lain. Yang menakutkan bila anak sampai merasa internet sebagai pengganti orang tuanya, sedangkan dunia maya begitu luas bisa terjadi apa saja di dalamnya. Banyak kejahatan terjadi di dunia internet. Ngeri rasanya membayangkan anak tiba-tiba hilang karena dibawa kabur orang yang dikenalnya di internet. Karena kegelisahan-kegelisahan itu akhirnya saya berinisiatif mengambil tindakan-tindakan sebagai berikut:

1. Menjalankan pendekatan pada anak

    Sesibuk apapun, saya selalu berusaha menyisihkan waktu untuk mengajak anak mengobrol tentang apapun dan biasanya obrolan ringan.

2. Menempatkan anak sebagai teman

    Memasuki masa puber anak akan merasa paling tahu akan segalanya, dia akan merasa telah besar dan tak mau diberitahu. Menghadapi perilaku seperti itu akan lebih mudah bila memposisikan diri sebagai temannya, teman tempat bertukar pikiran

3. Meluangkan waktu untuk bercengkerama bersama

    Mengajak anak untuk bermain bersama meluangkan waktu dengan orang tua adalah cara jitu untuk membuka kedekatan. Ada banyak cara untuk meluangkan waktu bersama, tidak hanya melulu dengan pergi berwisata.


     Akhirnya setelah berproses saya melihat perubahan walau perlahan. Yang terpenting jangan sampai memojokkan atau menyalahkan anak secara berlebihan. Karena dia akan lari ke zona yang membuatnya aman dan nyaman.
     Anak cenderung lari ke internet terutama game karena sebenarnya dia merasa kesepian. Dia tidak memiliki teman mengobrol dan bertukar pikiran. Dalam permainan game, anak tidak dipojokkan atau disalahkan. Walau salah atau kalah, yang muncul adalah kata try again? Itulah karenanya anak merasa nyaman dengan permainan game. Begitu banyak kesempatan yang diberikan oleh sebuah game untuk mengulang dan mencoba lagi ketika berbuat salah. Tidak seperti di dunia nyata, ketika semisalnya dia menumpahkan air atau makanan, seringkali cercaan dan perkataan menyalahkan yang dia terima dari orang tuanya.
     Seiring waktu dengan metode pendekatan yang saya jalankan ternyata anak bisa terangkul kembali. Dan sedikit-sedikit akhirnya saya memberikan pemahaman tentang internet padanya. Ketakutan-ketakutan kami pribadi sebagai orang tuanyapun diutarakan secara perlahan. Karena penyampaian dengan peran sebagai teman, anakpun bisa menerimanya dengan baik. Dan kini saya melihat banyak sisi positif yang anak terima dari internet. Hal-hal positif itu seperti:

1. Mahir menggunakan komputer dengan segala aplikasinya
2. Membantu dan mempermudah dalam pengerjaan tugas-tugas sekolah
3. Melancarkan kemampuan bahasa asing terutama Bahasa Inggris
4. Memperluas komunikasi hingga ke luar negeri
5. Memperoleh banyak ilmu baru dengan cepat

     Sekarang dengan adanya aplikasi parental control, aktifitas anak di dunia maya dapat dikontrol.Saya mengaktifkannya di ponsel untuk anak yang masih SD. Untuk kakaknya biasanya saya sering mengontrolnya. Melihat aktifitas apa saja yang dikerjakan anak sangatlah penting, jangan sampai dilepas begitu saja karena masih ada sisi negatif internet bagi anak yang perlu diwaspadai, diantaranya:

1. Anak jadi anti sosial
    Jangan membiarkan anak memainkan internet terus-menerus. Berikan batas waktu padanya.

2. Cenderung membuat malas
    Keasikan main game jadi membuat lupa segalanya. Anak jadi tidak tertarik dengan aktifitas lainnya kecuali bermain game.

3. Merusak mata
    Karena terus-menerus menatap layar biru cenderung membuat mata cepat lelah. Bila dipaksakan bisa menyebabkan kerusakan pada mata.

4. Anak jadi cepat marah
    Otak yang terus-menerus dicecoki dengan permainan game bisa membuatnya jadi tegang dan berat. Bila sudah seperti ini biasanya anak jadi cepat marah.

5. Membuat lupa segalanya
    Saking asiknya berselancar di dunia maya bisa membuat anak lupa makan dan minum. Bahkan waktu tidurpun sering sengaja dilewatkan begitu saja.

     Ketakutan akan pengaruh buruk internet pada anak ternyata bisa diminimalisir, tergantung bagaimana cara dan niat kita menanganinya. Dan ternyata dibalik pengaruh negatifnya, begitu banyak sisi positifnya yang bisa menjadi bekal keahlian bagi anak di kemudian hari.Bila pemahaman tentang internet yang kita tanamkan pada anak benar, saya yakin internet bisa menjadi sahabat anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar