Minggu, 14 Mei 2017

Anak Stres hadapi UN?

      Tegang dan risau menghadapi ujian itu biasa bagi siapapun. Tapi akan menjadi tidak biasa bagi anak yang biasanya asal-asalan, tiba-tiba saja harus dipress untuk serius demi persiapan menghadapi sebuah ujian. Itu yang dialami anak kedua saya, dia anak yang supel, ceria, aktif, dan santai. Santai itu bagus, terutama untuk menghadapi suatu masalah. Akan tetapi akan menjadi tidak bagus bila santainya digunakan dalam menghadapi pelajaran.
      Kebetulan anak saya termasuk yang santai dalam pelajaran. Dia pintar, dia paham, dia bisa, tapi tak mau terlalu ribet untuk menggunakan otaknya hehe. Mengesalkan? sangat sekali! Terutama bila telah menghadapi mata pelajaran yang banyak teks yang harus dibaca dan dia tidak mau membacanya karena tidak mau ribet. Padahal setelah 'dibantu' membaca ternyata dengan mudahnya dia bisa menjawab pertanyaan yang ada. Memang kebanyakan anak sekarang kondisinya seperti itu, tapi akan sangat merepotkan bila menghadapi ujian nanti.
     Sudah santai stresan pula. Huuf inilah yang saya hadapi. Bahkan sering keluar perkataan dari mulut anak bahwa UN ditiadakan haha, itu karena saking tidak maunya menghadapi kenyataan bahwa fase tersebut mau tidak mau harus dijalaninya. Memahami kondisi anak yang seperti ini saya mengambil beberapa inisiatif berikut:

1. 3 bulan menjelang ujian memasukkan anak ke klub sepakbola dengan tujuan agar hobinya tersalurkan, dan sebagai inisiatif pengalihan sumber stresnya.

2. Tidak mengikutkan anak ke les tambahan diluar sekolah. Karena kebetulan di sekolah anak setiap pulang sekolah ada les tambahannya pula. Agar anak tidak merasa makin terbebani, saya hanya menganjurkannya mengambil les di sekolah saja.

3.  Mengajak anak minimal seminggu sekali di project family time. Agar anak semakin fresh dengan banyak refreshing bersama keluarganya.  Tentunya banyak hal yang bisa dilakukan di family time selain berwisata yang mengeluarkan banyak uang.

      Semakin mendekati waktu UN ternyata kondisi anak yang belum memiliki tanggung jawab terhadap pelajarannya itu semakin terlihat loh. Terlihat malah dia semakin menghindari yang namanya belajar. Sampai les tambahan di sekolahpun dia sering kabur. Paham karena memang beban pelajaran yang meningkat, sedangkan bagi anak kinestetik seperti anak saya pelajaran adalah nomor sekian setelah olah raga.
     Bagaimana dengan anak yang semakin ngedrop? Bahkan sampai tidak mau masuk sekolah dan pura-pura sakit demi menghindari UN. Kebetulan itu yang dialami saya kemarin, dan saya mengambil inisiatif berikut ini sebagai trik menghadapinya.


1. tidak semakin menekan anak dengan menyuruhnya belajar keras.
2. sering mengajaknya mengobrol yang ringan-ringan
3. membuatkan atau membelikan makanan favoritnya.
4. memperhatikan ekstra kesehatannya karena stres cenderung menyerang kondisi fisik. Di tambah pula full vitamin dan makanan bergizi.
5. memberikan simulasi UN lewat googling dan berbagi cerita dengan kakaknya yang sudah mengalami. Sehingga si anak tidak merasa phobia dengan bayangan negatif akan UN.
6. support seluruh keluarga sangat membantu, doa dan telepon dari kerabat jauh yang mengucapkan selamat menempuh UN pada anak juga saya terapkan kemarin.


     Pada akhirnya semua kembali pada kemauan sang anak itu sendiri. Membiasakan diri untuk berdoa dan berpasrah diri pada yang maha kuasalah hal yang sangat membantu. Pada hari pertama tegang memang menghantui, tapi untuk hari berikutnya diharapkan anak sudah terbiasa dan dapat mengikuti ujian negara dengan tenang. Semoga diberi kemudahan dan kelancaran bagi yang sedang mengikuti UN SD 😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar