Minggu, 02 April 2017

Mutiara Kehidupan 2 - Ketika Allah Menjawab

      Letih hari itu terasa mendera tubuh, beban di hati dan pikiran yang bertubi begitu melemahkan semangat yang ada. Bergegas rasanya bukan kata yang tepat untuk menggambarkan keadaanku yang bergerak terpaksa melawan malas. Ya tuhan kuatkan aku batinku penat. Sepertinya semangat yang hampir menguap itu mengikis perlahan setiap benteng keyakinanku akan keberadaanNya, astaghfirullah keluh itu terlontar dari hati. 
       Allah itu takkan membebani hambanya diluar kemampuannya. Selalu itu yang kutanamkan, tapi ini terlalu berlebih sudah dari batas kemampuanku pikirku. Dengan sedih pandanganku menyapu lantai dapur yang dipenuhi serakan bahan-bahan kue yang harus diolah. Tak ada yang salah dengan hal itu! seru batin menyemangati. Ayolah bangkitkan tenagamu, selesaikan semua. Namun kembali bayang segala permasalahan menyelimuti tenagaku. Ya allah aku merasa begitu sendiri. 
     Lambat membenahi semua pekerjaan, enggan itu menjegal setiap ide setiap gerakan. Dan.. oh tidak! panik jemari ini memutar keran air. Hunjaman penat makin mendera ketika sadar air dikeran mati. Apa ini? Serasa langkah dihalangi oleh berbagai kendala. Tanpa sengaja sudut mata menangkap angka di regulator gas. Ingin rasanya menjambaki seluruh rambut ketika mataku menangkap jarum regulator di warna merah. Gas pun habis? arg.. apakah seluruh keberuntungan telah menguap dari hidupku. Masih termenung-menung aku tak mencoba bangkit dari kenyataan yang ada, tidak dari permasalahan hari ini tidak pula dari permasalahan yang membayangi. 
      Terduduk termenung, mencoba menangkap kicauan kata tetangga yang mengatakan gas tidak ada dimana-mana karena ini hari minggu. Bayangan kebutuhan yang menghantui begitu menakutkan bagiku, bagaimana ini? bahkan mencoba menjemput rijki seadanyapun begitu banyak penghalang? Aku marah, aku lelah tapi aku tak menyerah.. yah, aku tak boleh menyerah. Kesulitan bukan akhir dari segalanya, kesulitan memberikan kesempatan pada kita untuk dapat menyempurnakan ikhtiar. Dan sedikit semangat itu entah datang darimana merasuki sedikit demi sedikit. 
      Goyah langkahku oleh berat beban yang ada. Ya allah aku yakin pasti ada jalan bagi yang selalu ingin berusaha ucapku membatin. Dan kusempurnakan ikhtiarku hari itu. Kecewa semakin bertambah karena ternyata tetanggaku benar, hari minggu hari libur peredaran gas ditempat itu. Oh padahal aku harus mengolah bahan yang ada keluhku kemudian. Ya Allah mudahkan aku, aku ingin menjemput rijkiku demi anak-anak. Seperti ada yang membimbing, aku berjalan ke depan komplek mesjid, dan masih dengan tangan kosong tak satupun grosir yang menyediakan gas. 
      Ini terakhir batinku, langkah ini tertuju warung didepan jalan. Kosentrasi menyusuri jalan mesjid tak menyadarkanku akan keberadaan seorang ibu yang berjalan dibelakangku dan perlahan menyamai langkahku. Mau kemana bu? sapanya ramah. Tersenyum aku menjawab hendak mencari gas. Ibu itu berkata biasanya ada di warung di gang belakang dan dengan spontan menawarkan bantuan untuk mengantarku. Dengan senang hati aku menerimanya. Seperti yang kukira, setelah hampir tiga tempat yang ditunjukkan sang ibu penolong, semuanya mengatakan hari minggu tidak ada transaksi gas. Si ibu tersenyum melihatku yang hampir putus asa, ayo masih ada satu tempat lagi ajaknya. Akhirnya dia menunjukkan satu warung dipojok di seberang lapangan. Nah biasanya disitu ada teh unjuknya. Satu tempat lagi yang kurang meyakinkan bagiku. Terima kasih bu, biar saya sendiri yang kesana, kasian ibu sudah berkeliling mengantar saya. Ibu itu tersenyum, baiklah.. awas jalan pulangnya jangan sampai salah balasnya. Aku mengangguk berterima kasih padanya. Seperti mimpi akhirnya ketika aku mendapatkan gas di warung pojok itu. Sedikit menyesal karena tidak sekalian membawa tabungnya tadi sewaktu keluar rumah, aku bergegas membayar satu dari dua tabung yang ada. Nanti saya bawa tabungnya dulu ya bu, ucapku pada pemilik warung. 
       Panas menyusuri gang berkelok, bagaimana nanti pas aku bawa tabung berisinya, jalannya jauh seperti ini, batinku memelas. Kalau naik motor pasti tidak akan sesulit ini. Harap tinggal harap karena toh motor dibawa suami kerja. Bergegas aku membawa tabung kosong dan kembali ke warung pojok tadi. Baru saja setengah jalan peluh sudah hampir memenuhi wajah ini. Mengerenyit menahan silau matahari nyaris tak terlihat seorang pria berkendaraan motor melintas disampingku. Gas pada kosong yah bu, saya nyari dimana-mana gak ada, ujarnya sembari melirik tabung yang kutenteng. Oh pak kebetulan di warung yang saya datangi tadi ada tabung gas satu lagi, ujarku padanya. Bapak bisa ikut saya sekarang kesana. Dengan senang hati bapak itu memboncengku ke warung dimaksud. Yang lebih senang lagi si pemilik warung karena ada pembeli yang datang lagi membeli gas. Pak, saya ikut sampai depan gang yah soalnya tabungnya lumayan berat, ucapku berharap akan kebaikannya. Si bapak tersenyum, ayo ayo mari naik! Tak usah sampai depan bu, saya antar sampai rumah saja, ibu sudah berbaik hati mengantar saya ke warung ini. Sekarang saya yang mengantar ibu ke rumah, ujarnya sumringah.  Wah aku surprise dengan kebaikannya, dan ternyata tempat tinggal kamipun tidak berjauhan jaraknya. 
    Ketika tiba di rumah hatiku berubah lega karena air telah diperbaiki. Entah mengapa semuanya jadi berubah baik aku sendiri tak paham. Tanpa terasa beban yang menggelayutipun terasa menguap begitu saja. Aku pikir memang inilah jawaban Allah bagi hambanya yang mau menyempurnakan ikhtiarnya. Bagi hambanya yang mau berprasangka baik kepadaNya. Tanpa kusadari Allah menjawab semua gelisah dihati, Allah berkata bahwa Aku ada dan Aku mendengar semua keluhmu, Aku melihat dirimu. Hanya dari sebuah tabung gas aku belajar akan kasih sayang Allah, akan rahmatnya. Terpuruk di hamparan sajadah aku menangis. Mengapa harus selalu merasa sendiri ketika ada Allah, mengapa harus merasa lemah ketika ada Allah, mengapa harus berputus asa ketika ada Allah. Allah pasti akan menjawab semuanya. 

4 komentar:

  1. Salam kenal Mbak, kalau boleh kasih saran, kata Allah, sebaiknya menggunakan huruf besar 😊

    BalasHapus
  2. waduh masa kayanya ga keedit.. makasih udah ngingetin mba😊.. maklum mobile blog

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. sudah diedit mba😊.. makasih yaa

    BalasHapus