Rabu, 12 April 2017

Tentang Pulang

      Resah membawa setumpuk gelisah di setiap gerak langkah ini. Hari berlalu, minggu berlalu, bulan berlalu, dan resah itu menjadi semakin nyata. Ketika tekad membuncah, mendalam, tersirat dalam kenyataan bahwa semua semakin memburuk, aku pergi untuk berserah pada ilahi. Melepas keduniawian yang membawa prahara. Bertahun berjalan dalam kegamangan, bimbang seolah menghalang semua langkah. Resah dalam ketidakpahaman. Sedemikiankah dosa-dosa yang kuperbuat dalam penghapusannya? Perih dalam ketidakpastian. 
      Diam.. akhirnya hanya itu yang bisa diperbuat. Mundur melupakan semua keniscayaan yang mengoyak adalah keputusan terakhir. Dan kepahaman akan kekecewaan yang mengelilingi itu sebuah kenyataan. Hanya kata maaf dalam sanubari yang dapat terucap. Ada yang harus dikorbankan demi mencari kebenaran. Kepastian itu pahit, tapi tetap harus diyakini. 
       Yang terdekat dan terkasihi belum tentu yang tersuci. Dan jawab itu semakin memuncak, semakin menuju kejelasan. Begitu banyak yang dikorbankan hingga rahim yang melahirkanpun menjerit tak paham. Benih-benih cinta tergoncang dalam ketidakpahaman. Maaf.. tapi inilah jalan menuju jawaban. Dan masih saja prahara prasangka saling bertautan, pasrah.. karena hanya waktu yang dapat menyelesaikannya. Selalu dalam diam menyangkal semua prasangka, semua akan terjawab dalam waktunya. 
      Dalam diam kusambangi rumah itu, tempat yang berbulan-bulan kutinggalkan dalam kekecewaan. Diam dan diam tak mampu berucap hanya kecewa yang ada. Diam dalam tanya mengapa dan ada apa, berusaha menjawab menyelesaikan semua bingung. Sepertinya aku telah kehabisan tanya, dan jawab telah terangkul. Aku pulang.. kembali ke rahim. Tiada penyesalan melepas yang harus dilepas, karena seperti. dugaku semua menjadi terjawab karenanya. 
       Pulang.. kudapati pekikan sedih darimu. Bukan teriakan kecewa waktu yang lalu, tapi kesedihan yang mendalam. Dan kerinduan itu, ketika kudapati hujaman cium kasih diseluruh wajahku. Dan pelukan yang erat yang seolah tak sudi terlepaskan. Aku pulang ibu... maaf dengan bulan-bulan yang kusia-siakan tanpamu demi mencari kebenaran. Kecewamu tak terbayar tapi jawaban dari semuanya perlahan mulai membayar semua pengorbanan. Tiada sesal, karena semakin kupaham hanya kasih karena hubungan darah yang tersuci. Dan langkah ini masihlah sangat panjang, walau diam dan selalu dalam diam, akan ada masanya akan ada waktunya diam ini menjadi kebahagiaan bagi kalian. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar