Jumat, 27 Januari 2017

Anak dan Gadget

      Tak aneh melihat anak-anak jaman sekarang yang begitu lekat dengan gadget. Bahkan banyak anak yang merengek minta dibelikan gadget biar tidak dikatakan kudet ( kurang update ), termasuk anak saya sendiri. Memang dilema tersendiri antara melihat anak anteng dengan ponsel atau rumah berantakan. Rasanya pilihan utamanya jatuh pada anak anteng dengan ponsel, jadi sang ibu ini bisa anteng pula dengan pekerjaannya. Tak usah merasa risau karena sedikit-sedikit ada ini itu yang mengganggu, hmm..inginnya sih seperti itu.
      ketika sang ibu ini merasa sedikit terganggu kenyamanan beristirahatnya, berasa sangat menggoda untuk menyodorkan ponsel pada sang anak. Dan, yah saya melakukannya. Terasa sangat merasa nyaman ketika melihat anak anteng dan diam dirumah terus. Lebih nyaman lagi ketika melihat susunan bentuk perabot rumah yang tak bergeser sesentipun. Senang sekali ketika waktu makan dia tinggal makan karena sudah disodorkan piringnya, ketika mandi dia tinggal masuk kamar mandi, ketika waktu solat dia tinggal solat. Enjoy sekali karena tak harus bolak-balik nengok ke teras rumah berharap anak pulang dari bermain.
      Jujur, istirahat jadi tenang karena tahu anak ada di kamarnya, anteng bermain gadget. pekerjaan rumah jadi bisa selesai dengan urutan yang diharapkan. Legaaaa rasanya semua jadi serba teratur. Itu menurut versi saya loh, dan itu hanya permulaannya saja. Apalagi yang paling membahagiakan bagi para emak selain dari segala urusan rumah tangga berjalan lancar dan beurutan, rasanya hari terlalui dengan penuh kesuksesan bila hal itu terwujud. Ya ya ya, sayalah ibu paling berbahagia.
     Seiring waktu sang ibu yang egois ini mulai merasa kesepian, seperti layaknya ibu-ibu yang lain yang anaknya anteng dengan dunianya sendiri. Oh my god saya kehilangan dia! magnet gadget semakin menyedot daya khayalnya ke dunia maya. segala keaktifan dan kreativitasnya seolah tersalurkan ke dalam kerumitan dunia maya. Dia jadi berkreativitas didunianya sendiri, berbicara di dunianya sendiri, bermain di dunianya sendiri. Bangun tidur yang disapa ponsel, pulang sekolah yang disapa ponsel. Makan minum jadi jarang, apalagi yang namanya belajar. Saya rasa ini bukan hal yang diharapkan oleh kita para ibu.
     Akhirnya magnet gadget yang begitu kuat malah membuat berantakan hubungan sosial di dalam keluarga, malah mebuat hubungan emosi menjadi semakin hambar. Yah rumah dan pekerjaan saya rapih terurus, tapi anak semakin tak 'terurus'. Panik mulai menjalar, dan saya yakin para ibu yang lainpun mengalami hal yang serupa.
     Akibat gadget ternyata malah menambah pekerjaan rumah. Yakin melarang dan memarahi hanya akan semakin membuat anak anti sosial saja. Insiatif mengaktifkan aplikasi sensor berdasarkan usia di google akan banyak membantu bagi anak yang kecanduan gadget. Saya yang mendapat informasi tersebut langsung mempraktekkannya, dan lumayan bisa mengerem anak berselancar lebih mendalam di internet. Anak tak bisa mengakses game atau aplikasi diatas batasan usia yang saya terapkan di gadgetnya. Alternatif  lainnya tidak mengisi ulang ketika wifi habis, saya ganti dengan kartu sekali pakai lagi. Dengan harapan memberi pengertian jikalau dipakai terus-terusan kuotanya akan cepat habis karena kartu berbatas isinya. Lambat laun anak tertarik kembali ke dunia nyata, tidak cepat marah lagi karena bukan paksaan dan larangan yang penuh marah yang diterapkan disini.
     Yang paling penting saya selalu berusaha mengalihkan perhatiannya dari gadget, selalu bertanya mengajak ngobrol, walaupun jujur anak sering kesal karena ibunya bawel katanya. setidaknya kosentrasinya pada gadget terpecah. Dan pamungkas dari masalah gadget ini, salurkan hobi anak kembali. Yah walau itu yang sering membuat kepala cenat cenut ketika berada di rumah, ketika anak rajin menendang bola, hhhh... ketika seluruh keaktifan dan kreativitasnya tersalurkan pada hobinya kembali, kita bisa bergembira karena sedikit banyaknya kendali mulai berada ditangan kita kembali.
      Sekarang pekerjaan bertambah karena seminggu dua kali mengantar anak ke klub sepakbola. Rasanya sakit kepala ini, melihat kamar mandi yang mulai penuh busa lagi, hobinya menggosok bak mandi muncul lagi hmm...sepeda yang tak berdosapun ikut disikat berbusa-busa. Air mulai meleber sampai ke dapur kembali. Dan bak cucian piring penuh busa sabun cuci. Well my son is back! Kepala memang sedikit cenat cenut, tapi bahagia rumah ramai kembali, bahagia yang disapa anak pertama kali bukan gadget lagi. Ya ya ya, saya ibu paling berbahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar