Jumat, 13 April 2018

Puan Musafir

Oleh: Embing Jr.


Di kakinya penuh luka, tertancap serbuk-serbuk halus
bekas cermin retak, pecah seribu
di wajahnya pun penuh luka
goresan tajam kaca jendela
jendela yang lampau
berbingkai pandangan selaras
sebelum guncangan
pecahkan kaca menjadi dua bagian. terpisah.

Tak ada lagi cermin tempat mereka memandangi diri sendiri
Tak ada lagi bingkai jendela tempat mereka melihat dunia yang senada.

Guncangan itu pun meluruhkan isi langit
Tumpah tak terbendung, menjadi danau
Tempat ia, puan yang kusebut musafir
Mencecap asinnya sebuah liku perjalanan.

Ia pun sadar hidup tak sekadar
tawa, canda, kebahagiaan
derai air mata jua pasti tertuang
dalam episode perjalanan hidupnya.

Dengan langkah gontai mencari arti hidup
membasuh semua luka dengan sejuk tetesan air wudu
menutup luka di wajahnya dengan sujud
menerbangkan semua luka dengan sayap-sayap doa.

Ia, puan musafir yang kini menjadi bagian hidupku
‘kan kulukis pelangi setelah hujan reda di kelopaknya.

Banten, 140318




Note: Terima kasih untuk orang terdekatku.
Yang telah mengapresiasiku dalam sebuah puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar