Jumat, 13 April 2018

Kembang "Melayu"

Oleh: Embing Jr.


Tujuh hari kabut-kabut menyelimuti kembang.
 Reranting hampir getas, tak kuasa menahan sabar yang kian menggelayut.
Sedang lebah sesekali tampak, hanya mengamati kembang itu dari kejauhan.

Bukan karena matahari mengurangi kadar kehadiran di pagi hari dan berhenti memberi kilauan yang jatuh tepat di kelopak.
 Bukan pula lebah ingin melihat kembang melayu sebelum putik berhasil dicapai lebah.

Duhai kembang, cobalah mengerti mustahil lebah akan mendapatkan sari dan memetik putik ketika matahari hadir menyapa, engkau malah menutup kelopak.
 Padahal matahari itulah nyawa dari proses fotosintesis. Menjagamu dari polutan karbondioksida, mengubahnya menjadi udara yang selalu engkau butuhkan agar kelopak-kelopakmu dapat tersenyum.

Dan kembang itu memilih melayu
padahal lebah terus menunggu
tak bergeming, tetap mengitari
dijiwainya pagi setiap hari

Dengan sayap-sayap hampir patah
lebah tetap memilih tabah
diterpa angin yang kadang merubah
digoda mekar kembang lain, yang tampak mewah.

Banten 120218






Note: Terima kasih untuk orang terdekatku.
Yang telah mengapresiasiku dalam sebuah puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar