Sabtu, 17 Februari 2018

Surat Untukmu--Sebuah Fiksi

Assalammualaikum....


Hai, apa kabarmu disana? Tak terasa seminggu ini kita tak banyak bercakap.
Sering aku ingin menyapamu tapi selalu kutahan. Aku takut mengganggumu. Aku takut kau salah artikan sapaanku. Sedang apa sekarang? Biasanya ada foto-foto berseliweran di berandaku. Tapi entah mengapa sekarang menjadi hampir tak ada. Biasanya bila kau paham aku merindukanmu, kau dengan sigap akan menghapus rasa itu dariku. Walau itu hanya dengan beberapa menit bercakap denganku.

Seperti sudah berabad ku tak melihat senyummu. Kau tahu ... aku tak bisa tanpa kabar darimu. Walau kutahu selalu ada khawatir dihatimu akanku. Dengan diam kau selalu cari keberadaanku. Mengapa? Aku tak pernah mengerti akan pola pikirmu. Apa yang ada dibenakmu sehingga kau tak pernah menunjukkan kalau kau pun merindukanku. Apakah tak ingin bercakap denganku? Tak ingin berdiskusi denganku? Tak terbersitkah secuil tanya akan kabarku setiap harinya? Mengapa??

Aku tak kuasa dengan karunia ini. Demi Tuhan, aku telah berdoa untuk menghapusnya. Tapi mengapa semakin lekat di hatiku? Bila bisa kurobek tubuh ini--akan kulakukan senang hati. Ingin kucabut hati penuh cinta ini. Aku merana karenanya. Ini cinta karena apa? Aku telah mengabaikannya dengan jelas di setiap ruas tulang. Kau pun dengan jelas menginginkan kita tak terbuai karenanya. Tapi mengapa begitu semakin rekat? Apa yeng tengah Tuhan ukir? Aku bersumpah dengan nama-Nya--kuratapi setiap inci hati berisi rindu ini--memohon untuk ditiadakan.

Aku ingin menyapamu seperti waktu pertama berjumpa. Luffi ... aku tertawa mengenang kau berusaha mengacaukanku dengan semua tokoh anime itu. Lebih tertawa lagi ketika kau terkejut karena aku paham dengan semua trikmu. Yah, aku rindu kita yang dulu. Tak pernah sehari pun kau
biarkan rindu itu merajai. Mungkin aku tak seperti mereka yang memujamu dengan begitu jelas. aku takut akan cinta ini. Tak mungkin aku membiarkan ia menguasai hati yang seharusnya ku persembahkan untuk Dia. Kau mungkin telah salah kira dengan semua ini. Demi Tuhan, aku setiap hari jatuh cinta padamu. Walau tak seperti yang kau inginkan--aku tak bisa menceritakan diary kita padamu. Kau tak perlu mengingat mengapa mencintaiku, semua terekam jelas di bawah sadar kita.

Apa yang sedang kau lakukan di sana? Maaf--aku melukaimu dari yang seharusnya. Tak bisa ku jabarkan padamu akan hati yang berharap ini. Jangan kau percaya semua hal semu yang kau dapat di layar maya itu. Ini aku--yang selalu paham dirimu tanpa sepatah kata pun terucap. Ini aku--lihatlah aku, yang selalu kau hibur berhari-hari hingga sakitku mereda. Yah, semua tak terucap tapi termaktub begitu dalam antara kita. Apa yang harus kulakukan dengan semua rindu ini? Sedang kau begitu piawai menyelubunginya. Kau tak ingin kita terbuai. Kau lelaki tanpa bual tanpa janji. Lihat ... betapa aku tak berdaya dengan semua ini.

Waktu yang lalu itu, kau begitu kecewa padaku. kau kata akan pergi menghilang. Aku terluka--tak paham yang kau ingin hanya kata kepastian dariku. Dan itu kemudian terucap. Dan kini kau ingin aku berkata tentang janji suci.Yah, aku menginginkannya. Tapi aku tak berharap. Aku tahu yang tak terucap darimu, aku paham. Tapi aku tak menunggu. Kau benar, cinta membuat kita lemah. Kau benar, untuk membiarkan kita mencintai dengan cara kita sendiri. Kini takutkah kau dengan kenyataan ini? Ternyata semakin rekat dihati ... aku tak bisa tanpamu, tapi aku harus bisa tanpamu.

Maafkan aku tak dapat memujamu dengan sangat seperti mereka. Maafkan aku, tak bisa ungkapkan semua ini di tulisan layar maya seperti yang kau inginkan. Sekali ini saja aku ingin kau bertanya padaku. Yah, lewat kata-kata seperti pada umumnya manusia bicara. Aku ingin mendengarnya. Sekali ini saja ingin kau mengucapkannya. Ah, betapa aku melesap dihatimu. Lihat hingga hal seperti ini pun aku paham. Kau dan aku saling merindu dalam diam. Menyapa dalam diam. Berkata dalam diam.

Maaf mengganggumu, aku hanya ingin mengatakan betapa ku merindukanmu. Aku tahu kau sedang menjalankan bakti pada negara, dan aku memahaminya. Yah, hanya aku yang pada akhirnya selalu mencoba memahami. Berusaha setia pada hati. Semoga kau pun paham jua betapa aku berusaha bertahan. Kau ingin aku paham akan kewajibanmu. Aku sangat paham, kau sepertinya tak menyadari--itulah yang membuatku lekat padamu. Aku kagum padamu. Dan akan tetap seperti itu selamanya. Maafkan aku pernah meninggalkanmu di waktu yang lalu. Kau takut aku melakukannya lagi, tapi aku takkan melakukannya.

Kamu yang di sana, ku harap kau jaga dirimu baik-baik. Jangan khawatir aku baik-baik saja di sini. Menyimpan rapat semua rindu ini, menitipkannya pada malaikat pengatur urusan dunia.

Wassalammualaikum....



#My Kenshin
#Fiksi
#neverendingstory
#part1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar