Minggu, 31 Maret 2019

Kisah Nyata Seorang Jurnalis

Awalnya aku pikir ini film biasa, ternyata, di luar ekspetasiku ini film yang sama sekali tidak biasa. Alur film The escaping madhouse benar-benar menyedotku, dan menjadikannya cerita yang aku masukkan kategori luar biasa.



Dibintangi oleh Christina Ricci dan Judith Light, menjadikannya film apik dengan cerita yang memukau. The Escaping Madhouse diambil dari novel karya Nelly Bly dengan judul 10 Day at Madhouse. Nelly Bly adalah seorang jurnalis yang sengaja melakukan penyamaran ke sebuah rumah sakit jiwa demi mendapatkan cerita nyata.


Film ini diawali kisah seorang wanita yang diberitakan pers bernama Nellie Brown. Wanita itu diceritakan mengalami amnesia, tak ada yang diingatnya kecuali namanya sendiri. Dengan kondisinya yang memprihatinkan itu, pemerintah setempat memasukkannya ke rumah sakit jiwa Blackwell dengan matron Grady sebagai pemimpinnya.

Nellie ternyata satu-satunya yang berpikir dan berbicara normal di tempat itu. Selama proses terapinya dengan Dokter Josiah, Nellie mendapat potongan-potongan kenangan di masa lalunya. Dan, kenangan-kenangan itu dipakainya untuk menyusun puzzle identitas aslinya. Nelli Brown selalu bersitegang dengan Matron karena sikap diktaktornya pada para pasien. Perlakuan Matron Grady dan para perawatnya malah semakin membuat kondisi para pasien memburuk. Bahkan, berakhir pada sebuah kematian.

Masa lalu matron Grady yang buruk menjadi penyebab perlakuan kejam tersebut. Siksaan demi siksaan mengerikan dilakukan Grady untuk mendisiplinkan para pasien. Hal itulah yang membuat Nellie berontak dan berniat melarikan diri. Harapannya untuk meninggalkan tempat itu semakin besar setelah seorang pria mencarinya. Nellie yakin pria itu adalah Bat, yang selama ini selalu berkelebat di ingatannya.

Cerita di film ini sangat memesona. Daya tariknya semakin bertambah dengan setting abad 19 yang melatarbelakanginya. Plot demi plot twist membuat kejutan-kejutan mencengangkan tapi apik. Pesan yang dibawa film inipun sangat dalam.

 Di kehidupan nyata banyak sekali perlakuan tidak adil yang diperoleh para penyandang disabilitas mental. Perlakuan itu tidak membuat lebih baik, malah semakin menjerumuskan mereka ke kondisi yang lebih buruk. Kesempatan dan kasih sayang adalah obat mujarab bagi para penyandang disabilitas mental ini. Dan, aku terpesona dengan makna mendalam yang didapat dari film ini.

Bahkan, setelah menonton habis film ini, aku tergelitik dengan pertanyaan, "siapa yang waras, dan siapa yang tidak waras?"

12 komentar:

  1. Hai mba salam kenal.. boleh tau nontonnya dmn?

    BalasHapus
  2. Siapa yang waras dan siapa yang tidak waras. Penutup yang apik dan menggelitik jangan - jangan kita masuk dalam kategori tidak waras ikh ikh seraam

    BalasHapus
  3. Aku termasuk selektif dalam menontom film. Film apapun sebelum. Menontonnaku akan mencari ulasannya dulu. Jika ulasanya menarik, mungkin bisa menjadi list tontonan berikutnya.
    Terimakasih sudah sharing.

    BalasHapus
  4. Bagus nih sepertinya buat list maraton film. Makasih mba buat reviewnya yang singkat dan menarik!

    BalasHapus
  5. Bagus nih sepertinya buat list maraton film. Makasih mba buat reviewnya yang singkat dan menarik!

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus