Sabtu, 09 Februari 2019

Ketika Anak Remaja


“Ayo, kakak kita nonton. Ada film seru di bioskop!” ajakku pada si sulung suatu hari.

          Anak pertamaku merengut. “Mami nonton sama temen Mami aja... kakak juga nontonnya sama temen-temen sendiri.”

          Deg! Ada rasa ngilu yang tiba-tiba menyayat hati. Mungkin aku sedikit berlebihan, tapi sedih rasanya ketika anak-anak tidak mau diajak nonton. Apa ada yang mengalami hal serupa? Aku yakin, banyak dari kalian yang juga merasa kehilangan kebersamaan dengan anak ketika mereka mulai sibuk dengan dunianya. Keberadaan teman-teman baru akan mengalihkan perhatiannya dari kita sebagai orangtuanya.

          Teringat ketika mereka masih kecil aku sering mengeluh. Terutama karena tidak memiliki waktu untuk menyalurkan hobi. Malah sering mencuri-curi waktu agar bisa pergi  sendirian. Dan sekarang rasa sesal itu datang. Sekiranya dulu aku tahu akan ada masanya mereka punya dunia sendiri, pastinya satu menit pun tidak akan disia-siakan.


          Sebenarnya rasa penasaranku muncul ketika mereka mulai berubah dari kelas  empat  SD. Diawali si sulung yang waktu itu sempat menyusulku sambil menangis.  Dia melarang untuk menyusulnya ke kelas. Kebiasaanku yang berlanjut hingga sekarang adalah selalu mencari keberadaan anak. Ada rasa khawatir ketika mereka tak terlihat di waktu-waktu tertentu. Aku heran ketika anakku berkata merasa malu kalau dicari ke kelas. 

Dan kejadian itu  terulang pada anak keduaku. Karena si bungsu orangnya spontanitas, dia dengan segera protes waktu itu juga. Ternyata mereka berdua diolok-olok oleh teman sekelasnya. Dikatakan ‘anak mami’, ‘anak manja’, dan sebutan lain yang menjadikan mereka malu. Rupanya aku melakukan kesalahan yang sama pada mereka. hal ini yang membuatku penasaran untuk mencari tahu tentang perkembangan emosi anak.



APA YANG HARUS ORANGTUA KETAHUI?

Berikut adalah beberapa tahap perkembangan emosi yang aku pelajari :

1.    USIA 0-2 TAHUN
Di umur  ini kita bisa merangsang perkembangan emosi anak dengan hal-hal yang menyenangkan. Perlakuan kita akan menentukan apakah dia  nantinya akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri atau penuh curiga.

2.    USIA 2-3 TAHUN
Pada masa ini anak-anak mulai akan membedakan hal baik dan hal buruk. Orangtua bisa membantu anak untuk dapat mengepresikan emosinya dalam bentuk verbal.

3.    USIA 4-5 TAHUN
Di usia ini mereka mulai ingin lepas dari orangtuanya. Fase ini merupakan masa bermain anak-anak. Mereka ingin melakukan banyak hal, dan ini yang menentukan apakah anak ditanggapi atau malah diabaikan. Hal itu yang akan menjadi tolak ukur, apakah anak akan tertutup atau terbuka.

4.    USIA 6 TAHUN
Di masa ini emosi akan mudah berubah. Mereka akan mulai mengerjakan hal-hal yang menunjang fase kedewasaan. Bila mereka berhasil menguasai sebuah keterampilan, maka akan menimbulkan percaya diri. Sebaliknya bila tidak berhasil akan menyebabkan mereka minder.

5.    USIA 7-8 TAHUN
Pada usia ini anak mulai memperhatikan hal-hal yang bersifat eksternal. Kestabilan emosi mulai muncul dan mereka bisa berempati dengan orang lain. Mereka pun mulai pandai mengendalikan diri. Pada tahapan ini rasa malu dan bangga pun mulai dikenali.

6.    USIA 8-12 TAHUN
Pada fase ini tahap perkembangan mereka akan banyak berada di sekolah. Mereka akan belajar beradaptasi dengan kelompok dan mulai belajar aturan berteman. Mereka akan mulai belajar bermain dengan aturan dan struktur tertentu. Anak juga belajar mengenai mata pelajaran sekolah dan disiplin.

          Berdasar pengalaman, perkembangan emosi anak tidak berhenti disitu saja. Ketika mereka memasuki masa puber akan ada banyak kendala emosi antara anak dan orangtua. Persis yang aku alami dengan si sulung, dan sekarang dengan si bungsu. Perubahan fisik mereka akan banyak mempengaruhi rasa percaya diri. Anak sulungku sempat minder dengan tinggi badannya yang sering  diolok-olok.

          Usia 12 tahun ke atas merupakan usia riskan. Anak-anak cenderung tertutup dan pemarah. Marah di sini karena mereka tidak bisa mengungkapkan yang tengah dialami.  Jadinya anak cenderung menuntut dan menyalahkan. Hal ini yang sering menyebabkan pertentangan dengan orangtua. Bahayanya, anak yang memiliki orangtua otoriter akan melampiaskan semuanya di luar rumah. Dia akan mencari perlindungan di kelompok pertemanan.  Ini yang harus diwaspadai  jangan sampai anak terjerumus pergaulan yang salah.

APA YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA ANAK  PUBER?

1)   Jangan marah
Apapun yang dikatakan anak kita harus bisa menyaringnya  dengan benar. Di sini orangtua dituntut untuk bisa mendengarkan.

2)   Hindari bersikap memusuhi
Sikap anak yang cenderung menyalahkan memang mengundang emosi. Tapi jangan sampai hal itu menyebabkan kita memusuhinya, karena anak akan lebih berontak.

3)   Jadilah teman anak
Dengan belajar mengalah orangtua akan memberikan kesempatan pada dirinya untuk mendengarkan dan memahami. Si anak akan diam dengan sendirinya ketika kita diam dan membiarkan anak menumpahkan emosinya. Dekati anak  perlahan, walau itu hanya  sekadar setengah jam. Jangan sampai anak merasa sendirian karena tidak  dipahami.

4)   Beri anak  tanggung jawab
Dengan memberi tanggung jawab anak akan merasa dihargai. Dan itu akan membuat rasa percaya dirinya naik.

5)   Belajar percaya pada anak
Masa puberitas  anak merupakan masa beresiko. Tapi bukan berarti orangtua harus mengungkungnya.  Setiap larangan dengan ancaman akan membuat anak semakin jauh dengan kita. Dengan mempercayai anak akan membuatnya dekat dengan kita. Karena dia merasa   didengarkan dan dirangkul.

          Hal-hal di atas membuat aku semakin sadar bahwa tanggung jawab orangtua pada anak tidak akan pernah berhenti. Terutama masalah kedewasaan emosinya. Terlebih semakin bertambah umurnya, semakin jauh dari kita. Anak akan memiliki kehidupan sendiri. Dan mulai mengurangi kegiatan yang biasa dilakukan dengan orang tuanya. Pesanku, dekati terus anak. Apapun yang terjadi usahakan dia yang jadi prioritas utama. Bagaimana  Bunda, apa masih menganggap kebersamaan dengan anak itu merepotkan?





91 komentar:

  1. Wah anak sy mulai malu"pas sd kelas 5 atau 6 gt mba.. Mulai gak mau dituntun pas nyebrang jln.. Dn ssh kl diajak keluar rame2sprti menghadiri acara kluarga.. Tpbkl kumpul brg temen"smknya sih rame jg..emg agak pemalu anaknya.. Tp sm ibunya lmyn deket... Gmn tu mba 😊

    BalasHapus
  2. iya, mereka malu2 begitu karena takut dibilang anak mamah hehe..sama anakku juga enggak mau kalo diajak kumpul2 keluarga, biasanya karena mereka nganggap itu acara ngebosenin, acara emak2

    BalasHapus
  3. OMG teh kok baca sekarang jadi degdegan ya takut nanti pas gede anakku berubah lebih senang main sama teman temannya aku mamanya patah hati :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo gitu berubahlah jadi temannya, teh...itu trik yang aku jalanin sekarang

      Hapus
  4. sebagai tante yang punya banyak keponakan, jadi suka ikut merasa bertanggung jawab sama perkembangan para keponakan. tulisan ini bikin aku nambah ilmu lagi nih

    BalasHapus
  5. Akuu ngacuung, hal yang sama nih.
    Setiap anak nonton ma temannya aku pun nonton sama temenku, ga mau mengganggu dunianya. Yang penting masih bisa bercerita curcol sama emaknya.
    Hiks, tiba waktunya dan menyadari anak2 makin dewasa.

    BalasHapus
  6. aku belum punya anak tapi kalau ponakan byk mungkin ini bermanfaat untuk dishare ke sepupu ku

    BalasHapus
  7. Bener bgt teh. Emg pqling tricky ngadepin anak usia remaja. Harus hati2 dan dirangkul bener2.. hatur nuhun sharingnya teh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, teh..jangan sampai dia merasa sendirian

      Hapus
  8. Waah tulisannya sangat bermanfaat Teh
    Aku belum punya anak sih tapi ini bakalan jadi bekal aku nanti hehe

    BalasHapus
  9. Setuju sekali bunda..kalo anak udah mulai beranjak remaja kita sebisa mungkin jadi temannya dan bisa kasih kepercayaan biar anak mulai tanggungjawab tapi ga lupa kita juga pantau. Sipp deh bun sharingnya

    BalasHapus
  10. Anakku tahun ini 7 tahun dan aku deg2an banget dia mau SD..khawatir nanti gimana pergaulannya aku mah huhu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. tenang teh, kasih pengertian aja sama dia..biar tahu mana yang baik dan mana yang buruk

      Hapus
  11. Wah teteh thanks for sharing, anakkku 7 dan 2 taun nih sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. semangat menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya hhee

      Hapus
  12. Belum mengalami fase remaja anak, dan langsung mellow baca ini, duhhh

    BalasHapus
  13. makasih mbak sharingnya, anak sulung aku juga udah usia 11 tahun, dan emosi yang seperti mbak sampaikan sudah mulai terasa

    BalasHapus
  14. Artikelnya manfaat banget buat pegangan saat udah ada anak nantinya, kalo kita sebagai orangtua yg justru malah banyak belajar dari anak-anak kita ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, mbak... ortu justru belajar dewasa dari anak

      Hapus
  15. Ya Allah teh, aku bacanya sambil merinding. Maksudnya ada perasaan takut ditolak ketika anak udah remaja gitu. Sekarang aja aku masih suka kesel-kesel karena anaknya gamau jauh-jauh dari ibunya, tapi harusnya aku syukuri ya. Karena akan ada masa dimana mereka maunya sendiri. Duh.. mrembes mili nih hatiku....

    BalasHapus
  16. Beneran mba ga mau masa2 itu dimana anak udah punya dunianya sendiri. Baca artikel ini terasa menampar aku, mulai sekarang lebih quality time sama si kakak yg bentar lagi mau sekolah.

    BalasHapus
  17. Inspiratif mbak tulisannya. Anakku umur 13 tahun sekarang, jadi sudah mulai mengatur waktunya sendiri... Sudah susah kalau diajak jalan bareng, tapi sebisa mungkin saya berusaha mengadakan pendekatan dan memposisikan diri saya sbg temannya curhat. TFS ya mbak.

    BalasHapus
  18. Mbaaak.. aku merasa tertohok nih karena saat ini aku dalam posisi yang ke mana-mana nggak bisa karena dikintilin terus. Baiklah.. aku harus lebih dekat dengan anak-anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nanti mah kita bakal sendirian kemana-mana, ga ada temen

      Hapus
  19. Anak saya baru 9 tahun lebih, sudah mul;ai berontak dan lebih senang main di luar rumah bersama teman-teman sebayanya. Masih kecil dan belum mandiri serta cenderung menyerap segala sesuatu dari luar tanpa saringan. Maka tugas saya untuk selalu mengingatkan agar anak tak salah langkah. BErat menjadi norang tua itu, namun pernahkah orang tua berpikir bahwa menjadi anak pun berat. Kita hanya harus berupaya memahami posisi anak dan ajarkan anak agar memahami posisi kita. Komunikasi adalah hal yang harussering dilakukan.
    Saya malah merasa kehilangan banyak momenn kala Palung masih bayi dan balita. Terlalu sering pindah rumah membuat lingkungan kami tak stabil dan hal demikian berpengaruh pada Palung.
    Semoga kami bisa tetap dekat meski ia akan selalu berontak. Kita tak bisa berharap anak akan bersikap manis selamanya.
    Oh ya, fase-fase yang Mbak paparkan di atas bisa membantu saya. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang bijak dan tak kalah berebut peran dengan teman-teman anak. Mari ciptakan lingkungan rumah yang nyaman bagi orang tua dan anak agar anak betah serta tetap dekat meski usia telah beranjak.

    BalasHapus
  20. Anakku baru 7 tahun, tapi nampaknya saat ini saya mulai harus mempersiapkan diri nih menghadapi perkembangannya. Semoga saya bisa menjadi orang tua yang baik untuk anakku saat ia beranjak remaja nanti, amiiin

    BalasHapus
  21. sepertinya sekarang saya harus memanfaatkan waktu bersama anakku nih, karena kalo udah beranjak remaja, dia pasti akan sibuk dengan dunianya sendiri

    BalasHapus
  22. Kalau anakku yang SMP malah kebalikan mbak, aku bilang kalau mau janjian nonton sama temannya sesekali gpp asal bilang dulu, dia malah bilang bareng2 aja sama keluarga.
    Jadi skr aku nikamti aja waktu kebersamaan sama mereka ya mbak, karena pada waktunya mereka akan lebih sering dengan temannya. duh jadi baper aku.

    BalasHapus
  23. Jadi ikut deg baca ini.
    Bener mba, saya kadang bete kok ya gak bisa ke mana-mana, ditempelin mulu ama anak-anak.
    Tapi liat si kakak 8 tahun, udah mulai gak betah di peluk, udah malu dicium.
    Jadi sedih deh.
    Semacam pengingat nih agar selalu menikmati setiap detik bareng anak :)

    BalasHapus
  24. Membayangkan kembali masa remajaku dan bagaimana mama menjadi sahabat melewati masa2 pencariam jati diri. Skrg ilmu parenting sudah banyak ya mba, tinggal memilih dan memilah yg cocok dgn kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, mbak.. kita harus pandai-pandai memilih ilmu tapinya

      Hapus
  25. Halo mba Yona, memberikan anak tanggungjawab tuh memang menurutku penting banget. Jadi anak juga makin percaya diri karena udah dikasih tanggungjawab :)

    BalasHapus
  26. baca ini jadi inget jaman kuliah nih mbak.
    dulu aku sempat ambil beberapa belas sks di bidang pengasuhan anak.
    semoga someday aku bisa mempraktikkan untuk anak sendiri.aamiin

    BalasHapus
  27. Tulisan ini jadi reminder juga buat orang tua baru seperti saya. Anak saya baru usia setengah tahun. Masih lama masa remajanya tapi akan ada masanya juga seperti itu. Terimakasih sudah berbagi mbak��

    BalasHapus
  28. Anak pertamaku baru 8 tahun. Sudah mulai ngerti disiplin dan berubah jadi sangat berempati, terutama dengan kerjaan domestik. ternyata memang sudah masuk fase penuh empati yaa :)

    BalasHapus
  29. Anakku masih mau diajakin nonton bioskop. Jadi aku dan suami nonton di studio 1 misalnya, si sulung sama adiknya nonton di studio lain dalam satu bioskop. Tapi emang sejak jadi mahasiswa, anak-anak mulai sibuk sendiri dengan kegiatan masing-masing. Alhamdulillah dulu aku selalu bahagia kalo diikuti anak-anak. Jadi begitu dewasa bisa tenang melepaskan mereka

    BalasHapus
  30. Ini artikel penting banget untuk mengetahui fase perkembangan emosi pada anak, dan memang betul tidak ada kata berhenti belajar menjadi orangtua, saya sekarang berada dalam fase merasa ribet karena anak-anak nempel terus dan berusaha dinikmati karena akan ada fase anak-anak punya dunia sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan sampai kehilangan golden age mereka, mbak

      Hapus
  31. Setiap tahapan usia anak memang punya tantangannya sendiri sendiri.
    Sekarang masih balita, nggak terasa akan remaja dan butuh untuk bersikap begini

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih lama ya, mbak..tapi belajar itu butuh proses

      Hapus
  32. Kebayang yaa...uda gede kemana-mana sama Mami.
    Eww~

    Tapi kok anakku (8 tahun) malah happy-happy aja ada orangtuanya.
    Huhhuu~

    Akunya yang belum tega nglepasin atau gimana niih, teh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. berarti dia belum mau lepas dari ibunya hehe... 8 tahun mah masih nempel, kalo anakku laki2 dua-duanya, pas kelas empat mulai sibuk sama temen2nya

      Hapus
  33. langsung kebayang. saat anak kecil kita musti banyak ngobrol biar anak mendengarkan. masa remaja kayaknya kita musti banyak mendengar ya teh biar anak ga merasa ortunya gak asyik hehehe.
    terimakasih teh sharing berharganya

    BalasHapus
  34. Duh baca tulisan ini jadi ngerasa belum siap melihat anak-anakku tumbuh dewasa hiks.. anakku yang pertama sekarang 9 tahun.. sebentar lagi sudah 10 tahun ajaaa diantara siap dan ngga siap juga sih.. huhu semoga aku bisa menjadi teman yang baik untuk mendengarkan curhatan anak-anakku.. dan mereka juga bisa nyaman dengan aku.. duh jadi melo gini..

    BalasHapus
  35. Bener mba,, klo aku juga usahakan jd teman mereka sedekat mungkin biar mereka cerita semuanya ke akuh anakku mnjelang abg ini 12 - 14 th

    BalasHapus
  36. MAsyaAllah terima kasih ya Mba, aku diberikan sharing dan ilmu yang bermanfaat buat bekal menjadi orangtua yang bijak. Makasih banyak Mba, aku justru sekarang yang ngerasa ya Allah waktu cepat sekali dan orantuaku semakin merenta semoga kita semua dilindungi dan dimudahkan kehidupannya

    BalasHapus
  37. Wuihh bergizi banget tulisannya, saat ini saya sedang menghadapi si Kakak yang mau usia 12 tahun dan lebih coba memahami masa menuju pubertas aja sih, jadi lebih perhatian dan seting sharing agar dia terbiasa nyaman bercerita sama mama nya.

    BalasHapus
  38. Nah, aku juga mengalami hal yang sama nih dengan anak pertamaku yang kelas 9. Sama tuh, sejak mulai kelas 4 atau kelas 5 ya, udah mulai deh rahasia-rahasiaan. Udah enggak seceplas-ceplos waktu kecil. Apalagi sekarang, wuuiihh... makin pelit bercerita sama ibunya. Emang kudu pelan-pelan dan pake trik berbeda untuk mendekatinya.
    Hehehe... setiap fase pertumbuhan anak selalu adaaaa aja ya permasalahannya. Asyiknya motherhood ini. ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kita harus punyak trik buat deket sama anak ya, mbak?hehe

      Hapus
  39. Alhamdulillah enggak mbak, anak-anak saya dekat semua dnegan saya. tidur juga masih umpel-umpelan bereng sama saya dan pak suami heuheu jadi kalau udah jam tidur, setelah ngobrol ngaler ngidul eh enggak ding, suka ada pesan moralnya juga sih. baru tuh mau pada tidur di tempat tidur sendiri-sendiri.

    iya mbak, menjadi orangtua itu tidka mudah, harus mengerti tahapan perkembangan anak-anak sesuai usianya, agar ga salah penanganan.

    BalasHapus
  40. Oke fine. Sip. Aku wis kudu ancang2 utk bagaimana nanti saat anakku beranjak dewasa. Ini baru 6.5 tahun .. masih pada tahap mau dicium abi uminya.hehee

    BalasHapus
  41. Aku harus siap siap kayanya nih mba. Anak pertama sudah mau 11 tahun. Duh bentar lagi dia bakal puber. Makasih tipsnya ya mba

    BalasHapus
  42. deg-degan ya mba kalo si anak sudah puber :D saya jadi teringat saat saya puber dulu, ibu saya yang deg2an karena ulah saya hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe.. nanti bakal teralami sama mbak juga

      Hapus
  43. masyaAllah.. harusnya aku pelajari tahap perkembangan emosi ini dari dulu yaa :( tapi belum terlambat sepertinya.. aku punya anak usia 1 dan 4 tahun ^^ makasih udah share ilmunya ya..

    BalasHapus
  44. aku juga masih belajar sampe sekarang, mbak...sama-sama

    BalasHapus
  45. blm ada anak tapi ada adekku yang remaja...
    mesti dihadapi lebih baik dari aku dulu zaman remaja

    BalasHapus
  46. Noted Mbak, tips and trik menghadapi anak-anak menuju remaja ini pasti berguna banget. Saya baru memasuki tahap 4-5 tahun untuk Si Kakak.
    Jadi orang tua emang harus bisa segalanya ya Mbak, termasuk jadi temannya juga. Jangan abai pada anak. :)
    Makasih ya Mbak :)

    BalasHapus
  47. Kalau anakku malah maunya ikut orangtua mulu,mba hahaha. Padahal mereka dah usia 13 tahu, terus yang kedua 10 tahun. Yang menguras energi memanh masalah psikis ya,mba. Butuh banget belajar setiap saat menghadapi mereka yang abg dan pra abg

    BalasHapus
  48. Aihh pas banget inii.. gadis kecil saya sudah dua belas tahun ini. Sekarang suka jalan bareng sama temannya. Padahal dulu apa-apa, kemana-mana sama saya atau bapaknya.
    bener ya, rasanya agak gimana gitu. anakku rupanya sudah menjelang dewasa

    BalasHapus
  49. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus