“Ayo, kakak kita
nonton. Ada film seru di bioskop!” ajakku pada si sulung suatu hari.
Anak pertamaku merengut. “Mami nonton sama temen Mami
aja... kakak juga nontonnya sama temen-temen sendiri.”
Deg! Ada rasa ngilu yang tiba-tiba menyayat hati. Mungkin aku
sedikit berlebihan, tapi sedih rasanya ketika anak-anak tidak mau diajak
nonton. Apa ada yang mengalami hal serupa? Aku yakin, banyak dari kalian yang
juga merasa kehilangan kebersamaan dengan anak ketika mereka mulai sibuk dengan
dunianya. Keberadaan teman-teman baru akan mengalihkan perhatiannya dari kita
sebagai orangtuanya.
Teringat ketika mereka masih kecil aku sering mengeluh. Terutama
karena tidak memiliki waktu untuk menyalurkan hobi. Malah sering mencuri-curi
waktu agar bisa pergi sendirian. Dan sekarang
rasa sesal itu datang. Sekiranya dulu aku tahu akan ada masanya mereka punya
dunia sendiri, pastinya satu menit pun tidak akan disia-siakan.
Sebenarnya rasa penasaranku muncul ketika mereka mulai
berubah dari kelas empat SD. Diawali si sulung yang waktu itu sempat
menyusulku sambil menangis. Dia melarang
untuk menyusulnya ke kelas. Kebiasaanku yang berlanjut hingga sekarang adalah
selalu mencari keberadaan anak. Ada rasa khawatir ketika mereka tak terlihat di
waktu-waktu tertentu. Aku heran ketika anakku berkata merasa malu kalau dicari
ke kelas.
Dan kejadian
itu terulang pada anak keduaku. Karena si
bungsu orangnya spontanitas, dia dengan segera protes waktu itu juga. Ternyata mereka
berdua diolok-olok oleh teman sekelasnya. Dikatakan ‘anak mami’, ‘anak manja’,
dan sebutan lain yang menjadikan mereka malu. Rupanya aku melakukan kesalahan
yang sama pada mereka. hal ini yang membuatku penasaran untuk mencari tahu
tentang perkembangan emosi anak.
APA YANG HARUS ORANGTUA KETAHUI?
Berikut adalah
beberapa tahap perkembangan emosi yang aku pelajari :
1. USIA 0-2 TAHUN
Di umur ini kita bisa merangsang perkembangan emosi
anak dengan hal-hal yang menyenangkan. Perlakuan kita akan menentukan apakah
dia nantinya akan tumbuh menjadi pribadi
yang percaya diri atau penuh curiga.
2. USIA 2-3 TAHUN
Pada masa ini anak-anak mulai
akan membedakan hal baik dan hal buruk. Orangtua bisa membantu anak untuk dapat
mengepresikan emosinya dalam bentuk verbal.
3. USIA 4-5 TAHUN
Di usia ini mereka mulai ingin
lepas dari orangtuanya. Fase ini merupakan masa bermain anak-anak. Mereka ingin
melakukan banyak hal, dan ini yang menentukan apakah anak ditanggapi atau malah
diabaikan. Hal itu yang akan menjadi tolak ukur, apakah anak akan tertutup atau
terbuka.
4. USIA 6 TAHUN
Di masa ini emosi akan mudah
berubah. Mereka akan mulai mengerjakan hal-hal yang menunjang fase kedewasaan. Bila
mereka berhasil menguasai sebuah keterampilan, maka akan menimbulkan percaya
diri. Sebaliknya bila tidak berhasil akan menyebabkan mereka minder.
5. USIA 7-8 TAHUN
Pada usia ini anak mulai
memperhatikan hal-hal yang bersifat eksternal. Kestabilan emosi mulai muncul
dan mereka bisa berempati dengan orang lain. Mereka pun mulai pandai
mengendalikan diri. Pada tahapan ini rasa malu dan bangga pun mulai dikenali.
6. USIA 8-12 TAHUN
Pada fase ini tahap
perkembangan mereka akan banyak berada di sekolah. Mereka akan belajar
beradaptasi dengan kelompok dan mulai belajar aturan berteman. Mereka akan
mulai belajar bermain dengan aturan dan struktur tertentu. Anak juga belajar
mengenai mata pelajaran sekolah dan disiplin.
Berdasar pengalaman, perkembangan emosi anak tidak berhenti
disitu saja. Ketika mereka memasuki masa puber akan ada banyak kendala emosi
antara anak dan orangtua. Persis yang aku alami dengan si sulung, dan sekarang
dengan si bungsu. Perubahan fisik mereka akan banyak mempengaruhi rasa percaya
diri. Anak sulungku sempat minder dengan tinggi badannya yang sering diolok-olok.
Usia 12 tahun ke atas merupakan usia riskan. Anak-anak
cenderung tertutup dan pemarah. Marah di sini karena mereka tidak bisa
mengungkapkan yang tengah dialami. Jadinya
anak cenderung menuntut dan menyalahkan. Hal ini yang sering menyebabkan
pertentangan dengan orangtua. Bahayanya, anak yang memiliki orangtua otoriter
akan melampiaskan semuanya di luar rumah. Dia akan mencari perlindungan di
kelompok pertemanan. Ini yang harus
diwaspadai jangan sampai anak terjerumus
pergaulan yang salah.
APA YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA ANAK PUBER?
1)
Jangan marah
Apapun
yang dikatakan anak kita harus bisa menyaringnya dengan benar. Di sini orangtua dituntut untuk
bisa mendengarkan.
2)
Hindari bersikap memusuhi
Sikap
anak yang cenderung menyalahkan memang mengundang emosi. Tapi jangan sampai hal
itu menyebabkan kita memusuhinya, karena anak akan lebih berontak.
3)
Jadilah teman anak
Dengan
belajar mengalah orangtua akan memberikan kesempatan pada dirinya untuk
mendengarkan dan memahami. Si anak akan diam dengan sendirinya ketika kita diam
dan membiarkan anak menumpahkan emosinya. Dekati anak perlahan, walau itu hanya sekadar setengah jam. Jangan sampai anak
merasa sendirian karena tidak dipahami.
4)
Beri anak tanggung jawab
Dengan
memberi tanggung jawab anak akan merasa dihargai. Dan itu akan membuat rasa
percaya dirinya naik.
5)
Belajar percaya pada anak
Masa
puberitas anak merupakan masa beresiko. Tapi
bukan berarti orangtua harus mengungkungnya.
Setiap larangan dengan ancaman akan membuat anak semakin jauh dengan
kita. Dengan mempercayai anak akan membuatnya dekat dengan kita. Karena dia
merasa didengarkan dan dirangkul.
Hal-hal di atas membuat aku semakin
sadar bahwa tanggung jawab orangtua pada anak tidak akan pernah berhenti. Terutama
masalah kedewasaan emosinya. Terlebih semakin bertambah umurnya, semakin jauh
dari kita. Anak akan memiliki kehidupan sendiri. Dan mulai mengurangi kegiatan
yang biasa dilakukan dengan orang tuanya. Pesanku, dekati terus anak. Apapun yang
terjadi usahakan dia yang jadi prioritas utama. Bagaimana Bunda, apa masih menganggap kebersamaan dengan
anak itu merepotkan?
Wah anak sy mulai malu"pas sd kelas 5 atau 6 gt mba.. Mulai gak mau dituntun pas nyebrang jln.. Dn ssh kl diajak keluar rame2sprti menghadiri acara kluarga.. Tpbkl kumpul brg temen"smknya sih rame jg..emg agak pemalu anaknya.. Tp sm ibunya lmyn deket... Gmn tu mba 😊
BalasHapusiya, mereka malu2 begitu karena takut dibilang anak mamah hehe..sama anakku juga enggak mau kalo diajak kumpul2 keluarga, biasanya karena mereka nganggap itu acara ngebosenin, acara emak2
BalasHapusOMG teh kok baca sekarang jadi degdegan ya takut nanti pas gede anakku berubah lebih senang main sama teman temannya aku mamanya patah hati :(
BalasHapuskalo gitu berubahlah jadi temannya, teh...itu trik yang aku jalanin sekarang
Hapussebagai tante yang punya banyak keponakan, jadi suka ikut merasa bertanggung jawab sama perkembangan para keponakan. tulisan ini bikin aku nambah ilmu lagi nih
BalasHapusmakasih teh..ini sharing pengalaman aku
HapusAkuu ngacuung, hal yang sama nih.
BalasHapusSetiap anak nonton ma temannya aku pun nonton sama temenku, ga mau mengganggu dunianya. Yang penting masih bisa bercerita curcol sama emaknya.
Hiks, tiba waktunya dan menyadari anak2 makin dewasa.
sedih yah teh
Hapusaku belum punya anak tapi kalau ponakan byk mungkin ini bermanfaat untuk dishare ke sepupu ku
BalasHapusmakasih, teh
HapusBener bgt teh. Emg pqling tricky ngadepin anak usia remaja. Harus hati2 dan dirangkul bener2.. hatur nuhun sharingnya teh..
BalasHapusbetul, teh..jangan sampai dia merasa sendirian
HapusWaah tulisannya sangat bermanfaat Teh
BalasHapusAku belum punya anak sih tapi ini bakalan jadi bekal aku nanti hehe
semoga bermanfaat, teh
HapusBekal untuk nanti mendidik anakku teh..makasih ilmunya
BalasHapussama-sama
HapusSetuju sekali bunda..kalo anak udah mulai beranjak remaja kita sebisa mungkin jadi temannya dan bisa kasih kepercayaan biar anak mulai tanggungjawab tapi ga lupa kita juga pantau. Sipp deh bun sharingnya
BalasHapusalhamdulillah kalo bermanfaat
HapusAnakku tahun ini 7 tahun dan aku deg2an banget dia mau SD..khawatir nanti gimana pergaulannya aku mah huhu..
BalasHapustenang teh, kasih pengertian aja sama dia..biar tahu mana yang baik dan mana yang buruk
HapusWah teteh thanks for sharing, anakkku 7 dan 2 taun nih sekarang
BalasHapussemangat menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya hhee
HapusBelum mengalami fase remaja anak, dan langsung mellow baca ini, duhhh
BalasHapussemangat bund
Hapusmakasih mbak sharingnya, anak sulung aku juga udah usia 11 tahun, dan emosi yang seperti mbak sampaikan sudah mulai terasa
BalasHapustetep jadi temennya, mbak
HapusArtikelnya manfaat banget buat pegangan saat udah ada anak nantinya, kalo kita sebagai orangtua yg justru malah banyak belajar dari anak-anak kita ya
BalasHapusbetul, mbak... ortu justru belajar dewasa dari anak
HapusYa Allah teh, aku bacanya sambil merinding. Maksudnya ada perasaan takut ditolak ketika anak udah remaja gitu. Sekarang aja aku masih suka kesel-kesel karena anaknya gamau jauh-jauh dari ibunya, tapi harusnya aku syukuri ya. Karena akan ada masa dimana mereka maunya sendiri. Duh.. mrembes mili nih hatiku....
BalasHapussemangat, teeh
HapusBeneran mba ga mau masa2 itu dimana anak udah punya dunianya sendiri. Baca artikel ini terasa menampar aku, mulai sekarang lebih quality time sama si kakak yg bentar lagi mau sekolah.
BalasHapusmereka bakal sok sibuk nanti hehe
HapusInspiratif mbak tulisannya. Anakku umur 13 tahun sekarang, jadi sudah mulai mengatur waktunya sendiri... Sudah susah kalau diajak jalan bareng, tapi sebisa mungkin saya berusaha mengadakan pendekatan dan memposisikan diri saya sbg temannya curhat. TFS ya mbak.
BalasHapuslanjutkan, mbak
HapusMbaaak.. aku merasa tertohok nih karena saat ini aku dalam posisi yang ke mana-mana nggak bisa karena dikintilin terus. Baiklah.. aku harus lebih dekat dengan anak-anak.
BalasHapusnanti mah kita bakal sendirian kemana-mana, ga ada temen
HapusAnak saya baru 9 tahun lebih, sudah mul;ai berontak dan lebih senang main di luar rumah bersama teman-teman sebayanya. Masih kecil dan belum mandiri serta cenderung menyerap segala sesuatu dari luar tanpa saringan. Maka tugas saya untuk selalu mengingatkan agar anak tak salah langkah. BErat menjadi norang tua itu, namun pernahkah orang tua berpikir bahwa menjadi anak pun berat. Kita hanya harus berupaya memahami posisi anak dan ajarkan anak agar memahami posisi kita. Komunikasi adalah hal yang harussering dilakukan.
BalasHapusSaya malah merasa kehilangan banyak momenn kala Palung masih bayi dan balita. Terlalu sering pindah rumah membuat lingkungan kami tak stabil dan hal demikian berpengaruh pada Palung.
Semoga kami bisa tetap dekat meski ia akan selalu berontak. Kita tak bisa berharap anak akan bersikap manis selamanya.
Oh ya, fase-fase yang Mbak paparkan di atas bisa membantu saya. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang bijak dan tak kalah berebut peran dengan teman-teman anak. Mari ciptakan lingkungan rumah yang nyaman bagi orang tua dan anak agar anak betah serta tetap dekat meski usia telah beranjak.
betul, mbak
HapusAnakku baru 7 tahun, tapi nampaknya saat ini saya mulai harus mempersiapkan diri nih menghadapi perkembangannya. Semoga saya bisa menjadi orang tua yang baik untuk anakku saat ia beranjak remaja nanti, amiiin
BalasHapusaamiin
Hapussepertinya sekarang saya harus memanfaatkan waktu bersama anakku nih, karena kalo udah beranjak remaja, dia pasti akan sibuk dengan dunianya sendiri
BalasHapusiya, betuull
HapusKalau anakku yang SMP malah kebalikan mbak, aku bilang kalau mau janjian nonton sama temannya sesekali gpp asal bilang dulu, dia malah bilang bareng2 aja sama keluarga.
BalasHapusJadi skr aku nikamti aja waktu kebersamaan sama mereka ya mbak, karena pada waktunya mereka akan lebih sering dengan temannya. duh jadi baper aku.
hehe..semangat,mbak
HapusJadi ikut deg baca ini.
BalasHapusBener mba, saya kadang bete kok ya gak bisa ke mana-mana, ditempelin mulu ama anak-anak.
Tapi liat si kakak 8 tahun, udah mulai gak betah di peluk, udah malu dicium.
Jadi sedih deh.
Semacam pengingat nih agar selalu menikmati setiap detik bareng anak :)
nikmati kebersamaan, mbak
HapusMembayangkan kembali masa remajaku dan bagaimana mama menjadi sahabat melewati masa2 pencariam jati diri. Skrg ilmu parenting sudah banyak ya mba, tinggal memilih dan memilah yg cocok dgn kita.
BalasHapusbetul, mbak.. kita harus pandai-pandai memilih ilmu tapinya
HapusHalo mba Yona, memberikan anak tanggungjawab tuh memang menurutku penting banget. Jadi anak juga makin percaya diri karena udah dikasih tanggungjawab :)
BalasHapussetuju sekali, mbak
Hapusbaca ini jadi inget jaman kuliah nih mbak.
BalasHapusdulu aku sempat ambil beberapa belas sks di bidang pengasuhan anak.
semoga someday aku bisa mempraktikkan untuk anak sendiri.aamiin
aamiin, semoga jadi ibu terbaik
HapusTulisan ini jadi reminder juga buat orang tua baru seperti saya. Anak saya baru usia setengah tahun. Masih lama masa remajanya tapi akan ada masanya juga seperti itu. Terimakasih sudah berbagi mbak��
BalasHapusterima kasih juga apresiasinya
HapusAnak pertamaku baru 8 tahun. Sudah mulai ngerti disiplin dan berubah jadi sangat berempati, terutama dengan kerjaan domestik. ternyata memang sudah masuk fase penuh empati yaa :)
BalasHapusbetuul.. semangat jadi ibu, mbak
HapusAnakku masih mau diajakin nonton bioskop. Jadi aku dan suami nonton di studio 1 misalnya, si sulung sama adiknya nonton di studio lain dalam satu bioskop. Tapi emang sejak jadi mahasiswa, anak-anak mulai sibuk sendiri dengan kegiatan masing-masing. Alhamdulillah dulu aku selalu bahagia kalo diikuti anak-anak. Jadi begitu dewasa bisa tenang melepaskan mereka
BalasHapusalhamdulillah, mbak
HapusIni artikel penting banget untuk mengetahui fase perkembangan emosi pada anak, dan memang betul tidak ada kata berhenti belajar menjadi orangtua, saya sekarang berada dalam fase merasa ribet karena anak-anak nempel terus dan berusaha dinikmati karena akan ada fase anak-anak punya dunia sendiri
BalasHapusjangan sampai kehilangan golden age mereka, mbak
HapusSetiap tahapan usia anak memang punya tantangannya sendiri sendiri.
BalasHapusSekarang masih balita, nggak terasa akan remaja dan butuh untuk bersikap begini
masih lama ya, mbak..tapi belajar itu butuh proses
HapusKebayang yaa...uda gede kemana-mana sama Mami.
BalasHapusEww~
Tapi kok anakku (8 tahun) malah happy-happy aja ada orangtuanya.
Huhhuu~
Akunya yang belum tega nglepasin atau gimana niih, teh?
berarti dia belum mau lepas dari ibunya hehe... 8 tahun mah masih nempel, kalo anakku laki2 dua-duanya, pas kelas empat mulai sibuk sama temen2nya
Hapuslangsung kebayang. saat anak kecil kita musti banyak ngobrol biar anak mendengarkan. masa remaja kayaknya kita musti banyak mendengar ya teh biar anak ga merasa ortunya gak asyik hehehe.
BalasHapusterimakasih teh sharing berharganya
setuju, mbak..sama-sama
HapusDuh baca tulisan ini jadi ngerasa belum siap melihat anak-anakku tumbuh dewasa hiks.. anakku yang pertama sekarang 9 tahun.. sebentar lagi sudah 10 tahun ajaaa diantara siap dan ngga siap juga sih.. huhu semoga aku bisa menjadi teman yang baik untuk mendengarkan curhatan anak-anakku.. dan mereka juga bisa nyaman dengan aku.. duh jadi melo gini..
BalasHapustetap jadi temannya aja, mbak hehe
HapusBener mba,, klo aku juga usahakan jd teman mereka sedekat mungkin biar mereka cerita semuanya ke akuh anakku mnjelang abg ini 12 - 14 th
BalasHapushebaat... semangat jadi ibu, mbak
HapusMAsyaAllah terima kasih ya Mba, aku diberikan sharing dan ilmu yang bermanfaat buat bekal menjadi orangtua yang bijak. Makasih banyak Mba, aku justru sekarang yang ngerasa ya Allah waktu cepat sekali dan orantuaku semakin merenta semoga kita semua dilindungi dan dimudahkan kehidupannya
BalasHapusaamiin..sama-sama, mbak
HapusWuihh bergizi banget tulisannya, saat ini saya sedang menghadapi si Kakak yang mau usia 12 tahun dan lebih coba memahami masa menuju pubertas aja sih, jadi lebih perhatian dan seting sharing agar dia terbiasa nyaman bercerita sama mama nya.
BalasHapuspertahankan, mbak
HapusNah, aku juga mengalami hal yang sama nih dengan anak pertamaku yang kelas 9. Sama tuh, sejak mulai kelas 4 atau kelas 5 ya, udah mulai deh rahasia-rahasiaan. Udah enggak seceplas-ceplos waktu kecil. Apalagi sekarang, wuuiihh... makin pelit bercerita sama ibunya. Emang kudu pelan-pelan dan pake trik berbeda untuk mendekatinya.
BalasHapusHehehe... setiap fase pertumbuhan anak selalu adaaaa aja ya permasalahannya. Asyiknya motherhood ini. ;)
kita harus punyak trik buat deket sama anak ya, mbak?hehe
HapusAlhamdulillah enggak mbak, anak-anak saya dekat semua dnegan saya. tidur juga masih umpel-umpelan bereng sama saya dan pak suami heuheu jadi kalau udah jam tidur, setelah ngobrol ngaler ngidul eh enggak ding, suka ada pesan moralnya juga sih. baru tuh mau pada tidur di tempat tidur sendiri-sendiri.
BalasHapusiya mbak, menjadi orangtua itu tidka mudah, harus mengerti tahapan perkembangan anak-anak sesuai usianya, agar ga salah penanganan.
hebat hehe...semangat jadi ibu
HapusOke fine. Sip. Aku wis kudu ancang2 utk bagaimana nanti saat anakku beranjak dewasa. Ini baru 6.5 tahun .. masih pada tahap mau dicium abi uminya.hehee
BalasHapussemangat mbak
HapusAku harus siap siap kayanya nih mba. Anak pertama sudah mau 11 tahun. Duh bentar lagi dia bakal puber. Makasih tipsnya ya mba
BalasHapussiap-siap jadi temen curhatnya, mbak hehe
Hapusdeg-degan ya mba kalo si anak sudah puber :D saya jadi teringat saat saya puber dulu, ibu saya yang deg2an karena ulah saya hihihi
BalasHapushehe.. nanti bakal teralami sama mbak juga
HapusmasyaAllah.. harusnya aku pelajari tahap perkembangan emosi ini dari dulu yaa :( tapi belum terlambat sepertinya.. aku punya anak usia 1 dan 4 tahun ^^ makasih udah share ilmunya ya..
BalasHapusaku juga masih belajar sampe sekarang, mbak...sama-sama
BalasHapusblm ada anak tapi ada adekku yang remaja...
BalasHapusmesti dihadapi lebih baik dari aku dulu zaman remaja
Noted Mbak, tips and trik menghadapi anak-anak menuju remaja ini pasti berguna banget. Saya baru memasuki tahap 4-5 tahun untuk Si Kakak.
BalasHapusJadi orang tua emang harus bisa segalanya ya Mbak, termasuk jadi temannya juga. Jangan abai pada anak. :)
Makasih ya Mbak :)
Kalau anakku malah maunya ikut orangtua mulu,mba hahaha. Padahal mereka dah usia 13 tahu, terus yang kedua 10 tahun. Yang menguras energi memanh masalah psikis ya,mba. Butuh banget belajar setiap saat menghadapi mereka yang abg dan pra abg
BalasHapusAihh pas banget inii.. gadis kecil saya sudah dua belas tahun ini. Sekarang suka jalan bareng sama temannya. Padahal dulu apa-apa, kemana-mana sama saya atau bapaknya.
BalasHapusbener ya, rasanya agak gimana gitu. anakku rupanya sudah menjelang dewasa
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus