Senin, 31 Desember 2018

BABAKAN SILIWANGI FOREST WALK


               Liburan kali ini tidak seperti liburan yang sudah-sudah. Selain musim hujan yang sedang deras-derasnya, bencana tsunami di Banten kemaren sempat membuat saya terkejut. Memang benar rencana Tuhan siapa yang dapat memprediksikan? Dalam rangka menghormati korban bencana  tsunami, akhirnya saya memutuskan untuk lebih banyak menghabiskan waktu berlibur di rumah. Tapi bukan berarti tidak menikmati nuansa liburan, kasihan anak-anak kalau selama dua minggu hanya berdiam diri saja. Lagipula di dalam kota pun banyak destinasi yang bisa dinikmati tanpa perlu  jauh-jauh keluar kota.


            Akhirnya setelah pulang menjemput anak dari Sukabumi, saya menyibukkan diri dengan mencari tempat menghabiskan liburan. Setidaknya  anak-anak tidak terlalu jenuh di rumah. Pilihan saya pertama kali langsung jatuh pada Hutan Babakan Siliwangi. Entah kenapa saya  begitu jatuh cinta pada hutan yang satu ini. Terlepas dari konsep tempat wisata kelas dunia yang tersaji di sana, keasrian hutannya telah  menyandera sebagian sisi feminim saya (sorry lebay). 

                    Tapi sebelum mengajak anak bungsu saya ke baksil, cinema 21 adalah pilihan yang didahulukan. Sebenarnya karena takut film Aqua Man terlewat. Dan ternyata untuk memperoleh tiketnya butuh perjuangan lebih. Ketika tiba di Festival Citylink sekitar pukul setengah satu, kami malah mendapat tiket bioskop untuk pukul enam sore. Jadilah setengah hari kami berputar-putar di mall. Tidak terlalu buruk sebenarnya, karena citylink punya mesjid yang nyaman di dalam gedungnya. Dan anak-anak sama  sekali tidak keberatan membunuh waktu di sana.

            Hari Sabtu kemarin barulah saya sempat mengajak anak-anak ke Babakan Siliwangi Forest Walk. Perjuangannya pun tak kalah alot dari waktu menonton Aqua Man. Kondisi jalan yang relatif padat membuat perjalanan kami serasa berabad-abad. Maklum dari Kopo ke Dago, bisa dikatakan dari ujung ke ujung. Posisi anak-anak  di kendaraan saja sudah tidak menentu, mau tidur—udara terlalu panas... mau melek—bosan. Akhirnya mereka hanya bisa pasrah sampai  tiba di Taman Sari. Oh, ya, alamat Hutan Babakan Siliwangi itu di Jalan Taman sari nomor 73. Ada banyak alternatif angkutan umum yang melewatinya. Atau kalau ragu-ragu bisa langsung memesan ojek online, di zaman serba modern ini sudah banyak kemudahan bukan?

            Saya dan anak-anak sendiri berhenti di Simpang (kalau ke daerah Dago ada persimpangan yang terkenal dengan sebutan Simpang Dago). Dari situ kami mengambil arah kiri ke Jalan Taman sari. Pintu alternatif baksil terlihat setelah kami menyeberang ke Jalan Taman sari. Dari jalan  kecil ini ada tangga pendek ke daerah hutan. Bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi bisa lewat jalan utama.  Kalau dari arah Simpang tinggal belok kiri dan masuk ke jalan utamanya sebelum Teras Cikapundung. Anak-anak langsung terhipnotis udara sejuk dari hutan ketika masuk ke wilayah baksil ini. Sebelum jembatan gantungnya, di sepanjang sisi kanan  ada sanggar-sanggar lukis dan juga cafe. Mushola juga tersedia di tempat ini, jadi tidak perlu  khawatir bila waktu solat tiba.




            Karena perjalanan yang lumayan jauh, saya memutuskan untuk beristirahat sekalligus mengisi perut di jongko-jongko makanan yang tersedia. Tempat ini full power makanan pokoknya.  Tiap mata memandang pasti saja terbentur jajanan.  Lagipula 2,3 km bukan jarak yang mudah ditempuh dengan perut kosong. Setelah perut kenyang barulah saya mengajak  anak-anak untuk naik jembatan gantung. Anak bungsu saya terlihat takjub dari perubahan mimik wajahnya. Sempat pula ia bertanya siapa yang memiliki gagasan forest walk ini. Dan (dengan bangga) saya menjawab kalau semua ini gagasan dari Kang Emil (panggilan akrab bapak Ridwan Kamil).







          Ternyata keputusan saya untuk mengajak mereka menghabiskan waktu di tempat ini benar-benar tepat. Kedua anak saya sangat menikmati perjalanan 2,3 km yang kami tempuh. Belum lagi medan jembatan gantungnya yang konturnya sengaja dibuat sesuai tinggi dan rendah tanah di bawahnya. Jadinya mereka di beberapa tempat harus susah payah naik karena menanjak. Dan harus hati-hati karena jalanan menurun dan sedikit licin. Turunan di jembatan gantung ini jadi favorit anak-anak kecil karena mereka bisa main perosotan di bagian itu.

            Dari atas jembatan gantung kita bisa melihat saraga ITB (sarana olahraga ITB) yang masih satu wilayah dengan Hutan baksil ini. Untuk masuk lapangan saraga pengunjung biasanya dikenakan  tarif berbeda, dari 2000 hingga 4000. Untuk masuk lapangan futsal, volley, dan lainnya dikenakan tarif 2000 (diluar tiket masuk sarana fitnes). Sedangkan untuk masuk kolam renangnya kita harus membayar 15 ribu untuk senin-jumat dan 20 ribu untuk akhir pekan berikut hari libur nasional. Cukup murah bukan? Oh, ya, untuk jembatan gantung sama sekali tidak dikenakan biaya masuk. Asyik bukan menghabiskan waktu di tempat ini?


            Selain mendapat udara segar gratis, nilai plusnya kita juga jadi sehat. Anak-anak jadi belajar dekat dengan alam tanpa harus pergi keluar kota. Nilai plus yang lainnya ada banyak alternatif pilihan lain selain jembatan gantung untuk menghabiskan waktu. Ada saraga yang bisa kita nkmati pula di tempat itu. Anak-anak juga sangat menikmati segala sarana yang ada, jadinya banyak nilai plus yang bisa diambil dari wilayah Babakan Siliwangi ini. Dan rencananya untuk liburan yang  akan datang saya akan menjelajahi tempat-tempat yang ada di dalam kota dulu sebelum  beralih   ke luar daerah. Ayo, siapa yang belum pernah ke Babakan Siliwangi Forest Walk? Yuk, cepat-cepat kunjungi dan nikmati kesegarannya!
           
           

1 komentar: