Liburan kali ini
tidak seperti liburan yang sudah-sudah. Selain musim hujan yang sedang
deras-derasnya, bencana tsunami di Banten kemaren sempat membuat saya terkejut.
Memang benar rencana Tuhan siapa yang dapat memprediksikan? Dalam rangka
menghormati korban bencana tsunami,
akhirnya saya memutuskan untuk lebih banyak menghabiskan waktu berlibur di
rumah. Tapi bukan berarti tidak menikmati nuansa liburan, kasihan anak-anak
kalau selama dua minggu hanya berdiam diri saja. Lagipula di dalam kota pun
banyak destinasi yang bisa dinikmati tanpa perlu jauh-jauh keluar kota.
Akhirnya setelah pulang menjemput
anak dari Sukabumi, saya menyibukkan diri dengan mencari tempat menghabiskan
liburan. Setidaknya anak-anak tidak
terlalu jenuh di rumah. Pilihan saya pertama kali langsung jatuh pada Hutan
Babakan Siliwangi. Entah kenapa saya
begitu jatuh cinta pada hutan yang satu ini. Terlepas dari konsep tempat
wisata kelas dunia yang tersaji di sana, keasrian hutannya telah menyandera sebagian sisi feminim saya (sorry
lebay).
Tapi sebelum mengajak anak bungsu saya ke baksil, cinema 21 adalah pilihan yang didahulukan. Sebenarnya karena takut film Aqua Man terlewat. Dan ternyata untuk memperoleh tiketnya butuh perjuangan lebih. Ketika tiba di Festival Citylink sekitar pukul setengah satu, kami malah mendapat tiket bioskop untuk pukul enam sore. Jadilah setengah hari kami berputar-putar di mall. Tidak terlalu buruk sebenarnya, karena citylink punya mesjid yang nyaman di dalam gedungnya. Dan anak-anak sama sekali tidak keberatan membunuh waktu di sana.
Tapi sebelum mengajak anak bungsu saya ke baksil, cinema 21 adalah pilihan yang didahulukan. Sebenarnya karena takut film Aqua Man terlewat. Dan ternyata untuk memperoleh tiketnya butuh perjuangan lebih. Ketika tiba di Festival Citylink sekitar pukul setengah satu, kami malah mendapat tiket bioskop untuk pukul enam sore. Jadilah setengah hari kami berputar-putar di mall. Tidak terlalu buruk sebenarnya, karena citylink punya mesjid yang nyaman di dalam gedungnya. Dan anak-anak sama sekali tidak keberatan membunuh waktu di sana.
Hari Sabtu kemarin barulah saya
sempat mengajak anak-anak ke Babakan Siliwangi Forest Walk. Perjuangannya pun
tak kalah alot dari waktu menonton Aqua
Man. Kondisi jalan yang relatif padat membuat perjalanan kami serasa
berabad-abad. Maklum dari Kopo ke Dago, bisa dikatakan dari ujung ke ujung. Posisi
anak-anak di kendaraan saja sudah tidak
menentu, mau tidur—udara terlalu panas... mau melek—bosan. Akhirnya mereka
hanya bisa pasrah sampai tiba di Taman
Sari. Oh, ya, alamat Hutan Babakan Siliwangi itu di Jalan Taman sari nomor 73. Ada
banyak alternatif angkutan umum yang melewatinya. Atau kalau ragu-ragu bisa
langsung memesan ojek online, di zaman serba modern ini sudah banyak kemudahan bukan?
Saya dan anak-anak sendiri berhenti
di Simpang (kalau ke daerah Dago ada persimpangan yang terkenal dengan sebutan
Simpang Dago). Dari situ kami mengambil arah kiri ke Jalan Taman sari. Pintu alternatif
baksil terlihat setelah kami
menyeberang ke Jalan Taman sari. Dari jalan
kecil ini ada tangga pendek ke daerah hutan. Bagi pengunjung yang
membawa kendaraan pribadi bisa lewat jalan utama. Kalau dari arah Simpang tinggal belok kiri
dan masuk ke jalan utamanya sebelum Teras Cikapundung. Anak-anak langsung
terhipnotis udara sejuk dari hutan ketika masuk ke wilayah baksil ini. Sebelum jembatan
gantungnya, di sepanjang sisi kanan ada
sanggar-sanggar lukis dan juga cafe. Mushola
juga tersedia di tempat ini, jadi tidak perlu
khawatir bila waktu solat tiba.
Karena perjalanan yang lumayan jauh,
saya memutuskan untuk beristirahat sekalligus mengisi perut di jongko-jongko
makanan yang tersedia. Tempat ini full
power makanan pokoknya. Tiap mata
memandang pasti saja terbentur jajanan. Lagipula
2,3 km bukan jarak yang mudah ditempuh dengan perut kosong. Setelah perut
kenyang barulah saya mengajak anak-anak
untuk naik jembatan gantung. Anak bungsu saya terlihat takjub dari perubahan
mimik wajahnya. Sempat pula ia bertanya siapa yang memiliki gagasan forest walk ini. Dan (dengan bangga)
saya menjawab kalau semua ini gagasan dari Kang Emil (panggilan akrab bapak Ridwan
Kamil).
Ternyata keputusan saya untuk mengajak mereka menghabiskan waktu di tempat ini benar-benar tepat. Kedua anak saya sangat menikmati perjalanan 2,3 km yang kami tempuh. Belum lagi medan jembatan gantungnya yang konturnya sengaja dibuat sesuai tinggi dan rendah tanah di bawahnya. Jadinya mereka di beberapa tempat harus susah payah naik karena menanjak. Dan harus hati-hati karena jalanan menurun dan sedikit licin. Turunan di jembatan gantung ini jadi favorit anak-anak kecil karena mereka bisa main perosotan di bagian itu.
Ternyata keputusan saya untuk mengajak mereka menghabiskan waktu di tempat ini benar-benar tepat. Kedua anak saya sangat menikmati perjalanan 2,3 km yang kami tempuh. Belum lagi medan jembatan gantungnya yang konturnya sengaja dibuat sesuai tinggi dan rendah tanah di bawahnya. Jadinya mereka di beberapa tempat harus susah payah naik karena menanjak. Dan harus hati-hati karena jalanan menurun dan sedikit licin. Turunan di jembatan gantung ini jadi favorit anak-anak kecil karena mereka bisa main perosotan di bagian itu.
Dari atas jembatan gantung kita bisa
melihat saraga ITB (sarana olahraga ITB) yang masih satu wilayah dengan Hutan
baksil ini. Untuk masuk lapangan saraga pengunjung biasanya dikenakan tarif berbeda, dari 2000 hingga 4000. Untuk masuk
lapangan futsal, volley, dan lainnya dikenakan tarif 2000 (diluar tiket masuk
sarana fitnes). Sedangkan untuk masuk kolam renangnya kita harus membayar 15
ribu untuk senin-jumat dan 20 ribu untuk akhir pekan berikut hari libur
nasional. Cukup murah bukan? Oh, ya, untuk jembatan gantung sama sekali tidak
dikenakan biaya masuk. Asyik bukan menghabiskan waktu di tempat ini?
Selain mendapat udara segar gratis,
nilai plusnya kita juga jadi sehat. Anak-anak jadi belajar dekat dengan alam
tanpa harus pergi keluar kota. Nilai plus yang lainnya ada banyak alternatif
pilihan lain selain jembatan gantung untuk menghabiskan waktu. Ada saraga yang
bisa kita nkmati pula di tempat itu. Anak-anak juga sangat menikmati segala
sarana yang ada, jadinya banyak nilai plus yang bisa diambil dari wilayah
Babakan Siliwangi ini. Dan rencananya untuk liburan yang akan datang saya akan menjelajahi
tempat-tempat yang ada di dalam kota dulu sebelum beralih
ke luar daerah. Ayo, siapa yang belum pernah ke Babakan Siliwangi Forest
Walk? Yuk, cepat-cepat kunjungi dan nikmati kesegarannya!
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus