Minggu, 21 Januari 2018

The Place Call Home

      Pagi sedikit mendung hari ini di kabupaten Bandung. Seperti rencana awal, tim Sejuta Cinta hendak mengunjungi Bapak Nana di Kampung Cilampeni hari ini. Entah mengapa merasa dimudahkan, meeting point kami ternyata dekat dengan minimarket. Yang akhirnya, menjadi tempat membeli bahan-bahan sembako untuk disumbangkan. Sedikit bingung dengan alamat yang dituju, karena sama-sama tak mengenal daerah itu. Namun, lagi- lagi kemudahan yang didapat oleh kami. Rupanya para kusir delman yang sedang menanti penumpang itu, hafal dengan alamat yang kami cari. Dan subhanallah, jalan masuk menuju rumah Bapak Nana ternyata tak jauh dari jalan raya.
      Menapaki jalan kecil Kampung Cilampeni, di sepanjang sisi kanan jalan Sungai Citarum tampak tenang. Tak jauh kami berjalan, di depan terlihat sejumlah orang seperti sedang kerja bakti. Sama sekali tak menyangka, ternyata mereka tengah membersihkan lingkungan sekitar rumah Bapak Nana. Yah, diawalnya kamipun tak mengira bila mereka tengah membersihkan sekitar rumah bapak itu. Sapa kepala desa yang menyadarkan kami, bila telah sampai di tujuan.
       Rumah itu terletak lebih tinggi dari jalan. Sejumlah orang terlihat tengah membuat rangka rumah dari kayu. Rupanya tempat tinggal Bapak Nana akan direnovasi oleh warga. Sedikit terlambat menaiki tangga, saya asik mengambil gambar kegiatan renovasi itu. Mata menjelajah setiap jengkal tanah pekarangan rumah. Hingga terpaut sosok rekan, yang tengah duduk di bale usang. Tersadar tugas yang belum selesai, kaki mulai menjejaki tanjakan tanah itu. Rekan kami tampak duduk di bale dengan raut trenyuh, sapaan disambut matanya yang menyembunyikan airmata. Tak banyak bertanya, menyusul yang lain masuk ke rumah Bapak Nana. Aroma tak sedap menyergap hidung, jujur saya berusaha menahan rasa ingin muntah. Sulit rasanya berbicara dengan segala aroma menyesakkan itu.
      Bapak tua itu duduk di atas tempat tidur. Dada kanannya berbalut perban, disitulah luka menganga terletak. Seperti yang dikatakan kepala desa, bapak itu terkena kanker, diabetes dan juga tubercolosis. Tampak ia menahan sakit, menyambut tangan saya ketika bersalaman. Bapak Nana tiga bersaudara, dia sendiri belum berkeluarga. Di awalnya dia bekerja sebagai pemulung dan tinggal d rumah kontrakan. Seiring waktu kesehatannya memburuk, dan rumah kontrakannya tak terbayar karena dia tak dapat bekerja. Warga berinisiatif memintanya untuk menempati sebuah rumah kosong. Yah, rumah yang ditempatinya saat ini, bila itu bisa dikatakan rumah.
      Mata mulai menyapu setiap sudut ruangan. Entah apa maksudnya, lantai rumah ditaburi serbuk gergaji. Apakah agar terlihat lebih bersih? Jadi teringat kandang ayam di peternakan melihatnya, astaghfirullah. Setiap sudut ruangan penuh oleh barang-barang, yang entah apa kegunaannya. Lebih tepat, dikatakan seperti rongsokan yang ditimbun dengan sengaja. Ventilasi satu-satunya adalah pintu tempat kami masuk. Pengap dan lembab menyesakkan paru-paru. Bapak tua itu sungguh tak layak tinggal di situ. Paham sudah, mengapa rekan kami duduk termangu di bale usang. Malu mulai merambati hati, betapa seringnya mengeluh tentang keadaan tempat tinggal. Padahal banyak di luar sana yang tinggal di tempat tak layak, atau bahkan tak memilikinya sama sekali. Seperti bapak tua itu.
      Tak banyak yang bisa kami lakukan, selain memberikan bantuan yang tak seberapa. Setidaknya, kami meninggalkan Bapak Nana dengan keyakinan beliau akan baik-baik saja. Melihat kesungguhan warga bergotong-royong membangun rumah untuknya, menumbuhkan pengharapan beliau akan menjadi lebih baik keadaannya. Seperti kata kepala desa, warga selalu memberikan bantuan untuk beliau. Pelayanan kesehatan pun dengan cepat datang dari Puskesmas Katapang, kapanpun dibutuhkan.
     Ternyata di sekitar kita, di lingkungan terdekat kita, ada orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Terkadang, kemegahan kota besar membiaskan sisi kehidupan yang lain. Dibalik nyamannya kehidupan kota besar, ada sisi lain yang perlu diperhatikan.
      Salam cinta bagi para pejuang cinta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar