Pernah tidak merasa jengkel karena anak sulit
diarahkan untuk membaca? Pengalaman itu jelas terjadi pada diri saya dan anak-anak,
terutama ketika anak masuk usia sekolah. Ketika mereka sekolah usia dini,
permasalahan membaca tidak begitu membebani kami. Akan tetapi, ketika masuk
sekolah dasar, membaca jadi suatu hal yang begitu rumit bagi kami, terutama
bagi anak kedua saya.
Seperti diketahui, pola belajar anak bisa dilihat
dari lima macam gaya, seperti :
a.Gaya Belajar
Visual, kemampuan belajar dengan
melihat
b.Gaya
Belajar Auditori, kemampuan
belajarnya lebih baik dengan mendengarkan.
c. Gaya
Belajar Kinestetik, gaya belajar
dengan melibatkan gerak.
d.Gaya
Belajar Global, anak dengan gaya
belajar ini memiliki kemampuan untuk memahami secara menyeluruh.
e.Gaya
Belajar Analitik, gaya belajar
yang memiliki kemampuan meneliti atau menelaah terlebih dahulu secara spesifik
dan teratur.
Setiap anak pasti memiliki gaya belajarnya sendiri.
Seperti yang dimiliki kedua anak saya adalah dua gaya belajar yang berbeda.
Anak pertama saya memiliki gaya belajar visual, sedangkan yang kedua
kinestetik. Kesulitan mulai terasa ketika anak kedua saya sama sekali tidak mau
membaca. Saya yakin, dia pandai dan sebenarnya bisa membaca bila mau.
Sayangnya, dia cepat bosan dan seenaknya ketika belajar membaca. Belum lagi
tingkah lakunya yang selalu membuat pusing, dia tidak mau diam. Sebenarnya dia
disarankan untuk tidak melanjutkan dahulu ke sekolah dasar karena dinilai belum
memiliki tanggung jawab, tapi saya pribadi memaksa untuk tetap lanjut ke
sekolah dasar. Tahun pertama di sekolah dasar kekurangannya memang masih bisa
dimaklumi oleh para guru, tetapi ketika naik kelas dua mulai menimbulkan banyak
kekhawatiran.
Kita tidak bisa menyekolahkan anak begitu saja, itu
saya sadari benar ketika melihat perkembangan anak kedua. Sudah seharusnya kita
melihat kesiapan si anak terlebih dahulu, baik dari sisi psikologi ataupun
kemampuan berdaptasi dengan lingkungan baru juga pelajaran. Jangan sampai si
anak merasa tertekan karena belum siap, hingga akhirnya mogok belajar. Hal itulah
yang menghantui saya dan anak kedua. Ternyata dia memang belum siap belajar,
sedangkan pelajaran di sekolah menuntut dia siap dalam segala hal, kesiapan
psikologis dan juga analisis. Pada akhirnya, anak saya itu cenderung
asal-asalan sewaktu belajar, dan ujian jadi hal yang menakutkan bagi kami
berdua. Menakutkan baginya karena berada di bawah tekanan hapalan dan kekesalan
ibunya. Menakutkan bagi saya karena tertekan oleh tuntutan nilai yang harus
dikejar, dan juga takut dicap orang tua yang tidak memperhatikan anaknya belajar.
Setiap ada tugas dan ujian pasti seisi rumah tegang akibat rasa tertekan kami.
Saya akui, awal semua ini karena gagal menanamkan
senang membaca, dalam artian saya gagal membentuknya dari kecil untuk suka
membaca. Padahal saya pribadi seorang kutu buku, dan kami tiga bersaudara
memiliki beberapa lemari koleksi buku. Namun, entah mengapa gagal diterapkan
pada anak-anak saya sendiri. kemudian, saya sadari bila kegiatan membaca yang
selama ini dijalani lebih seperti perang mulut antara saya dan anak. Itu karena
yang saya sodorkan langsung buku latihan membaca, dan bukan buku-buku cerita
atau dongeng. Sepertinya alasan kesibukan bekerja sama sekali bukan hal yang
bisa dimaklumi dalam hal ini. Menyadari hal itu, akhirnya pola belajar saya
rubah sama sekali. Karena anak cenderung jadi pemberontak akibat pemaksaan
harus belajar selama ini, akhirnya saya biarkan dia sesuai keinginannya
sendiri, tapi tentu saja tetap dalam pengawasan. Bertahun-tahun pola belajar
ini jadi pembicaraan di keluarga dan juga sekolah, tapi saya yakin anak kedua
ini pandai, hanya saja mereka tidak paham.
Akhirnya semua terbukti ketika dia ujian negara,
rata-rata nilainya adalah delapan dan matematikanya mendapat nilai sembilan. Padahal
di latihan ujian dia sering jeblok. Terkejut? Yah, saya pun terkejut waktu itu.
lebih terkejut lagi mendengar perkataan anak saya, katanya dia sama sekali
tidak terbebani sewaktu ujian, karena saya tidak menuntut apa-apa. Katanya, dia
mengerjakan soal-soal dengan senang hati, karena yang diingatnya hanya tonjokan
pelan di bahu oleh ibunya sambil berkata “semangat”. Kesadaran saya selama ini
ternyata membuahkan hasil. Walaupun tetap tidak berhasil menanamkan budaya baca
pada anak, saya tidak berkecil hati, karena ternyata dia membaca dengan cara
lain. Anak saya belajar membuat video dengan musik-musiknya, dia pun pandai
merangkai kata seperti kata-kata mutiara dan kata inspiratif.
Belajar dari kesalahan yang lalu, ketika diminta
untuk berbagi dengan anak-anak pada Hari Kartini, saya pun langsung
menyanggupi. Pada awalnya, saya diminta mendongeng oleh Mang Idon, penggagas
Komunitas Hayu Maca di Bandung Barat. Namun, karena merasa jam terbang masih
kurang, akhirnya saya mengajukan untuk berbagi membuat puisi dengan anak-anak,
juga sedikit berbagi kreasi kirigami. Tegang? Sudah pasti. Karena saya tipe
introvert. Sedangkan kegiatan Hayu Maca sendiri membutuhkan sukarelawan yang
aktif dan penuh imajinasi. Seperti kegiatan mendongeng yang biasa diadakan
setiap minggu pagi itu, sebenarnya sangat membantu untuk tipe orang atau anak
introvert. Seperti diketahui mendongeng itu bisa membantu anak melatih beberapa
hal, seperti ;
a.Melatih kepercayaan
diri, terutama ketika berhadapan dengan orang banyak.
b.Melatih berkomunikasi,
terutama dalam bercerita.
c. Mengontrol
intonasi suara.
d.Melatih bersosialisasi,
terutama penguasaan panggung.
e.Melatih membaca
dan menulis, terutama dongeng.
f.Melatih daya
imajinasi, terutama dalam hal kreatifitas.
g.Melatih menelaah
sebuah cerita, terutama pesan atau makna yang ingin disampaikan dalam dongeng.
flyer acara Hari Kartini |
Pada Hari Kartini, Minggu tanggal 21 April 2019,
Hayu Maca mengadakan acara dongeng yang dilakoni oleh Mang Idon. Beliau membawa
kisah para wanita hebat yang ada di Indonesia. Ternyata banyak pahlawan wanita
selain RA. Kartini, dan anak-anak sangat antusias mendengarkan. Kemudian dilanjutkan
pula dengan permainan memilih tokoh wanita yang mereka ketahui, selanjutnya
mereka ceritakan kembali pengetahuannya itu. Tentu saja ada hadiah-hadiah menarik
dari Hayu Maca untuk anak-anak yang aktif.
Kegiatan hari Minggu Hayu Maca yang berbarengan
dengan Hari Kartini saya nilai saling menunjang. Kartini dengan kebiasaan membaca
buku yang membuatnya jadi terbuka pada kemajuan dunia, Hayu Maca dengan niat
mulianya untuk membiasakan keluarga membersamai anak membaca. Yah, buku yang
sama-sama membuat dua nama ini jadi terikat benang merah. Dalam dongengnya,
Mang Idon juga mencetuskan kesukaan Kartini akan buku, seperti buku-buku yang
disediakan gratis oleh Hayu Maca adalah agar anak-anak jadi pintar seperti
Kartini.
Hayu Maca memang menyediakan buku gratis setiap
hari Minggu di Taman Kartini, Cimahi. Gagasannya sederhana saja, ingin
anak-anak suka membaca dengan dibersamai keluarga, walau hanya sehari dalam
seminggu. Selain buku, Mang Idon juga kerap mengadakan sesi mendongeng yang
penuh imajinasi. Ada pula kegiatan berbagi kreasi lainnya bersama anak-anak,
seperti menggambar dan kegiatan lainnya. Seperti halnya yang saya bagikan pada
Hari Kartini waktu itu adalah cara membuat puisi dan juga seni memotong kertas
dari Jepang, Kirigami. Membuat puisi pun diawali dari membaca, baik dari buku
maupun membaca sekitar kita. Menurut saya, semua hal memang diawali dari
membaca.
Acungan jempol untuk Hayu Maca yang selalu
konsisten dengan tujuannya. Taman Kartini setiap Minggu pagi selalu dipenuhi
oleh anak-anak yang menanti sesi dongeng. Ketika Hari Kartini kemarin, keluarga
yang datang bersama anak-anaknya juga terlihat senang dan antusias. Senang rasanya
melihat ayah atau ibu mereka yang sama-sama duduk di atas tikar plastik dan ikut
pula memilih buku. Bahkan mereka pun membaca buku bersama-sama. Sayangnya, saya
dan anak-anak terlambat mengenal komunitas ini. Padahal, membaca itu sangat
mudah bila dilakukan dengan senang hati, dan Hayu Maca telah melakukannya, ia
menjadikan suasana yang menyenangkan bagi anak-anak untuk membaca. Jangan sampai
kesalahan yang saya lakukan terjadi pula pada yang lain. Semoga dengan membaca
tulisan ini banyak yang memahami bahwa membaca itu mudah bila anak-anak senang
melakukannya. Apabila bahagia telah mewarnai hati, adakah hal yang tak mungkin
terwujud?
Hayu Maca ini baru ada di Cimahi ya mba? Btw itu buku bacaan aku waktu masa kecil enid blyton nya lima sekawan omg jadi pengen baca lagi
BalasHapusiya, emang di cimahi aja, mbak
HapusKoleksi aku Lima Sekawan dulu waktu masih SD mbak, tapi pada hilang karena gak dikembalikan teman-teman. OH ya belum lama aku juga beli lagi tuh koleksi LIma Sekawan jadi bisa nostalgia & anak-anak ikutan baca juga.
BalasHapusHayu Maca kegiatan positif yang membuat anak-anak bisa senang membaca semoga terus bisa dilakukan
buku-bukunya bagus loh, mbak...aamiinn
HapusSalut dengan komunitas seperti Hayu Maca. Pengalaman saya pun lebih memilih mengajak anak suka membaca. Nanti kalau anak-anak sudah tertarik, biasanya akan semangat belajar membaca
BalasHapusbener banget, mbak
HapusSaya juga termasuk ortu yang membuat kesalahan dalam hal menumbuhkan minat baca anak. Bermula dari suasana belajar di TK yang menekan karena gurunya ada yang tidak profesional serta penuntut, saya dan anak jadi stres. Anak merasa terpaksa jika belajar. Hal demikian terbawa terus sampai masuk MI.
BalasHapusAndai Palung ikut kegiatan Hayu Maca pastinya termotivasi untuk suka belajar dan cinta baca karena ada contohnya dari yang dia lihat secara langsung dengan kegiatan mendongeng dan hal lainnya.
Semoga saya bisa lebih sabar dan jadt penyemangat.
aku juga belajar dari kesalahan, mbak
HapusSalut pada Mang Idon dan Hayu Maca nya. Betul banget nih semangat menggalakkan kembali kegemaran membaca melalui mendongeng gini. Sebenarnya diharapkan setiap orang tua meluangkan sedikit waktunya untuk mendongeng kepada putra-putrinya sejak kecil, bukannya menjejali mereka dengan gadget agar orang tuanya bisa beraktivitas yang lain.
BalasHapussetuju, mbak
HapusKegiatan yang positif, mungkin perlu dikembangkan hingga ke daerah di sekitarnya agar menumbuhkan niat baca pada anak. Semangat.
BalasHapusayo,jadi penggagas, mas
HapusMemang penting mengetahui gaya belajar masing-masing anak agar tepat dalam mendampingi dan mengarahkan mereka..termasuk dalam membiasakan membaca sejak dini. Program ini bagus sekali..semoga sukses selalu ..
BalasHapussebagai ortu kita memang harus jeli
HapusWah..di Cimahi ada komunitas Hayu Maca? Duh, saya baru tahu juga, Teh
BalasHapusKayaknya seru ya, kalau bisa bersama-sama keluarga membaca di Taman Kartini.
selama taman kartini perbaikan dipindahkan dulu mbak tempatnya
HapusBagusss banget program Hayu Maca. Bener juga kisah Teh Yola di atas bahwa belajar membaca itu bukan hanya lewat buku yg khusus tentang belajar abc. Yang penting anak suka dan cinta membaca, bisa dimulai dari buku cerita dan dongeng yg menarik.
BalasHapusbetul mbak hehe
HapusTaman Kartini itu dimana ya Teh? Apakah yg di Masjid Agung Cimahi? Atau dimana? Sesekali saya mau ajak anak membaca di taman seperti itu suasananya pasti anak suka
BalasHapusselama perbaikan taman kartini kegiatan dipindahkan ke kesekretariatan, teh...bisa mengunjungi websitenya atau FB Hayu Maca untuk informasi
HapusMemang gaya belajar anak bisa berbeda, ya. Yang penting anak2 tetap bersemangat belajar, dengan media apa pun.
BalasHapussetuju, mbak
HapusMang Idon itu Pa Doni ya sepertinya. Gurunya anak2 wkt SD di SIGM memang jago bercerita dia ya...hehe..
BalasHapusiya, pak Doni, mbak
HapusTeteeh...
BalasHapusHayu maca ini tempatnya pindah-pindah kah?
Atau memang di Cimohai?
Pengin iih...baca buku gratis.
hehehe...
di cimahi, teh...selaman Taman Kartini dalam perbaikan, kegiatannya dipindahkan dulu. Teteh bisa kunjungi website atau FB Hayu Maca untuk informasinya. Buku-bukunya bikin ngiler, teeh
HapusTeh orang Cimahi?
BalasHapusya ampun segitu tinggal ngesot ke Taman Kartini nih cuman aku males ajakin anak-anak jadi pengen ajakin ah :p
bukan hehe...aku mah di Bandung. Cuma kebetulan aja gabung di Hayu Maca
HapusWah keren Teh Yola. Mendongeng memang bisa merangsang anak untuk suka membaca. Aku pun masih berusaha agar anak-anak jadi suka membaca.
BalasHapusiya, teh rangsang terus biar jadi kutu buku
HapusSaya selalu kagum pada orang-orang yang peduli dengan anak-anak. Sukses ya Mang Idon dan komunitas Hayu Maca.
BalasHapusKalo saya sejak si bungsu usia 1 tahun udah terlihat suka robek majalah atau buku. Akhirnya saya mendongeng tiap hari dengan alat peraga boneka atau bikin sendiri dari karton. Nambah besar ternyata dia suka banget baca conan. Meski awalnya masih suka komik yang lucu dan dikit tulisannya, jadi yang dilihat gambarnya aja
keren, teh
HapusSayang ya Hayu Maca ga ada di Jakarta. Padahal penting banget ya program seperti ini.
BalasHapusayo, mbak jadi penggagas
HapusYa Allah bangga banget sama mba yang ada di flyer tadi, Teh Yola ya
BalasHapussemoga dimudahkan dan dilancarkan segala urusannya. Juga komunitas Hayu Maca dapat memberikan inspirasi agar semakin banyak yang mau membaca. Juga Mang Idon. sukses buat semuanya
aamiinn, sukses buat mba juga
HapusBagus yaaa mba program mencintai membaca dan juga mendapat ilmu dan pengetahuan baru
BalasHapusiya, mba
HapusSaya pun merasa belum berhasil menanamkan suka baca pada anak-anak, ternyata mereka lebih suka nonton video daripada dibacakan buku, sayanya yang kurang konsisten nih, program hayu maca bagus banget, teh, moga makin banyak anak-anak yang gemar membaca termasuk anak-anak saya, hehe
BalasHapusiya, aamiinn teh.. memang banyak godaannya zaman sekarang ini tuh
Hapuskren yaaaaa semoga gak ada lagi anak2 yang buta huruf atau telat bisa baca
BalasHapusdan anak2 yang pada rajin dan suka membaca karena lingkungannya emang
Thanks for sharing, sukses terus..
BalasHapusBaca ini saya jadi ingat sahabat baik saya yang kerja di Perpusda dan dikasih tugas urus taman bacaan di kelurahan gitu.
BalasHapustempatnya sederhana, tapi teman saya masha Allaaah, seneng banget ngejalaninnya.
Ngajarin anak-anak biar suka baca, bahkan seringnya ngajarin anak orang yang main ke situ biar bisa baca.
Salut deh :)