Rabu, 12 Juni 2019

Membaca Bersama Hayu Maca


Pernah tidak merasa jengkel karena anak sulit diarahkan untuk membaca? Pengalaman itu jelas terjadi pada diri saya dan anak-anak, terutama ketika anak masuk usia sekolah. Ketika mereka sekolah usia dini, permasalahan membaca tidak begitu membebani kami. Akan tetapi, ketika masuk sekolah dasar, membaca jadi suatu hal yang begitu rumit bagi kami, terutama bagi anak kedua saya.

Seperti diketahui, pola belajar anak bisa dilihat dari lima macam gaya, seperti :
a.Gaya Belajar Visual, kemampuan belajar dengan melihat
b.Gaya Belajar Auditori, kemampuan belajarnya lebih baik dengan mendengarkan.
c. Gaya Belajar Kinestetik, gaya belajar dengan melibatkan gerak.
d.Gaya Belajar Global, anak dengan gaya belajar ini memiliki kemampuan untuk memahami secara menyeluruh.
e.Gaya Belajar Analitik, gaya belajar yang memiliki kemampuan meneliti atau menelaah terlebih dahulu secara spesifik dan teratur.


Setiap anak pasti memiliki gaya belajarnya sendiri. Seperti yang dimiliki kedua anak saya adalah dua gaya belajar yang berbeda. Anak pertama saya memiliki gaya belajar visual, sedangkan yang kedua kinestetik. Kesulitan mulai terasa ketika anak kedua saya sama sekali tidak mau membaca. Saya yakin, dia pandai dan sebenarnya bisa membaca bila mau. Sayangnya, dia cepat bosan dan seenaknya ketika belajar membaca. Belum lagi tingkah lakunya yang selalu membuat pusing, dia tidak mau diam. Sebenarnya dia disarankan untuk tidak melanjutkan dahulu ke sekolah dasar karena dinilai belum memiliki tanggung jawab, tapi saya pribadi memaksa untuk tetap lanjut ke sekolah dasar. Tahun pertama di sekolah dasar kekurangannya memang masih bisa dimaklumi oleh para guru, tetapi ketika naik kelas dua mulai menimbulkan banyak kekhawatiran.

Kita tidak bisa menyekolahkan anak begitu saja, itu saya sadari benar ketika melihat perkembangan anak kedua. Sudah seharusnya kita melihat kesiapan si anak terlebih dahulu, baik dari sisi psikologi ataupun kemampuan berdaptasi dengan lingkungan baru juga pelajaran. Jangan sampai si anak merasa tertekan karena belum siap, hingga akhirnya mogok belajar. Hal itulah yang menghantui saya dan anak kedua. Ternyata dia memang belum siap belajar, sedangkan pelajaran di sekolah menuntut dia siap dalam segala hal, kesiapan psikologis dan juga analisis. Pada akhirnya, anak saya itu cenderung asal-asalan sewaktu belajar, dan ujian jadi hal yang menakutkan bagi kami berdua. Menakutkan baginya karena berada di bawah tekanan hapalan dan kekesalan ibunya. Menakutkan bagi saya karena tertekan oleh tuntutan nilai yang harus dikejar, dan juga takut dicap orang tua yang tidak memperhatikan anaknya belajar. Setiap ada tugas dan ujian pasti seisi rumah tegang akibat rasa tertekan kami.

Saya akui, awal semua ini karena gagal menanamkan senang membaca, dalam artian saya gagal membentuknya dari kecil untuk suka membaca. Padahal saya pribadi seorang kutu buku, dan kami tiga bersaudara memiliki beberapa lemari koleksi buku. Namun, entah mengapa gagal diterapkan pada anak-anak saya sendiri. kemudian, saya sadari bila kegiatan membaca yang selama ini dijalani lebih seperti perang mulut antara saya dan anak. Itu karena yang saya sodorkan langsung buku latihan membaca, dan bukan buku-buku cerita atau dongeng. Sepertinya alasan kesibukan bekerja sama sekali bukan hal yang bisa dimaklumi dalam hal ini. Menyadari hal itu, akhirnya pola belajar saya rubah sama sekali. Karena anak cenderung jadi pemberontak akibat pemaksaan harus belajar selama ini, akhirnya saya biarkan dia sesuai keinginannya sendiri, tapi tentu saja tetap dalam pengawasan. Bertahun-tahun pola belajar ini jadi pembicaraan di keluarga dan juga sekolah, tapi saya yakin anak kedua ini pandai, hanya saja mereka tidak paham.

Akhirnya semua terbukti ketika dia ujian negara, rata-rata nilainya adalah delapan dan matematikanya mendapat nilai sembilan. Padahal di latihan ujian dia sering jeblok. Terkejut? Yah, saya pun terkejut waktu itu. lebih terkejut lagi mendengar perkataan anak saya, katanya dia sama sekali tidak terbebani sewaktu ujian, karena saya tidak menuntut apa-apa. Katanya, dia mengerjakan soal-soal dengan senang hati, karena yang diingatnya hanya tonjokan pelan di bahu oleh ibunya sambil berkata “semangat”. Kesadaran saya selama ini ternyata membuahkan hasil. Walaupun tetap tidak berhasil menanamkan budaya baca pada anak, saya tidak berkecil hati, karena ternyata dia membaca dengan cara lain. Anak saya belajar membuat video dengan musik-musiknya, dia pun pandai merangkai kata seperti kata-kata mutiara dan kata inspiratif.


setelah berbagi puisi dan kirigami

dongeng Kisah Para Wanita Hebat

lapak buku

Belajar dari kesalahan yang lalu, ketika diminta untuk berbagi dengan anak-anak pada Hari Kartini, saya pun langsung menyanggupi. Pada awalnya, saya diminta mendongeng oleh Mang Idon, penggagas Komunitas Hayu Maca di Bandung Barat. Namun, karena merasa jam terbang masih kurang, akhirnya saya mengajukan untuk berbagi membuat puisi dengan anak-anak, juga sedikit berbagi kreasi kirigami. Tegang? Sudah pasti. Karena saya tipe introvert. Sedangkan kegiatan Hayu Maca sendiri membutuhkan sukarelawan yang aktif dan penuh imajinasi. Seperti kegiatan mendongeng yang biasa diadakan setiap minggu pagi itu, sebenarnya sangat membantu untuk tipe orang atau anak introvert. Seperti diketahui mendongeng itu bisa membantu anak melatih beberapa hal, seperti ;

a.Melatih kepercayaan diri, terutama ketika berhadapan dengan orang banyak.
b.Melatih berkomunikasi, terutama dalam bercerita.
c. Mengontrol intonasi suara.
d.Melatih bersosialisasi, terutama penguasaan panggung.
e.Melatih membaca dan menulis, terutama dongeng.
f.Melatih daya imajinasi, terutama dalam hal kreatifitas.
g.Melatih menelaah sebuah cerita, terutama pesan atau makna yang ingin disampaikan dalam dongeng.


flyer acara Hari Kartini


Pada Hari Kartini, Minggu tanggal 21 April 2019, Hayu Maca mengadakan acara dongeng yang dilakoni oleh Mang Idon. Beliau membawa kisah para wanita hebat yang ada di Indonesia. Ternyata banyak pahlawan wanita selain RA. Kartini, dan anak-anak sangat antusias mendengarkan. Kemudian dilanjutkan pula dengan permainan memilih tokoh wanita yang mereka ketahui, selanjutnya mereka ceritakan kembali pengetahuannya itu. Tentu saja ada hadiah-hadiah menarik dari Hayu Maca untuk anak-anak yang aktif.




lapak kreasi anak

Kegiatan hari Minggu Hayu Maca yang berbarengan dengan Hari Kartini saya nilai saling menunjang. Kartini dengan kebiasaan membaca buku yang membuatnya jadi terbuka pada kemajuan dunia, Hayu Maca dengan niat mulianya untuk membiasakan keluarga membersamai anak membaca. Yah, buku yang sama-sama membuat dua nama ini jadi terikat benang merah. Dalam dongengnya, Mang Idon juga mencetuskan kesukaan Kartini akan buku, seperti buku-buku yang disediakan gratis oleh Hayu Maca adalah agar anak-anak jadi pintar seperti Kartini.

Hayu Maca memang menyediakan buku gratis setiap hari Minggu di Taman Kartini, Cimahi. Gagasannya sederhana saja, ingin anak-anak suka membaca dengan dibersamai keluarga, walau hanya sehari dalam seminggu. Selain buku, Mang Idon juga kerap mengadakan sesi mendongeng yang penuh imajinasi. Ada pula kegiatan berbagi kreasi lainnya bersama anak-anak, seperti menggambar dan kegiatan lainnya. Seperti halnya yang saya bagikan pada Hari Kartini waktu itu adalah cara membuat puisi dan juga seni memotong kertas dari Jepang, Kirigami. Membuat puisi pun diawali dari membaca, baik dari buku maupun membaca sekitar kita. Menurut saya, semua hal memang diawali dari membaca.



Acungan jempol untuk Hayu Maca yang selalu konsisten dengan tujuannya. Taman Kartini setiap Minggu pagi selalu dipenuhi oleh anak-anak yang menanti sesi dongeng. Ketika Hari Kartini kemarin, keluarga yang datang bersama anak-anaknya juga terlihat senang dan antusias. Senang rasanya melihat ayah atau ibu mereka yang sama-sama duduk di atas tikar plastik dan ikut pula memilih buku. Bahkan mereka pun membaca buku bersama-sama. Sayangnya, saya dan anak-anak terlambat mengenal komunitas ini. Padahal, membaca itu sangat mudah bila dilakukan dengan senang hati, dan Hayu Maca telah melakukannya, ia menjadikan suasana yang menyenangkan bagi anak-anak untuk membaca. Jangan sampai kesalahan yang saya lakukan terjadi pula pada yang lain. Semoga dengan membaca tulisan ini banyak yang memahami bahwa membaca itu mudah bila anak-anak senang melakukannya. Apabila bahagia telah mewarnai hati, adakah hal yang tak mungkin terwujud?




43 komentar:

  1. Hayu Maca ini baru ada di Cimahi ya mba? Btw itu buku bacaan aku waktu masa kecil enid blyton nya lima sekawan omg jadi pengen baca lagi

    BalasHapus
  2. Koleksi aku Lima Sekawan dulu waktu masih SD mbak, tapi pada hilang karena gak dikembalikan teman-teman. OH ya belum lama aku juga beli lagi tuh koleksi LIma Sekawan jadi bisa nostalgia & anak-anak ikutan baca juga.
    Hayu Maca kegiatan positif yang membuat anak-anak bisa senang membaca semoga terus bisa dilakukan

    BalasHapus
  3. Salut dengan komunitas seperti Hayu Maca. Pengalaman saya pun lebih memilih mengajak anak suka membaca. Nanti kalau anak-anak sudah tertarik, biasanya akan semangat belajar membaca

    BalasHapus
  4. Saya juga termasuk ortu yang membuat kesalahan dalam hal menumbuhkan minat baca anak. Bermula dari suasana belajar di TK yang menekan karena gurunya ada yang tidak profesional serta penuntut, saya dan anak jadi stres. Anak merasa terpaksa jika belajar. Hal demikian terbawa terus sampai masuk MI.
    Andai Palung ikut kegiatan Hayu Maca pastinya termotivasi untuk suka belajar dan cinta baca karena ada contohnya dari yang dia lihat secara langsung dengan kegiatan mendongeng dan hal lainnya.
    Semoga saya bisa lebih sabar dan jadt penyemangat.

    BalasHapus
  5. Salut pada Mang Idon dan Hayu Maca nya. Betul banget nih semangat menggalakkan kembali kegemaran membaca melalui mendongeng gini. Sebenarnya diharapkan setiap orang tua meluangkan sedikit waktunya untuk mendongeng kepada putra-putrinya sejak kecil, bukannya menjejali mereka dengan gadget agar orang tuanya bisa beraktivitas yang lain.

    BalasHapus
  6. Kegiatan yang positif, mungkin perlu dikembangkan hingga ke daerah di sekitarnya agar menumbuhkan niat baca pada anak. Semangat.

    BalasHapus
  7. Memang penting mengetahui gaya belajar masing-masing anak agar tepat dalam mendampingi dan mengarahkan mereka..termasuk dalam membiasakan membaca sejak dini. Program ini bagus sekali..semoga sukses selalu ..

    BalasHapus
  8. Wah..di Cimahi ada komunitas Hayu Maca? Duh, saya baru tahu juga, Teh
    Kayaknya seru ya, kalau bisa bersama-sama keluarga membaca di Taman Kartini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. selama taman kartini perbaikan dipindahkan dulu mbak tempatnya

      Hapus
  9. Bagusss banget program Hayu Maca. Bener juga kisah Teh Yola di atas bahwa belajar membaca itu bukan hanya lewat buku yg khusus tentang belajar abc. Yang penting anak suka dan cinta membaca, bisa dimulai dari buku cerita dan dongeng yg menarik.

    BalasHapus
  10. Taman Kartini itu dimana ya Teh? Apakah yg di Masjid Agung Cimahi? Atau dimana? Sesekali saya mau ajak anak membaca di taman seperti itu suasananya pasti anak suka

    BalasHapus
    Balasan
    1. selama perbaikan taman kartini kegiatan dipindahkan ke kesekretariatan, teh...bisa mengunjungi websitenya atau FB Hayu Maca untuk informasi

      Hapus
  11. Memang gaya belajar anak bisa berbeda, ya. Yang penting anak2 tetap bersemangat belajar, dengan media apa pun.

    BalasHapus
  12. Mang Idon itu Pa Doni ya sepertinya. Gurunya anak2 wkt SD di SIGM memang jago bercerita dia ya...hehe..

    BalasHapus
  13. Teteeh...
    Hayu maca ini tempatnya pindah-pindah kah?
    Atau memang di Cimohai?

    Pengin iih...baca buku gratis.
    hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. di cimahi, teh...selaman Taman Kartini dalam perbaikan, kegiatannya dipindahkan dulu. Teteh bisa kunjungi website atau FB Hayu Maca untuk informasinya. Buku-bukunya bikin ngiler, teeh

      Hapus
  14. Teh orang Cimahi?
    ya ampun segitu tinggal ngesot ke Taman Kartini nih cuman aku males ajakin anak-anak jadi pengen ajakin ah :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan hehe...aku mah di Bandung. Cuma kebetulan aja gabung di Hayu Maca

      Hapus
  15. Wah keren Teh Yola. Mendongeng memang bisa merangsang anak untuk suka membaca. Aku pun masih berusaha agar anak-anak jadi suka membaca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, teh rangsang terus biar jadi kutu buku

      Hapus
  16. Saya selalu kagum pada orang-orang yang peduli dengan anak-anak. Sukses ya Mang Idon dan komunitas Hayu Maca.

    Kalo saya sejak si bungsu usia 1 tahun udah terlihat suka robek majalah atau buku. Akhirnya saya mendongeng tiap hari dengan alat peraga boneka atau bikin sendiri dari karton. Nambah besar ternyata dia suka banget baca conan. Meski awalnya masih suka komik yang lucu dan dikit tulisannya, jadi yang dilihat gambarnya aja

    BalasHapus
  17. Sayang ya Hayu Maca ga ada di Jakarta. Padahal penting banget ya program seperti ini.

    BalasHapus
  18. Ya Allah bangga banget sama mba yang ada di flyer tadi, Teh Yola ya
    semoga dimudahkan dan dilancarkan segala urusannya. Juga komunitas Hayu Maca dapat memberikan inspirasi agar semakin banyak yang mau membaca. Juga Mang Idon. sukses buat semuanya

    BalasHapus
  19. Bagus yaaa mba program mencintai membaca dan juga mendapat ilmu dan pengetahuan baru

    BalasHapus
  20. Saya pun merasa belum berhasil menanamkan suka baca pada anak-anak, ternyata mereka lebih suka nonton video daripada dibacakan buku, sayanya yang kurang konsisten nih, program hayu maca bagus banget, teh, moga makin banyak anak-anak yang gemar membaca termasuk anak-anak saya, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, aamiinn teh.. memang banyak godaannya zaman sekarang ini tuh

      Hapus
  21. kren yaaaaa semoga gak ada lagi anak2 yang buta huruf atau telat bisa baca
    dan anak2 yang pada rajin dan suka membaca karena lingkungannya emang

    BalasHapus
  22. Thanks for sharing, sukses terus..

    BalasHapus
  23. Baca ini saya jadi ingat sahabat baik saya yang kerja di Perpusda dan dikasih tugas urus taman bacaan di kelurahan gitu.
    tempatnya sederhana, tapi teman saya masha Allaaah, seneng banget ngejalaninnya.
    Ngajarin anak-anak biar suka baca, bahkan seringnya ngajarin anak orang yang main ke situ biar bisa baca.

    Salut deh :)

    BalasHapus