Jumat, 04 Mei 2018

Letter for Kenshin

Assalammu'alaikum


Maaf, aku tahu seharusnya salam itu kutujukan langsung padamu. Tapi aku belum sampai pada suatu kondisi menerima kenyataan yang ada. Bahkan tak sanggup hanya sekedar mengetikkan kata "hai" di kotak chat.

Entah ini tentang apa, tiba-tiba saja halaman yang kita tulis dengan indahnya jadi terkatung-katung. Aku tahu ini belum sampai pada akhir kalimat penyempurna. Hanya saja ketika semua kata jadi beku dan diam--cerita itu berbalik semu. Aku terpana dengan alur yang berubah kacau. Kau ... entah dengan pemikiran apa lagi--membuatnya jadi terhenti di waktu.

Bila aku membuatmu ragu, maafkan ... karena aku tak tahu. Ini bukan tentang kehidupan yang menjadi biru. Tapi tentang dirimu yang "pergi" ketika menyadari aku telah "bahagia". Seperti ucapanmu diawal, "aku di sini bersamamu hingga ada yang membuatmu tersenyum". Kalimat yang langsung ku koreksi dan akhirnya membuat kita bersatu dalam rasa.

Bertahun-tahun hanya tentangmu yang mencintaiku dalam diam. Tentang bagaimana aku berusaha yakinkan dirimu bahwa ini patut diperjuangkan. Tentang bagaimana akhirnya "diam" itu yang kembali menang. Aku--tak tahu--harus memaknai seperti apa diam ini. Sedangkan setiap hari yang terasa hanyalah rindumu yang kau sekap dalam diam. Yah, takkan mungkin hilang semua ikatan rasa diantara kita.

Kenshin ... aku rindu senyum simpulmu setiap ku panggil dirimu dengan nama itu. Haruskah seperti waktu yang lalu lagi? Saling mencintai dalam diam. Aku tak sanggup bertanya kabarmu walau aku tahu kau tengah menunggu. Sekali ini saja, bisakah kau mengalah? Ini bukan bahagiaku ... kaulah bahagiaku. Tidak di tulisan-tulisanku, tidak pula di kesibukanku. Hanya kamu ... kamu bahagiaku.

Merindumu dalam diam membuatku kelu. Dan semakin pilu ketika rindumu menyentuh hatiku. Aku ingin merubah alur yang keluar dari jalur cerita ini. Tapi aku tak bisa menghapusnya atau bahkan merobek halaman salahnya. Aku takut semakin membuat jalur ceritanya di luar harapan. Takut takkan pernah ada akhir yang pasti. Seperti yang selalu kau katakan, bila ini adalah cerita antara kita yang tak ada akhirnya.

My Kenshin, rasaku padamu tak perlu dimaknai tabu. Dan aku yakin dengan hatimu. Mungkin akhir cerita dari novelku dituliskan terlalu cepat. Tapi kusadari memang itulah ending yang harus tertulis. Jangan salahkan jalan cerita yang kutulis. Itu adalah hasil pengembangan sinopsis yang kau tulis. Aku hanya menyempurnakannya menjadi sebuah akhir yang tak terduga. Atau mungkin sebuah akhir yang menggantung. Entahlah ... karena aku selalu mengharapkan diam ini berakhir. Dan mengubah kembali alur yang salah menjadi indah.

Selalu jaga senyummu untukku. Seperti aku selalu menjaga senyumku di sini. Selalu ... seperti yang kau ajarkan padaku. Itsumo made ni mada shinjite iru.



#mykenshin
#endofchapter

Viandra
Bandung 050518

Tidak ada komentar:

Posting Komentar